.
Thursday, December 12, 2024

Retakan Melebar, Dua Rumah Dirobohkan

Tanah Gerak Ngantang Makin Bahaya

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Belasan Bangunan Hunian Rusak Ringan

MALANG POSCO MEDIA-Tanah gerak di Dusun Ganten Desa Tulungrejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang makin mengkhawatirkan. Retakan tanah makin melebar hingga Minggu (5/3) kemarin. Akibatnya dua rumah warga terpaksa dirobohkan.

Dua rumah dirobohkan karena dinilai membahayakan. Apalagi kondisi kerusakannya makin parah sehingga tak layak dihuni. Namun belasan rumah lainnya yang rusak ringan masih dihuni.

Diberitakan Malang Posco Media sebelumnya, terdapat 16  rumah warga mengalami kerusakan ringan hingga berat akibat tanah gerak. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang mencatat, ada 16 rumah yang terdampak. 

Warga awalnya mengetahui retakan melebar pada Kamis (2/3) pekan lalu. Mereka lalu melaporkan ke BPBD. Sehari kemudian diketahui satu rumah yang semula rusak ringan mengalami retakan yang lebar hingga mengalami rusak berat.

Penata Penanggulangan Bencana Ahli Pertama (BPBD) Kabupaten Malang, Isa Ansori mengatakan, semula retakan halus di dinding rumah, berangsur melebar di lantai dan jalanan pemukiman. Retakan di dinding dan lantai rumah warga mulai dari 10 cm hingga 30 centimeter.

“Masih terus ada pergerakan tanah dan retakan-retakan bertambah. Yang sebelumnya sudah retak semakin melebar,” kata Isa kepada Malang Posco Media, Minggu (5/3) kemarin.

Dikatakan, setelah retakan terjadi warga Ganten sempat menutup retakan dan lubang dengan semen. Namun retakan terjadi kembali. Sebanyak dua rumah yang dihuni keluarga Supi’i dan Junaedi dirobohkan. Sebab  kerusakan berat pada dua rumah itu membahayakan. Keduanya lalu mengungsi di rumah sanak saudara yang lebih aman.

“Satu rumah sudah tidak ditempati hampir satu bulan karena sudah ada rumah yang dibangun di tempat yang lebih tinggi. Satu rumah lain mengungsi di saudaranya,” rincinya.

Mengenai kerugian yang ditaksir, saat ini pihak BPBD masih melakukan pendataan. Sebab data kerusakan rumah warga dan jalan pemukiman berubah.

Kepala Desa Tulungrejo Mulyadi mengatakan dari 16 rumah rusak, selain dua rumah dibongkar total, ada satu rumah yang dibongkar hanya di bagian dapur. Hal ini karena semula retakan hanya 20 centimeter terjadi penurunan tanah lebih dalam hingga hampir 50 centimeter.

“Bertambah yang dibongkar satu rumah, tetapi hanya dapurnya karena penurunannya hampir 50 centimeter. Yang lain mudah-mudahan tidak ada kerusakan yang bertambah,” kata Mulyadi.

Menurutnya fenomena serupa juga kerap terjadi beberapa tahun sebelumnya. Kondisi tanah tersebut tak jarang menyebabkan kerusakan bangunan cukup parah. Meski begitu, warga tetap bertahan di lokasi yang sama.

“Beberapa tahun lalu pernah terjadi, 18 kepala keluarga yang terdampak. Setelah kejadian-kejadian itu, di sekitar dusun dipasang indikator dari BPBD Jatim untuk mendeteksi ada gerakan tanah. Tetapi warga memang masih menempati rumah mereka,” ujarnya.

Diakui Mulyadi, pihak pemerintah desa (pemdes) sempat berencana memindahkan tempat tinggal beberapa warga. Namun, hal itu terkendala ketersediaan lahan hingga jauhnya sumber penghasilan warga.

“Dari pihak desa sempat mau memindahkan, tetapi bingung mau di mana. Karena  di sana mata pencaharian warga, pertanian mereka,” tambahnya. Ia hanya berharap agar tidak sampai ada korban.

Sementara terpisah, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Malang Sadono Irawan menuturkan hal serupa. Warga yang tinggal di daerah rawan tanah gerak tidak berkenan untuk mengungsi. Mereka lebih memilih bertahan di rumah masing-masing. Sejauh ini bantuan untuk korban berupa sembako dan terpal sudah disalurkan pihaknya. Sementara untuk melakukan antisipasi, warga secara mandiri melakukan penjagaan berkala secara bergantian.

“Di sana warga lebih memilih bertahan. Mereka melakukan penjagaan mandiri bergantian. Kejadian tanah gerak juga bukan sekali-dua kali terjadi. Mereka sudah memahami dan waspada,” kata Sadono.

Ia mengatakan pihaknya tak bisa berbuat banyak sembari tetap melakukan pemantauan melalui alat pendeteksi yang terpasang.

“Kita masih pemantauan dengan Geolistrik, untuk melihat kondisi tanah di Ganten. Artinya menang di sana sebetulnya tidak boleh dibangun bangunan yang berat. Tanahnya labil, kondisinya seperti di atas tanah dan di bawahnya batuan. Ketika hujan terus-menerus, ada kejenuhan air dan memengaruhi daerah yang di dalam tanahnya bebatuan akan mengalami pergeseran. Ini sudah terjadi bertahun-tahun,” jelasnya.(tyo/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img