Malang Posco Media – Arema FC kok mainnya beda dengan saat final Piala Presiden lalu? Semua bertanya seperti itu. Meski lawan yang sama, Borneo FC. Singo Edan dibantai tiga gol tanpa balas di kandang Pesut Etam. Padahal minggu lalu, Arema sukses menahan Borneo imbang 0-0 dan juara di Samarinda.
Tiga gol kemenangan Borneo di kompetisi Liga 1 2022/2023 ini dicetak Nur Hardianto menit 3 dan 6, ditutup gol Sihran menit 90+2. Gol cepat di menit awal dan penutup di menit akhir. Sungguh Arema tak menunjukkan tanda-tanda sebagai tim yang baru juara Piala Presiden untuk ketiga kalinya.
Bahkan Aremania sempat menuduga, Arema sengaja mengalah. Menghibur Borneo yang gagal juara di kandangnya. Menghibur Pusamania. Bikin senang pelatih Milomir Seslija. Benarkah itu? Mungkinkan Arema datang dengan skenario kalah? Rasanya tidak mungkin.
Memungkinkan, penyebabnya kelelahan. Maklum, usai juara di Samarinda, tim Arema pulang ke Malang, konvoi , lanjut pesta juara dan launching tim. Lalu kembali ke Samarinda. Sepintas Alfarizi dkk juga kepanasan dengan kondisi main sore di Stadion Segiri, Samarinda.
Pantas, seolah terkaget-kaget dengan kondisi tersebut, gawang Maringa kebobolan di menit awal. Melalui proses yang sama pula. Crossing dari sisi kiri pertahanan Arema diselesaikan Nur Hardianto dengan baik melalui tandukannya. Dua gol dalam waktu tiga menit.
Bahkan sepanjang babak pertama, tim Arema dalam tekanan. Boleh jadi, absennya striker asing Arema, Abel Camara di lini depan ikut mempengaruhi. Namun di kubu Borneo malah dua pemain asingnya tidak bisa tampil. Artinya, secara komposisi pemain tak begitu pengaruh.
Satu hal yang tidak terlihat dari laga ini adalah taktik strategi ‘Parkir Pesawat’ ala coach Almeida. Padahal strategi itu cukup sukses mengantarkan Arema juara Piala Presiden. Setidaknya saat menghadapi lawan yang terbilang kualitasnya bagus, mungkin itu perlu.
Bisa jadi, coach Almeida memang percaya diri untuk tidak memarkir pesawat. Meski tampil dengan formasi lini belakang yang sama, duet center back Sergio-Bagas, kanan Rizky Dwi, kiri Alfarizi. Hanya komposisi lini tengah yang sedikit beda dari biasanya. Jayus tak diturunkan.
Renshi langsung dipasangkan dengan Evan Dimas. Sayap kanan Dendi Santoso, kiri yang biasanya Adam Alis ganti Irsyad Maulana, lini depan andalkan Gian Zola dan Rafli. Komposisi ini memang beda, dibanding saat final Piala Presiden. Ternyata memang hasilnya beda.
Awal babak kedua, empat pemain langsung diganti. Masuk Dedik, Hanis Sagara, Adam Alis dan Ilham Udin Armiyn, disusul Tito juga masuk. Irsyad, Zola, Rafli, Renshi dan Bagas yang ditarik keluar pada babak kedua. Permainan Arema lebih hidup, dan bisa memberi perlawanan.
Sayangnya, Arema tak bisa mengejar ketertinggalan. Bahkan harus kebobolan lagi di menit akhir babak kedua. Secara keseluruhan, laga ini tak menunjukkan performa terbaik tim Arema. Ya, mungkin cocoknya pemain Arema bermain dengan gaya parkir pesawat. Pertahanan kokoh. (*)