“Di mana ada kemerdekaan di situ ada disiplin yang kuat, sungguh disiplin itu bersifat self disiplin, yaitu kita sendiri yang mewajibkan dengan sekeras-kerasnya. Dan peraturan yang sedemikian itu harus ada dalam suasana yang merdeka.”
Ki Hadjar Dewantara
Di era modern, pendidikan adalah jalan bagi setiap generasi penerus bangsa untuk mendapatkan keilmuan dan mempersiapkan masa depan. Namun tidak jarang kita temui peserta didik pada usia remaja (peserta didik SMA) menganggap pendidikan sebagai hal yang biasa dan kurang penting. Mereka lebih sering bermain-main dibandingkan menimba ilmu dengan sungguh-sungguh. Hal inilah yang berujung pada mulanya pelanggaran-pelanggaran kecil terkait tata tertib di sekolah. Kedisiplinan menata waktu adalah masalah tersendiri bagi sebagian peserta didik.
Sekolah menengah atas (SMA), usia peserta didiknya pada kisaran 15-17 tahun. Masa pubertas tidak bisa terelakkan. Karakter ingin mengetahui hal-hal yang baru sangat kuat tanpa berpikir risiko sama sekali. Karakter kurang disiplin peserta didik dijumpai dalam bentuk membolos, keluar pintu gerbang hingga asal-asalan saat menerima pembelajaran dari pendidik. Hal ini menjadikan masalah tersendiri bagi peserta didik dalam rangka mencari ilmu serta pendidikan yang lebih baik.
Sekolah atau instistusi pendidikan hadir melalui beberapa standar yang diterapkan dalam rangka menjadikan peserta didik untuk mencapai kedisiplinan melalui pembiasaan tata tertib sekolah. Standar ini menjadi penting ketika perlakuan adil harus diterapkan dan dipenuhi oleh tiap peserta didik. Disiplin penerapan tata tertib sekolah bisa menjadikan awal munculnya sebuah prestasi bagi peserta didik.
Penerapan tata tertib bagi peserta didik tidak semudah membalikkan tangan. Ditambah lagi keberagaman latar belakang dan potensi yang dimiliki siswa juga akan berpengaruh terhadap tingkat ketaatan siswa dalam mematuhi tata tertib. Kebiasaan tingkah laku di lingkungan serta jenjang penyesuaian dari SMP/MTs memerlukan adaptasi. Oleh karena itu tidak mengherankan jika ada siswa yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan aturan di sekolah menengah atas akan terbiasa melakukan pelanggaran.
Menurut Sri Habsari dalam buku Bimbingan dan Konseling SMA, tata tertib sekolah juga ada kaitannya dengan prestasi siswa. “Umumnya, siswa yang patuh pada tata tertib sekolah memiliki prestasi yang tinggi. Sebaliknya, siswa yang kurang disiplin dan tidak mematuhi tata tertib sekolah memiliki prestasi yang rendah. Tentunya ini disebabkan oleh perilaku siswa yang minim akan disiplin waktu, enggan mematuhi peraturan-peraturan sekolah dan sering mendapatkan hukuman.”
Pada terapan penanaman karakter siswa, tata tertib terhadap siswa juga dipastikan sebagai sarana pengembangan nilai-nilai moral. Sifat taat dan disiplin menjadi kuncinya. Tentunya hal ini adalah konsekuensi dari dibuatnya tata tertib dengan adanya hukuman bagi setiap peserta didik yang melanggar. Dalam pengertian sempit tata tertib merupakan hukum atau aturan yang wajib diterapkan di sekolah. Dengan tujuan sederhana menciptakan kehidupan sekolah yang tertib, tenteram, kondusif dan penuh dengan kedisiplinan.
Proses menciptakan keadaan serta keberhasilan belajar mengajar tidak semudah dalam angan. Tata tertib dapat terlaksana dengan baik dengan satu kata kunci penerapan tata tertib yang adil dan tidak pandang bulu. Dengan latar belakang peserta didik yang berbeda, tata tertib sekolah menjadi hukum yang wajib ditaati bersama.
Apakah tata tertib hanya diberlakukan untuk peserta didik? Jawabannya adalah tidak. Pendidik juga memiliki aturan aturan dalam rangka menjalankan profesinya. Dengan kata lain penerapan tata tertib di sekolah dilaksanakan oleh peserta didik maupun pendidik yang berlaku sama dan tidak ada diskriminasi dalam pola penerapannya. Jika siswa hadir jam 07.00 di sekolah, sudah sepantasnya aturan itu berlaku bagi pendidik. Menciptakan keselarasan tata tertib inilah yang pada akhirnya membawa tingkat kedisiplinan sekolah menjadi hal baik.
Sebagaimana pendapat Mulyasa (2005) bahwa guru harus mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib secara konsisten, atas kesadaran profesional, karena mereka bertugas untuk mendisiplinkan para peserta didik di sekolah, terutama dalam hal pembelajaran. Oleh karena itu dalam menanamkan disiplin, guru harus memulai dari dirinya sendiri dalam berbagai tindakan dan perilakunya. Guru memang merupakan aktor yang paling berperan dalam proses kegiatan belajar mengajar, di samping sebagai pengajar guru juga berperan sebagai pembimbing.
Dari terlaksananya tata tertib sekolah, kepala sekolah menjadi penanggung jawab utama dari pelaksanaan tata tertib tersebut. Beberapa tugas lain untuk menunjang kelancaran proses belajar mengajar di sekolah adalah piket pendidik yang bertugas mengawasi pelaksanaan tata tertib sekolah dan mencatat pelanggaran yang dilakukan oleh siswa. Serta memastikan proses belajar mengajar di kelas terkondisikan dengan baik.
Sedangkan tim pelaksana tata tertib sekolah memantau progres kedisiplinan siswa setiap harinya bekerjasama dengan tim bimbingan konseling. Tak kalah penting peran wali kelas dalam ketertiban siswa sebagai jembatan penghubung antara guru, orang tua dan peserta didik. Pihak sekolah akan dapat mengetahui kondisi suatu siswa yang sebenarnya dari data wali kelas. Sehingga strategi dalam menghadapi siswa tersebut sesuai dengan kondisi masing-masing siswa.
Dengan kondisi penerapan tata tertib sekolah yang didukung langsung kepala sekolah, wali kelas, tim tata tertib, bimbingan konseling serta peran aktif orang tua bukan mustahil kedisiplinan di sekolah akan terus meningkat. Perhatian serta konsistensi pengawasan seluruh anggota unsur dalam menangani kedisiplinan maka akan terbentuk kedisiplinan yang berjalan otomatis. Hal ini bisa didapat melalui pembiasaan penerapan kedisplinan dan berlakunya tata tertib.
Sebagai tujuan akhir dari peserta didik yang akan lulus dari sekolah adalah mampu mengasah karakter menjadi lebih baik. Menjaga motivasi serta cita cita yang baik bisa diperoleh melalui belajar untuk bermasyarakat dan bersosial di sekolah, melatih kecerdasan intelektual, emosional, serta spiritual. Hal ini didapatkan melalui pembiasaan karakter baik yang terus diajarkan dan wajib berlaku disiplin setiap harinya.(*)