MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Pasca pandemi Covid-19 dua tahun lalu, menjadi peluang tersendiri bagi Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang untuk menggenjot pendapatan dari sektor retribusi pasar. Tahun ini, retribusi pasar ditargetkan bisa mencapai Rp 7,25 miliar. Kepala Diskopindag Kota Malang Eko Sri Yuliadi mengatakan, angka itu merupakan target yang cukup logis dan tidak berlebihan.
“Target retribusi pasar tahun lalu Rp 7 miliar. Tapi yang didapat lebih dari itu. Jadi (target) tahun ini di Rp 7,25 miliar. Tahun ini kami upayakan terpenuhi, bahkan lebih,” tegas Eko kepada Malang Posco Media, Rabu (25/1) kemarin.
Dikatakan Eko, retribusi pasar tiap tahunnya memang mengalami peningkatan. Dengan makin membaiknya kondisi, pemerintah juga akan berupaya meningkatkan pelayanannya. Dengan meningkatkan infrastruktur dan sarana pendukungnya.
“Optimis terpenuhi karena pandemi sudah selesai. Terus banyak pasar pasar yang kita revitalisasi. Itu menunjukkan bahwa pemerintah sudah komitmen untuk membangun dan memajukan pasar rakyat,” ujar Eko.
Begitu juga terhadap layanan administrasi Nomor Induk Berusaha (NIB) bagi masyarakat yang akan berjualan. Kepengurusannya gratis dan hanya diambil retribusinya saja.
“Ini sebagai pemicu atau pemacu dari pedagang agar lebih percaya pemerintah. Sehingga kedepan pasar rakyat ini akan kita buat lebih maju, dan mempengaruhi pada pendapatan retribusi,” terangnya.
Lebih dari itu, salah satu impiannya, Eko ingin segera mewujudkan konsep digitalisasi. Tidak hanya untuk transaksi di pedagang dan pembeli, namun begitu juga dalam hal retribusi pasar. Sehingga retribusi pasar bisa saja dibayarkan dengan sistem QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard).
“Kita ingin tidak ada kebocoran dan (menggunakan) cashless. Ini juga sudah mengarah kesana, tapi untuk memberikan cashless ke masyarakat ini masih perlu edukasi,” tuturnya.
Disebutkan Eko, ada beberapa pasar yang memang menyumbang retribusi yang cukup besar. Misalnya yakni Pasar Besar dan Pasar Blimbing. Sementara untuk retribusi yang menengah Eko menyebut seperti Pasar Klojen.
“Pasar yang kurang retribusi (adalah) Pasar Embong Brantas. Kalau Embong Brantas itu karena pasarnya kecil terus barang second. Kadang buka, kadang tutup. Tertinggi Pasar Blimbing dan Pasar Besar,” tandasnya. (ian/aim)