MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Keresahan petani terkait serapan barang produksi akan segera dijawab. Melalui kelomom Tani Merdeka Indonesia (TMI), petani akan diwadahi, difasilitasi hingga dibantu untuk proses penjualan dan masuk ke pangsa pasar lokal, nasional hingga internasional.
Hal itu diungkapkan Ketua Umum TMI Don Muzakir. Menurutnya, adanya organisasi TMI sejatinya mendukung program keberlanjutan Presiden RI terpilih yakni Prabowo-Gibran. Melalui wadah tersebut, pihaknya akan berusaha untuk membantu para petani mendapatkan kemudahan mengakses pupuk, benih berkualitas, hingga pangsa pasar.
“Kami membantu mengontrol program dari Presiden RI terpilih, agar sampai ke masyarakat secara tepat sasaran. Sekaligus menyiapkan rencana dan target bahwa Indonesia bisa swasembada pangan,” jelasnya usai prosesi pelantikan DPW TMI Jawa Timur 2024-2029, di kawasan Wisata Petik Madu di Kecamatan Lawang Kabupaten Malang, Minggu (13/10) siang.
Ia melihat bahwa di Jawa Timur ini potensi produksi pertanian sangat luar biasa. Apalagi daerah dengan slogan Jer Basuki Mawa Beya ini, adalah lumbung pangan nasional. Sehingga perlu adanya program yang mendukung produksi pertanian bisa go international.
“Kami berusaha untuk membentuk organisasi ini sampai di tingkatan terkecil di setiap desa. Pasalnya, target kami organisasi ini juga sebagai tempat mengadu, curhat dan berkeluh kesah, terhadap berbagai problematika pertanian di Indonesia. Sehingga seperti isu kelangkaan pupuk tidak lagi terjadi,” jelas Muzakir.
Ia menjelaskan bahwa sampai saat ini, sudah ada sebanyak 1.200 kelompok tani yang tergabung di TMI Jawa Timur. Ia berharap DPW bisa mengakomodir kebutuhan, sehingga program ke depan untuk Indonesia swasembada pangan bisa terwujud dalam waktu dekat. “Daya beli yang akan kami tingkatkan, untuk bisa ekspor ke luar negeri. Dan tentu kami terus bergerak di grassroot, agar bisa menyentuh dan menjangkau seluruh petani,” sebutnya.
Sementara itu, Ketua DPW TMI Jatim Riki Septiadi mengatakan bahwa hadirnya organisasi ini mencakup empat hal penting. Mulai dari indikator, operator, verifikator dan platform, yang semuanya diperuntukkan kepada kebutuhan dan kepentingan petani.
“Isu sekarang adalah supply and demand yang tidak seimbang. Seperti studi kasus di wilayah Banyuwangi, harga cabai besar merah di petani hanya di kisaran Rp3.500 per kilogram, sementara di pasaran Rp18.500 per kilogram,” jelasnya.
Ia menyebutkan, adanya oknum dan mafia yang merusak harga bahan pokok di pasaran. Sehingga, barang-barang dengan kualitas terbaik tidak tergerus dengan barang impor. “Ini terus kami usahakan, sehingga petani connect alias terhubung dengan masyarakat. Dan kebutuhan bisa terpenuhi tanpa harus impor,” pungkasnya. (rex/udi)
-Advertisement-.