MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Universitas Islam Malang (Unisma) menambah Guru Besar. Dialah Prof. Dr. Nour Athiroh Abdoes Sjakoer, S.Si, M.Kes, Guru Besar Bidang Ilmu Biomedik, yang akan dikukuhkan pada Sabtu (30/9) hari ini . Prof Athiroh merupakan sosok yang tidak asing di lingkungan Unisma.
Karya-karya besarnya telah mewarnai perjalanan Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) Terbesar ini. Sebagai mantan Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), produktivitas Athiroh dalam bidang riset tentunya tidak diragukan lagi.
Kepada Malang Posco Media, Prof Athiroh menyampaikan, karirnya sebagai dosen dimulai sejak tahun 1995. Waktu itu statusnya sebagai dosen Yayasan Unisma. Sampai pada tahun 2005 dia diangkat menjadi dosen Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kopertis Jawa Timur Wilayah VII. “Apapun profesinya jadilah sosok yang profesional. Ini yang ditanamkan orang tua saya sejak dulu,” katanya.
Prof Athiroh punya prinsip, selangkah lebih maju. Selangkah mencapai kebaikan lebih dulu dari orang lain. Inilah cara dia menjadi sosok yang profesional dan kompeten. “Saat mereka tidur, saya sudah bangun. Saat mereka duduk, saya sudah berdiri. Saat mereka berjalan saya sudah berlari,” kata dia.
Menurutnya, dalam hidup harus punya target. Agar setiap langkah yang diambil selalu terarah. Sistematis dan produktif. Manajemen waktu juga menjadi kunci di tengah berbagai kesibukan. Baik sebagai istri, ibu, dosen maupun pejabat di kampus. Maka tak heran jika dia sudah bergelar Magister saat dosen seangkatannya belum kuliah S2 saat itu. “Saya punya timeline yang menjadi target dalam hidup. Dan itu memotivasi diri sendiri,” ujarnya.
Demikian juga target-target lain berkaitan dengan kepangkatan. Termasuk dengan penelitian. Prof Athiroh punya roadmap penelitian yang membuatnya menjadi dosen Unisma terproduktif dalam bidang riset. “Maka semua berproses. Tidak boleh diam,” kata dia.
Prof Athiroh tak henti-hentinya menebar motivasi untuk keluarga dan mahasiswanya. Bahwa keberhasilan hanya bisa dicapai dengan semangat berikhtiar dan doa. Karena menurutnya, kecerdasan seseorang menjadi tidak bernilai tanpa bersandar pada Allah SWT dan bershalawat pada nabi. Maka ia pun dikenal sebagai dosen yang akrab melantunkan shalawat nabi bersama para mahasiswanya. “Ini yang saya tularkan kepada anak-anak dan mahasiswa saya. Keberhasilan ini semua karena Allah SWT,” tegasnya.
Selama 10 Tahun Athiroh mengabdi sebagai dosen yayasan dengan pangkat 3C. Lalu Tahun 2005 diangkat menjadi PNS dan pangkat kedosenannya turun menjadi 3B. Meskipun demikian tak menyurutkan semangatnya untuk mengejar kembali kepangkatannya dan berusaha meraih yang lebih tinggi. Tentu dengan target yang lebih sistematis. Hingga akhirnya Athiroh sukses meraih Jabatan Akademik tertinggi sebagai Guru Besar.
“Ujung hulu dari pencapaian ini dengan penelitian. Karena Nilai KUM seorang profesor itu paling besar adalah penelitian. Saya meraih nilai 922 dengan minimal yang harus dicapai 850,” tuturnya.
Apapun kondisinya, kata Athiroh, harus punya target. Dicapai dengan semangat. Kolaborasi dengan orang lain dan memohon pertolongan pada Allah. Dia tak memungkiri Jabatan Guru Besar dicapai karena dukungan banyak pihak. Termasuk dari mahasiswanya.
Pengajuan Guru Besar dimulai Tahun 2021. Hanya ada beberapa revisi yang harus ditambahkan. Nilai Kum 922 menjadi lebih mudah dicapai karena Athiroh telah memiliki dua PATEN dari penelitian sebelumnya. Dia juga telah menulis 10 Buku ber ISBN.
“Kehidupan semakin berkah kalau karya kita memberikan nilai kebaikan kepada orang lain. Maka gelar guru besar ini diharapkan memberikan manfaat dan keberkahan bagi keluarga, masyarakat , agama, bangsa dan negara. Termasuk menjadi motivasi dan inspirasi untuk orang lain,” ungkapnya.
Menjadi Guru Besar bukan proses yang mudah. Bukan sekedar bimsalabim. Prof Athiroh telah menunjukkan banyak karyanya sebagai seorang akademisi. Ada banyak dana hibah penelitian yang sudah diperoleh sejak tahun 2005 hingga sekarang.
Berbagai penghargaan juga sudah diperoleh. Antara lain Dosen Berprestasi LLDIKTI 7 tahun 2016, The Best Presenter The 1st International Conference on Science, Technology and Engineering for Sustainable Development (ICostes) Tahun 2018. Unisma Awards 2022 (Karya Ilmiah Prosiding terbanyak Peringkat 1). Unisma Awards 2022 (Penelitian terbaik DIKTI Peringkat 1). Dosen dengan Karya Ilmiah Paten Terbanyak. Dan Dosen dengan Pendanaan Riset Eksternal Terbanyak. Serta banyak lagi penghargaan lainnya.
Sejak Tahun 2000 Prof Athiroh fokus pada penelitian produk benalu teh. Penelitiannya ini kini sudah sampai pada produk inovasi dan hilirisasi. Untuk menghasilkan suatu sediaan inovasi benalu teh – benalu mangga memerlukan waktu sekitar 10 tahun melakukan riset. Telah dilakukan uji pre-klinik meliputi uji invitro, invivo, toksisitas, dan uji In-Silico. Pada tahun 2023, dilakukan uji klinik ke responden hipertensi dan telah mendapat surat laik etik dari KEPK RSI UNISMA. “Harapannya, hasil riset ini siap menuju hilirisasi dan komersialisasi bersama DUDI untuk mewujudkan UNISMA sebagai Entrepreneur University,” pungkasnya. (sir/imm)