spot_img
Saturday, April 27, 2024
spot_img

Tekun Salat saat di Lapas, Hatinya Terketuk Tempuh Jalan Kebaikan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

INSPIRING RAMADAN

Menjadi sosok lebih baik merupakan pilihan   setiap individu. Jalan inilah yang dipilih  Budi Purnomo. Pria yang banyak dikenal dengan nama Budi Tatto ini  mengalami banyak kisah pahit, asin, manis dan asamnya kehidupan.

Pria berusia 53 tahun ini, sudah empat kali merasakan tinggal di balik jeruji besi. Sejak tahun 1989-1990 sudah harus berurusan dengan hukum.

“Saya hidup sangat banyak di jalanan. Saya masuk sel itu, sudah empat kali. Terakhir saya masuk di Lapas Kelas I Malang alias Lapas Lowokwaru,” jelasnya.

Setelah bebas di tahun 1995-an, ia kemudian mencoba berjualan di Terminal Arjosari. Namun, sekitar tahun 1996, kembali berurusan dengan  hukum. Saat itu ditahan di Lapas Kerobokan Bali.

Setelah bebas, ia kembali terjerat masalah hukum di Pasuruan. Perjalanannya pun masih penuh liku.

Pria bertubuh kekar karena seringnya olahraga angkat beban ini  kerap bekerja sebagai bodyguard.

Tak hanya itu, beberapa lokasi strategis juga menjadi tempat yang diawasinya alias pengamanan luar. “Kemudian saat itu, saya sempat mengawal seseorang. Dan ternyata orang ini terlibat kasus hukum, dan saya ikut tertangkap,” lanjutnya.

Kejadian itu sekitar tahun 2015 lalu. Ia dihukum cukup berat.  Namun  dari sinilah perjalanan pertaubatan Budi dimulai.

Hartanya habis untuk membayar banyak hal, bahkan sampai minus. Di lapas ia harus berjuang untuk bisa mendapatkan penghasilan. Dalam  momen itulah, hatinya mulai terketuk.

“Saya waktu salat waktu sembahyang itu, selalu marah-marah. Saya bertanya-tanya, kalau saya memang seorang yang tidak baik, tunjukkan. Kenapa harus saya dijebloskan dan seperti semuanya diambil,” ceritanya.

Kemudian Allah SWT menjawab, pertanyaa Budi dalam beberapa petunjuk. “Saya seperti mendapatkan isyarah atau petunjuk, kalau anak dan istri saya di luar pasti dijamin rezekinya. Asalkan, saya harus terus berusaha,” lanjut Budi.

Namun, lubuk hatinya masih ingin membuktikan bahwa Allah itu ada. Ia bermunajat dan memintaagar memiliki sebuah  motor. Kemudian rambutnya ini tidak dipotong saat bebas nanti. Serta keluarganya tercukupi.

“Lagi-lagi Allah menjawab itu semua. Saya memang sempat mendapatkan isyarah lagi, nanti ada   yang akan  membelikan saya sepeda motor tapi tidak tahu siapa. Dan benar saja,” ceritanya.

Namun, sosok Budi yang dikenal di kalangan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Lapas Lowokwaru, memiliki cerita unik. Saat itu, ada syuting film Yowis Ben yang dibintangi Bayu Skak.

Karena ada bintang tamu yang akan masuk, ia turun dari blok lapas dengan menggunakan kacamata hitam. Ternyata, saat itu ia justru dikira bintang tamu yang datang.

“Saat itu, saya pakai baju putih sendiri. Sementara teman yang lain pakai kaos hitam. Kemudian saat bertemu penjaga, kaget dan tertawa kalau itu saya. Dan saya ikut diajak syuting, dadakan saat itu. Saat sequel sedang di dalam Lapas,” kenang Budi.

Kini hatinya semakin teguh berbuat kebaikan. Ia sempat mendapatkan selamat dari Kepala Lapas Kelas I Malang, kala itu. Pasalnya, ia bebas tanpa membawa banyak uang. Bahkan ia justru mendapatkan bantuan dari pihak lapas dan rekan-rekannya.

Kini  terus berusaha untuk bisa menjadi lebih baik. Menginjak usia lebih dari setengah abad. Belum lagi anaknya yang sudah kuliah dan menikah, menjadi pengingat agar usianya dimanfaatkan untuk berbuat kebajikan.

“Sekarang saya selalu ingat mau di bawa usia saya. Sekarang saya selalu ingin jadi lebih baik. Saat ini saya yang menjalani tugas debt collector, juga tidak menyita melainkan memaksimalkan win-win solution,” tuturnya.

Bahkan, ia kerap kali menjadi penengah untuk rekan-rekannya, atau orang yang mendapat perlakuan kurang tepat dari debt collector. “Saya biasanya yang menengahi. Meskipun pembayaran hutang ini salah karena diingkari, dan pengambilan objek juga tidak dibenarkan. Saya yang sering menengahi untuk dapat jalan keluar terbaik,” terang Budi.

Selain itu, sosok Budi yang sudah banyak dikenal sejak di dalam lapas  kerap ikut berbagi untuk sesama. Bersama Komunitas Singo Lapas, ia sempat ikut melakukan kegiatan kemanusiaan.

“Kami sekarang aktif juga, seperti berbagi takjil dan banyak aksi sosial lain. Saya punya pegangan selalu belajar lebih baik. Orang salah tidak bisa disalahkan, dan orang benar juga tidak bisa selalu dibenarkan. Semua punya alasannya sendiri. Jangan pernah lupakan ibadahmu, bagaimanapun keadaan yang dialami,” ungkapnya.

Ia  mengatakan kadang suka bergetar ketika melihat anak-anak dan istrinya yang taat beribadah. Ini juga menjadi motivasi Budi selalu semangat berbuat kebaikan, dan memperbaiki ceritanya di masa lalu. (rex/van)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img