NEW MALANG POS, MALANG -Universitas Brawijaya (UB) kembali menambah dua profesor baru. Prosesi pengukuhan dilaksanakan pada Sabtu (29/1), bertempat di Gedung Samanta Krida secara hybrid dan tetap menerapkan protokol kesehatan ketat.
Profesor pertama yang dikukuhkan adalah Dr. Ir. Sri Wahjuningsih, M.Si sebagai profesor aktif ke-19 dari Fakultas Peternakan (Fapet) dan profesor aktif ke 159 di UB, serta menjadi profesor ke-285 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan UB.
Profesor kedua yang dikukuhkan adalah Dr. Ir. Muhammad Musa, M.S sebagai profesor aktif ke-13 dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) dan profesor aktif ke-160 di UB, serta menjadi profesor ke-286 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan UB.
Dalam pidatonya, Sri mengangkat pemanfaatan daun kelor untuk peningkatan kualitas semen beku pada kambing jantan. Proses inseminasi buatan, menurut Sri, memberikan kontribusi signifikan dan aplikatif untuk peningkatan populasi. “Selain itu juga dapat meningkatkan mutu genetic ternak, produktivitas dan kinerja produksi,” jelasnya.
Keberhasilan proses ini, menurut Sri, bergantung pada ketersediaan semen beku yang berkualitas baik. Namun pada praktiknya, permasalahan yang dihadapi adalah proses kriopreservasi dan thawing semen menyebabkan tingkat kerusakan yang signifikan pada spermatozoa. “Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan formula pengencer semen kambing yang mampu melindungi spermatozoa dari cold shock pada proses kriopreservasi, thawing, serta memiliki daya preservasi yang tinggi,” terangnya.
Sementara itu, dalam pidatonya juga Dr. Ir. Muhammad Musa, M.S menyampaikan permasalahan yang pernah terjadi dan hancurnya usaha pertambakan di Indonesia khususnya di Jawa Timur. Ia mengkritisi perencanaan pembangunan pertambakan yang ada selama ini kurang memikirkan aspek daya dukung lingkungan.
Kegagalan yang dialami oleh petambak, mengilustrasikan lemahnya perencanaan pembangunan tambak yang tidak mempertimbangkan aspek daya dukung lingkungan sebagai variabel penentu produksinya.
Menurut Musa, usaha pertambakan yang hanya mengandalkan ekonomi semata, ternyata tidak berkelanjutan (sustainable), karena mengabaikan daya dukung lingkungannya dan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir yang tepat.
Ecogreen aquaculture disampaikan Musa merupakan teknologi perkembangan budidaya tambak tradisional menuju tambak intensif dengan penerapan silvofishery model komplangan. “Ecogreen aquaculture dibuat melalui pendekatan pemulihan dan peningkatan daya dukung dengan hybrid system dan perbaikan ekosistem mangrove pendukungnya dengan tujuan untuk mengendalikan dan meningkatkan produktivitas,” tuturnya. (imm/udi)