MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Bencana tanah gerak mengusik warga Dusun Wonorejo, Desa Sukodono, Kecamatan Dampit. Hal ini menjadi atensi serius Pemkab Malang. Bahkan Bupati Malang, HM Sanusi bersama Wakil Bupati Malang, Didik Gatot Subroto turun langsung melihat kondisi itu, kemarin.
Keduanya meninjau lokasi tanah gerak, yang mengakibatkan jalan raya satu – satunya di dusun tersebut retak hingga 30 centimeter akibat pergeseran tanah. Mereka langsung melakukan koordinasi dengan para kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk penanganan cepat jalan yang menghubungkan Dusun Sawur dan Dusun Wonorejo.
“Begitu mendapat laporan ada jalan yang retak, kami langsung perintahkan OPD terkait untuk melakukan penanganan. Retakan yang paling lebar sudah ditambal agar jalan itu dapat segera dilewati masyarakat, dan aktifitasnya tidak akan terganggu. Harus cepat dilakukan penanganan,” kata Sanusi kepada Malang Posco Media.
Selain penanganan jalan yang retak, Bupati Sanusi juga mengatakan tepi jalan di sekitar jalan yang retak juga dibronjong. Hal itu dilakukan agar saat tanah kembali bergerak tidak sampai longsor, atau retakannya semakin parah. Dia mengaku belum tahu penyebab retakan tanah itu. “Ini sebenarnya bukan kali pertama terjadi,” tambahnya.
Namun, tanah gerak sudah terjadi setiap dua tahun sekali. Ngatimin, salah satu warga menerangkan tanah gerak ini terjadi Jumat (7/10) sore. Saat itu hujan mengguyur sangat deras. Selanjutnya tanahnya bergetar dan mulai bergeser sedikit demi sedikit. Meskipun gerakannya cukup pelan, namun membuat warga sekitar panik.
Banyak diantara mereka langsung keluar rumah. “Warga panik, takut rumahnya roboh,” ujarnya. Saat keluar rumah itulah mereka melihat jalan yang ada di depan rumah mereka retak. Awalnya retakannya kecil. Namun terus membesar. Sampai Minggu (9/10) lalu, keretakan jalan mencapai 30 centimeter dan berada di empat titik.
“Yang paling lebar di sebelah Selatan. Warga lalu melapor ke desa dan dilanjutkan ke kecamatan,’’ kata Ngatimin. Dia juga mengaku, jika ada tiga rumah ikut mengalami dampaknya dari tanah yang retak. Yaitu rumah milik Poniran, Boimin dan Rebo. Selain itu tak jauh dari jalan retak itu juga ada bangunan usaha tempat penyulingan daun cengkeh.
“Bangunan usaha penyulingan daun cengkeh ini sempat rusak, dan tidak produksi dua hari. Tapi sekarang sudah mulai beroperasi lagi,” paparnya. Bencana tanah gerak, bukan satu – satunya di Desa Sukodono. Hingga kemarin, total ada enam peristiwa bencana longsor di Dampit. Hal ini diungkapkan Camat Dampit, Abai Saleh.
“Sesuai laporan warga, ada empat titik bencana longsor selain tanah gerak di Desa Sukodono. Yaitu dua titik di Dusun Maduredo, Desa Bumirejo. Kejadiannya Sabtu (8/10) lalu. Selanjutnya di Dusung Jegong, Desa Jambangan. Sementara Dusun Purwosari, kejadian tanah longsor di dua titik,” ungkapnya.
Abai mengatakan untuk longsor di Dusun Madurejo hingga menutup jalan. Sedangkan di Dusun Jegong longsor menghabiskan pekarangan belakang rumah milik Ulis, warga setempat, dan longsor di Dusun Purwsari material longsor menimpa dapur rumah warga. Semua kejadian itu, dikatakan Abai sudah ditangani.
“Warga bersama desa melakukan perbaikan swadaya,” tegasnya. Abai juga mengatakan, bencana yang terjadi ini, rata – rata karena faktor hujan yang mengguyur sangat deras. “Yang tanah gerak, kami belum tahu apa penyebabnya. Tapi kemungkinan besar karena ada aliran air di bawah, sehingga menggerus tanah di atasnya,” terang dia. (ira/mar)