Malang Posco Media – Tidak perlu diet yang macam-macam agar mendapatkan tubuh yang ideal. Sebab, cukup dengan makan tiga kali sehari dengan porsi sesuai serta kualitas yang baik.
Demikian ditegaskan Ahli gizi masyarakat Dr Tan Shot Yen pada siniar “Kemencast #63 – Gizi Tepat Berdasarkan Usia” di Jakarta, Kamis (15/2). “Misal nih, sarapan jam berapa? Setengah tujuh, sebelum berangkat kantor jam 6. Ya, bangun pagi sarapan ya kan. Kemudian anda makan siang nih, teratur ya. Jam 12, jam 1. Lalu kemudian makan malam, habis Shalat Maghrib dan dari maghrib tidak makan lagi sampai besok pagi, itu bukannya intermittent fasting?” ujarnya
Intermittent fasting merupakan puasa selama beberapa kurun waktu tertentu, seperti 12 hingga 16 jam, yang dipopulerkan dari luar negeri. Menurutnya, seseorang perlu mengetahui apa yang tubuhnya butuhkan. Yang kerap menjadi masalah, lanjutnya, adalah kebiasaan jajan. Bahkan banyak anak yang lebih mengutamakan jajan ketimbang makan makanan utama.
Adapun yang tubuh butuhkan, kata dia, dapat dilihat dari konsep Isi Piringku yang diinisiasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Dalam konsep itu menggambarkan 50 persen porsi makanan seseorang terdiri dari sayur dan buah-buahan, kemudian 50 persen sisanya adalah karbohidrat dan protein.
Selain itu konsep Isi Piringku juga menekankan pembatasan konsumsi gula, garam, dan lemak. Konsep tersebut, menurutnya, juga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam makan, bahkan bagi orang berusia lanjut.
Tan menjelaskan terdapat empat pilar gizi seimbang yaitu makan-makanan yang beragam, kemudian olahraga atau aktivitas fisik yang cukup.
Selain itu pola hidup yang bersih dan sehat, termasuk makan makanan yang bersih dan sehat, serta mengecek berat badan secara berkala Olahraga yang cukup, menurutnya, penting untuk menjaga sensitivitas insulin yang dapat membantu menurunkan kadar gula darah yang naik. Yang paling penting lagi, kata dia, konsisten dalam menjalankan gaya hidup yang sehat.
“Nah, problem dari orang yang menjalankan suatu jalan hidup, kalau dia nggak bisa melihat hasil, hanya melihat itu sebagai suatu siksaan, suatu kungkungan, tentu tidak akan berjalan,” katanya. (ntr/nug)