MALANG POSCO MEDIA-Cerita dan pengalaman unik santriawan-santriwati Pesantren Pondok Kebon Jambu Al-Islamy Cirebon mampu memikat sineas-sineas Kota Malang. Khususnya agar terinspirasi membuat kreasi dokumenter mengangkat isu-isu sosial ringan tetapi menarik.
Inilah yang menjadi salah satu kesan dalam Special Screening Film Dokumenter “Pesantren”, Minggu (18/6) di Studio Bioskop Malang Creative Center (MCC) kemarin.
Film dokumenter karya Shalahudin Siregar bersama dengan Digital Visinema Group dan Bioskop Online ini menggali kehidupan santriawan-santriwati dengan segala suka dan dukanya.
Dikemas sederhana dengan durasi 90 menit, Pesantren membawa penonton sedikit “bernostalgia” dengan kehidupan santri.
Dalam beberapa cuplikannya, film dokumenter ini memperlihatkan hubungan erat senior dan yunior santriwati disana. Mengajarkan cara bermain angklung dan menari tradisional untuk menyambut event besar.
Kemudian juga menceritakan kisah salah satu ustad muda yang tidak henti-hentinya menghibur santriawan yang gundah ingin pulang. Juga bagaimana interaksi mereka ketika “dikirim” mengajar anak-anak baca Al-Quran di masjid-masjid sekitar. Bahkan para santri-santri juga unjuk gigi dalam kompetisi standup comedy.
Presiden Bioskop Online, Ajeng Prameswari menjelaskan dirinya dan kru tergugah dengan kehidupan di pesantren Pondok Kebon Jambu Al-Islamy yang selalu mengajarkan bagaiamana toleransi, perbedaan dan terbuka perubahan menjadikan pesantren ini selalu maju.
“Khususnya dengan Ibu Nyai, yang menginspirasi sekali. Keterbukaanya, universal dan membumi. Ini yang kami harapkan bisa menginspirasi pesantren-pesantren lain juga,” papar Ajeng.
Salah satu ustad Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy yang hadir via online, Ustad Diding Ahmad juga menyampaikan ungkapan terimakasihnya. Bahwa apa yang dikerjakan, kegiatan apapun yang terekam dalam film dokmenter Pesantren benar apa adanya.
Ia berharap apa yang pihaknya dan santri-santri Pesantren Pondok Jambu Al-Islamy lakukan bisa menginspirasi lainnya.
“Semoga bisa menyebarkan kebaikan kemana-mana. Dengan film dokumenter yang kita ini benar- apa adanya semoga yang lain bisa mengenal kehidupan kami di pesantren yang seperti itulah adanya. Semoga bisa bermanfaat,” pungkas Diding. (ica/jon)