spot_img
Thursday, May 16, 2024
spot_img

Luthfi Maizakusuma, Gowes Keliling Indonesia

Tembus 33 Provinsi, di Sulawesi Kumpul Cerita Rakyat

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Mengayuh  sepeda menembus 33 provinsi di Indonesia. Itu bermula dari kebiasaan Luthfi Maizakusuma bersepeda sejak kecil. Ketika kuliah di Malang, hobinya itu membawanya ke berbagai penjuru.

Petualangan Luthfi Maizakusuma dimulai sejak tahun 2012 lalu. Itu setelah dia dua tahun merantau di Malang. Kala itu Luthfi gowes dari Kota Malang ke Bali. Ini petualangan berani, lantaran hanya berbekal uang Rp 50 ribu.

“Saya beli sepeda di Pasar Comboran untuk digunakan sehari-hari. Kemudian saya ke Bali selama satu minggu, mulai dari berangkat hingga pulang,” ceritanya.

Bermodal pengalaman itu, Luthfi makin tertantang. Tahun 2014, bersama sahabatnya Doni Ukik melanjutkan petualangan.

Saat itu ia berkelana menjelajahi Pulau Sulawesi. Tak sekadar bersepeda, Luthfi juga mengumpulkan cerita rakyat  Sulawesi. Setelah itu, ia membagikan ceritanya tersebut melalui kanal YouTube Debu Nusantara.

“Waktu itu sekitar Februari 2014, saya berangkat ke Sulawesi dengan modal uang saku Rp 600 ribu. Namun, saya harus kembali ke Malang untuk yudisium dan wisuda jenjang sarjana Juli 2014,” kata alumnus Jurusan Matematika IKIP Budi Utomo itu.

Hanya bertahan satu bulan di Kota Malang, ia kembali berkelana ke berbagai provinsi. Dimulai dari Bali, kemudian ke Provinsi NTB dan NTT, dilanjutkan ke Provinsi Maluku dan Maluku Utara. Selanjutnya jelajah Provinsi Papua dan Papua Barat.

Setelah misinya dianggap sudah selesai, Luthfi memutuskan kembali ke Kota Malang pada Januari 2015. Setibanya di Malang, ia langsung meneruskan pendidikan ke jenjang magister di Jurusan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Baru menjajaki sebagai seorang mahasiswa magister, Luthfi menemukan tambatan hatinya. Seorang perempuan yang dikaguminya, dikenalnya pada Maret 2015 itu, membawanya semakin jauh berpetualang.

Tepat di tahun 2016, pujaan hati Luthfi diterima sebagai mahasiswa magister di  Tiongkok. Hal itulah awal dari inspirasi mengejar asa hingga ke Negeri China.

Sebelumnya, di tahun 2017 sambil mengumpulkan bekal, Luthfi kembali melanjutkan perjalanannya. Kali ini giliran provinsi di bagian barat Indonesia menjadi tujuan.

“Mulai dari Sumatera, Jawa hingga Kalimantan saya jelajahi selama hampir setahun, tepatnya pada 2017 lalu. Total sudah 33 provinsi yang saya kunjungi dengan gowes. Hanya Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) saja yang belum,” lanjut Luthfi.

Mendekati tahun 2018, ia kemudian mulai mencari bekal pengetahuan terkait negara tempat kekasihnya menimba ilmu. Di sana ada beberapa buku yang ikut membakar semangatnya. Juga  menginspirasi untuk mengkolaborasikan hobinya dengan tujuan meminang sang kekasih.

“Saya membaca sebuah artikel tentang Pradyumna Kumar Mahanandia : Cycling from India to Sweden for the Love That Has Been Given. Sejak itu saya berpikir Pradyumna saja bisa, kenapa saya tidak. Akhirnya saya memutuskan  melamar kekasih saya saat ia wisuda,” terangnya.

Dengan berbagai bekal persiapan sepanjang tahun 2017 hingga awal tahun 2018. Luthfi akhirnya membulatkan tekadnya. Ia berangkat ke Tiongkok menyusul kekasihnya.

Saat perjalanan ke sana, sempat mampir ke beberapa negara untuk gowes. Seperti contoh, ia bersepeda dari Nepal hingga ke India. Kemudian terbang ke Negeri Gajah Putih, Thailand untuk menikmati berbagai penjuru negeri dengan mengayuh sepedanya.

“Mendekati 15 Juli 2018 saya memutuskan masuk ke Tiongkok. Karena sudah mendekati batas kedaluarsa visa saya. 27 Juli 2018, saya  tiba tepat waktu di wisuda kekasih saya, yang saat ini menjadi ibu dari anak saya,” kata Luthfi.

Ia mengatakan bisa pergi ke luar negeri bahkan mengelilingi nusantara bukan karena dirinya anak orang kaya. Melainkan, seseorang yang lahir dari keluarga sederhana. Dia kelahiran Sungai Duri di Kalimantan Barat.

“Untuk bertahan hidup dan mencari tambahan bekal, saya mengamen di setiap negara dengan biola. Saat itu saya bisa menghasilkan Rp100-200 ribu dari mengamen selama 2-3 jam di luar negeri. Ini kemudian saya abadikan di nama akun Instagram saya, @penggowes, yang berarti Pengamen Gowes,” terang ayah satu anak itu.

Usai berkelana dan mewujudkan berkeluarga dengan kekasihnya, Luthfi kini fokus mengurus keluarga kecilnya. Kendati demikian, dirinya tidak meninggalkan hobi gowes.

Mei 2021 lalu, ia bersama rekannya pecinta gowes membuat organisasi baru. Organisasi ini juga menjadi wadah menampung berbagai goweser dari berbagai komunitas di Malang.

“Kami lintas komunitas kemudian melahirkan organisasi baru yang kami beri nama Omah Pancal Malang (OPM). Tujuan dibentuknya bukan sebagai komunitas baru, melainkan sebagai rumah dari berbagai komunitas yang ada di Malang, ” cerita pria 30 tahun itu.

Selain untuk warga Malang Raya, OPM juga dibuka untuk umum. Bahkan goweser dari luar negeri, juga akan disambut hangat di OPM yang anggotanya mencapai ratusan orang,” bebernya.

Luthfi mengatakan,   gowes memang menyehatkan. Tetapi ia menggarisbawahi, agar goweser ini lebih matang dalam menyiapkan sebuah tur.

“Tidak hanya fisik dan mental saja, tetapi juga finansial dan pengetahuan tentang medan tujuan harus disiapkan. Pasalnya kalau itu tidak disiapkan, sama halnya dengan bunuh diri,” lanjut Luthfi.

Dari pengalamannya itu pula, Luthfi kemudian mencurahkan kisah hidupnya dalam sebuah tulisan. Saat ini sudah ada dua tulisan jadi, dan sedang memasuki tahapan tulisan ketiganya.

“Tapi untuk diterbitkannya kapan, itu nanti dulu. Karena prosesnya akan panjang. Karena tulisan itu sebagai prasasti untuk anak saya nanti,” kata dia.

Sekarang Luthfi membina keluarga, sambil tetap gowes di akhir pekan bersama keluarga maupun organisasi dan komunitasnya.  “Kalau ditanya saat ini saya tergabung di mana, saya sekarang aktif di Dagelan Gowes, Pedal Malam dan RGCS selain di OPM,” pungkasnya. (moch  rexy qolbi/van) 

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img