Anggota Tentara Genie Pelajar (TGP) Malang, Lantip Soedarmadji dan Kisah Perjuangannya (2)
Perjuangan anggota Tentara Genie Pelajar (TGP) Malang bagai tak berujung. Usai perang melawan penjajah, mereka masih tetap melanjutkan perjuangan. Salah satunya membangun sekolah di Sumberpucung.
MALANG POSCO MEDIA– Anggota TGP setelah aksi bumi hangus Malang akhirnya merapat ke daerah Sumberpucung. Markas yang sebelumnya di Malang dipindahkan ke wilayah tersebut. Cukup lama mereka tinggal di Sumberpucung. Hidup bersama dengan masyarakat. Respon masyarakatnya pun sangat positif, berbagai kebutuhan dari para tentara dipenuhi.
“Namun saya selalu ingat pesan bapak, jangan sampai membebani rakyat. Karena kita makan dan tidur bersama rakyat. Jadi bergerilya, pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Pernah ke Blitar sampai ke Kediri,” tutur Ninuk Hariyati Sri Rejeki, salah seroang anak Lantip Soedarmadji.
Pasca Kemerdekaan dan pensiun dari kemiliteran, Lantip sempat berpindah-pindah tempat pekerjaan. Termasuk juga mengambil alih perusahaan Belanda. Yakni Pabrik Kertas Leces di Probolinggo bersama dengan rekannya Abdul Sukur.
Lantip juga pernah bekerja di CV Indomarine yang kala itu mengerjakan sebuah proyek di Pabrik Gula Krebet. Belum genap satu tahun, ia diperintahkan mengurusi Pabrik Gula di Kebon Agung, begitu juga di Pabrik Gula Jatiroto dan Pabrik Gula Semboro.
“Bapak pernah bilang begini, bapak selama hidup belum pernah melamar ataupun mencari pekerjaan. Justru sebaliknya, pekerjaan lah yang mencari bapak,” tuturnya.
Bersama dengan teman-teman mantan anggota TGP, Lantip memiliki rencana membantu suatu sekolah yang letaknya di Sumberpucung. Kala itu, di daerah Sumberpucung belum ada SMP, begitu juga para pejuang pada waktu itu yang tergabung dalam anggota TGP masih di usia SMP.
“Karena pada masa jatuhnya Malang saat perang Kemerdekaan markas pindah ke Sumberpucung. Sebagai balas budi kepada masyarakat Sumberpucung, para Tentara Genie Pelajar (TGP) ingin membuat kenang-kenangan yang bermanfaat bagi masyarakat Sumberpucung, yakni berupa bangunan gedung SMP,” imbuhnya.
Dana pembangunan gedung tersebut berasal dari sumbangan para anggota TGP. Karena pensiun dini, akhirnya pendanaan semuanya diatur oleh Lantip. Ia juga yang menjadi pelaksana pembangunan sekolah tersebut.
Tanah yang digunakan untuk mendirikan gedung sekolah di Sumberpucung berasal dari sumbangan Kepala Desa yang merupakan Tanah Bengkok (Tanah Kas Desa/Tanah negara yang diberikan oleh pemerintah daerah).
Proses pembangunan dimulai pada Oktober 1978 dan kemudian pada 22 Juni 1979 dilakukan reun para mantan Anggota TGP. Sehari setelahnya, yakni pada tanggal 23 Juni diadakan upacara penyerahan gedung SMP kepada Bupati Malang dan selanjutnya diserahkan kepada Kepala Dinas Pendidikan.
“Bapak selalu menyempatkan untuk berkunjung ke gedung sekolah yang sudah bapak dirikan bersama teman-temannya. Setiap dua bulan sekali, bapak berkunjung ke SMP Negeri 2 Sumberpucung,” terang Ninuk.
Setiap kedatangan Lantip dan teman-teman TGP ke SMP Negeri 2 Sumberpucung senantiasa mendapatkan sambutan yang hangat dari para siswa dan guru. Mereka seperti memberikan rasa hormat terhadap para pejuang kemerdekaan itu.
“Bapak selalu mengingat pesan yang diberikan oleh ayahnya atau kakek saya, yakni ‘Ora Perlu sugih bondo, nanging sugih bolo’ yang jika dibahasa Indonesia kan akan bermakna tidak perlu kaya, namun banyak saudara,” ucapnya.
Pejuang TGP Lantip Soedarmadji meninggal dunia tahun 2022, di usia yang ke 92 tahun. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Suropati, Malang. Semasa hidupnya ia sosok nasionalis. Hidupnya benar-benar diabadikan untuk kemajuan bangsa dan negara. Bahkan diusianya yang tidak muda lagi, semangat dan cintanya terhadap Tanah Air tak pernah padam. Beberapa tahun terkena stroke, namun ia masih tetap semangat menceritakan perjuangan melawan penjajah. Ingatannya begitu kuat tentang berbagai peristiwa yang terjadi selama penjajahan hingga kemerdekaan. (adm/van)