MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Sosok perempuan berdedikasi tinggi, muncul dari sosok Mega Perwira Donowati. Perempuan kelahiran Pamekasan yang kini menjabat sebagai Pengawas Satuan Pelayanan Terminal Tipe A Arjosari atau yang lebih dikenal Kepala Terminal Arjosari sejak 23 April 2025 tersebut, sukses membuat gebrakan baru untuk menata terminal yang ikonik di Kota Malang itu menjadi lebih baik. Berikut wawancara wartawan Malang Posco Media Rexy Qolbi dengan Perwira Donowati.
MPM: Bagaimana cerita perjalanan Bu Mega, untuk tegas mengembalikan fungsi Terminal Arjosari?
Mega Perwira Donowati: Pelaksanaan aturan baru bahwa penumpang naik dan turun di terminal ini, sudah cukup bagus. Saya sendiri di Malang ini, bukan pendatang baru. Sejak 2022 saya sudah menjadi staf di Terminal Arjosari, sebelum promosi menjadi Wasatpel di Pandaan dan 2025 masuk kembali ke Terminal Arjosari.
Sejauh ini, potensi bus di Kota Malang cukup baik, mengingat Malang sebagai kota wisata dan pendidikan. Hanya saja, banyak yang belum terarah, dengan penumpang yang banyak turun maupun naik di luar terminal.
MPM: Pandangan Bu Mega terhadap penerapan peraturan ini seperti apa?
Mega Perwira Donowati: Sebetulnya, pelaksanaan aturan ini bukan untuk kepentingan saya pribadi, melainkan untuk Terminal Arjosari dan tentunya masyarakat yang hidup di terminal dan sekitarnya. Banyak UMKM yang tumbuh di sini, namun bergerak lambat, karena terminal ini sepi kunjungan. Banyak yang berhenti baik naik maupun turun, di luar area terminal.
Kami ingin mengembalikan fungsi terminal, sebagaimana mestinya. Yakni, tidak hanya sekadar tempat transit, tetapi juga tempat yang nyaman, aman dan bisa memfasilitasi para penumpang bus. Sekarang sudah ada ruang tunggu AC, kamar mandi juga nyaman, area terminal juga bersih dan tidak kumuh.
MPM: Bagaimana cara menarik minat masyarakat untuk menghidupkan terminal di tengah pro dan kontra aturan baru?
Megawati Perwira Donowati: Ke depan banyak hal yang akan bisa dilakukan di Terminal Arjosari. Kami menyiapkan sudut yang bisa menjadi daya tarik dan minat masyarakat, khususnya penumpang dan penjemput atau pengantar. Misalnya nanti ada music corner, kemudian ada space untuk pameran seni budaya dan sebagainya.
Kami juga sudah menyiapkan signage seperti neon box untuk tulisan ikonik seputar Terminal Arjosari, seperti ‘Welcome to Arjosari’ atau yang serupa. Kami ingin mengembalikan iklim dan fungsi adanya terminal. Semakin banyak kunjungan, semakin hidup UMKM di sini, perputaran ekonomi jalan dan tentunya multiplier effect akan terjadi.
MPM: Masih banyak masyarakat yang underestimate dan belum sepenuhnya percaya dampak positif aturan baru, bagaimana tanggapannya?
Mega Perwira Donowati: Memang banyak masyarakat yang sudah komentar miring terlebih dahulu. Ada yang bilang menutup rezeki orang, menyulitkan, hingga aturan yang dianggap angin-anginan atau tidak tegas. Padahal, kami sudah siap dan tidak akan seperti itu. Meskipun merubah kebiasaan tak semudah membalikkan telapak tangan. Tapi prinsip saya adalah mencoba dengan segala pertimbangan dan semangat terbaik, masalah hasil adalah bagian dari proses. Coba dulu dengan niat baik dan tulus.
Harapan kami ke masyarakat juga seperti itu, mari kita coba dulu untuk melaksanakan ini sebaik dan semaksimal mungkin. Kami sekarang sudah membuka pintu bagi ojek online (ojol) yang menjemput atau menurunkan calon penumpang bus di dalam area terminal. Untuk para ojek pangkalan (opang), kami juga membuka diri. Kami membuka komunikasi, bisa ada spot untuk mereka menjemput dan menunggu penumpang. Kami tidak melarang dan ini akan bisa jadi fasilitas buat penumpang bus. Mungkin bagi yang awam dengan teknologi dan lebih suka konvensional, atau dalam kondisi mendadak, bisa memilih ojek konvensional. Tapi harus ada komunikasi, kami berharap bisa segara ada, agar pelaksanaan aturan baru ini semakin optimal.
MPM: Melihat situasi saat ini, apa yang membuat Bu Mega optimis dalam menjalankan kepemimpinan ke depannya?
Mega Perwira Donowati: Kami melihat dan melakukan sedikit survei, bahwa apapun aturan untuk kebaikan bersama akan didukung. Termasuk dengan aturan baru ini, sebetulnya banyak yang mendukung. Namun, di sisi lain ada orang yang enggan berubah dari kebiasaan lama, dan mencoba mempengaruhi yang sudah setuju atau netral. Ini tantangan bersama, kami ingin membuktikan bahwa Terminal Arjosari ini bisa lebih baik lagi. Khususnya dalam menata mobilitas bus dan penumpang, dengan tetap mempertahankan fungsinya serta menjadi salah satu penggerak roda ekonomi yang strategis, serta bisa jadi destinasi wisata. Apapun yang coba saya kerjakan untuk Terminal Arjosari, masyarakat dan lingkungan sekitar.
Naik turun di terminal ini akan mengurangi risiko bahaya, bus yang tiba-tiba berhenti untuk menarik maupun menurunkan penumpang. Bus tidak fokus sampai di tempat tujuan, yang membahayakan pengguna jalan lain. Selain itu, juga bisa mengurangi kemacetan, karena bus berhenti di jalan alias ngetem untuk menunggu dan menaikkan penumpang. Padahal, jalan itu adalah milik umum, yang orang lain dan kendaraan lain juga memilik hak untuk aksesnya. Selama ini banyak yang ngetem dan berhenti di luar, sangat disayangkan dan tentunya pasti menyebabkan macet dan akhirnya jadi semrawut dan kumuh.
Silahkan semua bisa naik dan turun di terminal, bertahap kami akan terus meningkatkan pelayanan di terminal. Sehingga masyarakat aman dan nyaman. Akses transportasi lanjutan juga bisa berjalan, mau naik ojol, angkot, maupun opang, semuanya bisa dari Terminal Arjosari. Mau parkir di manapun, tinggal turun terminal jalan sedikit ke luar sambil hitung-hitung olahraga, sudah sampai di parkiran tinggal melanjutkan perjalanan. Mari bersama, mewujudkan ini untuk kebaikan bersama. (rex/jon)