.
Saturday, December 14, 2024

Telur Asin SAE; Sudah 32 Tahun, Pertahankan Kualitas dan Cita Rasa

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Telur asin menjadi salah satu makanan yang memiliki tempat di hati para penggemarnya. Selain dikonsumsi langsung, banyak juga kuliner-kuliner lain yang menjadikan telur asin sebagai kondimen pelengkap, salah satunya yakni rawon. Umumnya menggunakan telur bebek sebagai bahan utama, membutuhkan pengalaman lebih untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas seperti yang dilakukan perajin Telur Asin SAE.

Perajin Telur Asin SAE, Sugeng Suryanto telah menggeluti dunia tersebut sejak tahun 1991. Kepada Malang Posco Media ia menceritakan berawal dari produksi puluhan, kini ia bisa memproduksi hingga ribuan telur asin setiap minggunya yang didistribusikan ke berbagai kota, seperti Surabaya dan Jakarta.

“Kami hitungannya per minggu bisa memproduksi hingga lima ribu telur asin yang siap dipasarkan ke berbagai mitra kami. Untuk telurnya sendiri saya ambil dari peternak yang ada di Dampit. Hanya satu peternak karena memang untuk mempertahankan kualitas dari telur asin yang di produksi,” terangnya.

Mulai dari pakan, indukan sampai dengan kondisi perawatan dari telurnya sangat diperhatikan. Sebagaimana motto yang selalu dipegang ‘SAE rasanya, SAE kualitasnya’, ia senantiasa memperhatikan kualitas dari produk olahannya tersebut. Selain kualitas, ia juga senantiasa mempertahankan cita rasa dari telur asin.

“Untuk menghasilkan produk yang berkualitas, saya mempertahankan produk tradisional. Selain itu kelebihan dari produk olahan saya ini pasti higienis dan dari bahan-bahan terpilih. Jadi cita rasa yang dihasilkan akan tetap terjaga,” paparnya.

Ia memasarkan produknya secara offline dan juga online. Pascapandemi ini, ia lebih banyak bekerjasama dengan mitra-mitra seperti restoran ataupun rumah makan yang memerlukan produk telur asin olahannya. Sementara untuk retail lebih banyak melakukan penjualan secara online.

“Sebelum pandemi itu 90 persen basicnya ke pasar tradisional, sekarang kebalik 5 persen itu ke pasar tradisional, sedangkan sisanya itu sudah merambah ke online. Jadi penjualan produknya lebih banyak ke online. Disamping itu kita juga menyuplai beberapa restoran, hotel, rumah makan ataupun catering. Itu lebih menguntungkan,” imbuhnya.

Telur asin SAE dibanderol dengan harga Rp 4 ribu per butir. Selain telur asin terdapat produk lainnya, yakni kuning telur asin dan botok telur asin. Berawal dari produknya yang tidak laku ketika pandemi melanda, namun kini kuning telur asin menjadi salah satu primadona yang banyak dicari oleh konsumen.

“Dulu pas pandemi itu ada sekitar dua puluh ribu telur asin tidak laku karena ada pembatasan, jadi kami coba untuk berinovasi dengan mengambil bagian kuningnya saja. Setelah dipasarkan secara online, ternyata peminatnya cukup banyak. Jadi bahan dasar untuk saus menu di restoran, misalnya Udang Telur Asin,” tandasnya.

Rencananya akan ada dua produk lain turunan dari telur asin yang akan segera dikeluarkan. Namun untuk saat ini, masih dalam tahap pengembangan dan penelitian. Inovasi-inovasi tersebut terus ia lakukan untuk dapat mengenalkan produknya ke masyarakat dari berbagai kalangan. (adm/ley)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img