Doa Rasulullah SAW diijabah. Kota Thaif menjadi kota yang makmur. Kota subur di tengah jazirah Arab yang gersang. Bisa dibilang, Thaif adalah Kota Batunya Arab Saudi. Hijau asri. Aneka buah-buahan dihasilkan di kota ini. Berikut cerita wartawan Malang Posco Media (MPM) Imam Wahyudi yang belum lama ini berkunjung ke Thaif.
========
Memasuki Kota Thaif akan disambut pepohonan nan hijau. Di kanan kiri jalan raya menuju pusat kota, tumbuh subur pohon-pohon besar. Cuaca di kota ini sejuk. Meskipun Arab Saudi sedang musim panas. Tak heran jika kota ini menjadi idaman orang-orang Arab.
Para pejabat kerajaan Arab hampir semuanya punya rumah di sini. Tak terkecuali pangeran Arab Saudi, Muhammad bin Salman.
Kami, jamaah umrah yang berangkat akhir Desember 2022 lalu, sempat melewati halaman depan rumah putra mahkota Arab itu. Besar, luas. Berada di dataran tinggi. Dari rumah itu terlihat pemandangan bukit-bukit yang ada di Kota Makkah dan sekitarnya.
Setelah pandemi Covid-19, Kota Thaif kembali dibuka untuk menerima kunjungan jamaah haji dan umrah. Untuk sekadar refreshing, kota ini wajib dikunjungi. Hanya sekitar 65 kilometer dari Kota Makkah.
Sekaligus mengenang dan melihat dari dekat jejak perjuangan Baginda Rasulullah SAW.
Thaif punya sejarah terkenal di Sirah Nabawiyah. Hampir di setiap kajian sejarah awal tersebarnya Islam, kota ini disebut.
Kota yang menunjukkan kebesaran hati Rasulullah. Kota yang menjadi saksi tingginya derajat kesabaran Nabi Muhammad, bahkan dibanding Malaikat Jibril sekalipun.
1 Januari 2023 lalu, kami melewati masjid kecil. Namanya Masjid Addas. Masjid ini menjadi monumen, tempat berdoanya Nabi Muhammad untuk warga Thaif. Saat beliau berdarah akibat dilempari batu dan kotoran. “Addas merupakan nama budak yang memberikan bantuan kepada Nabi saat mendapat tindakan kekerasan dari penduduk Thaif,” ujar Ustadz Saidy Afan, salah satu muthawwif yang mendampingi perjalanan kami.
Saat Rasulullah tersudut akibat tindakan kekerasan, Malaikat Jibril menawarkan bantuan yang mengejutkan : menghujam penduduk Thaif dengan gunung. Nabi Muhammad menjawab tawaran tersebut dengan doa yang indah. Doa itu panjang. Penuh makna. Penuh harapan dari seorang rasul untuk umatnya.
Di ujung doa yang terkenal itu : Ya Allah, berilah hidayah kepada umat ku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.
Kepada Malaikat Jibril, Rasulullah juga berucap : Walaupun mereka menolak ajaran Islam saat ini, aku berharap dengan kehendak Allah, keturunan mereka pada suatu saat akan menyembah Allah dan beribadah kepadanya.
Dialog ini diriwayatkan Zaid bin Haritsah. Sahabat Nabi sekaligus anak angkat beliau. Satu-satunya yang menemani Nabi syiar ke Thaif kala itu.
Untaian kalimat Rasulullah begitu indah, menunjukkan karakter yang kuat dan tingginya akhlak. Ucapan itu didengar dan diijabah oleh Allah. Thaif kini menjadi kota yang makmur. Dari kota ini juga lahir ulama-ulama besar.
Salah satunya, berkat perjuangan sahabat Nabi, Abdullah bin Abbas. Kami sempat ziarah ke makam beliau, yang ada di pusat Kota Thaif. Makam sahabat yang banyak meriwayatkan hadits ini selalu ramai dikunjungi jamaah haji dan umrah.
Tidak jauh dari Masjid Addas, ada Masjid Masjid Quk. Ukurannya juga kecil. Bentuknya kotak saja. Sama seperti Masjid Addas, Masjid Quk terlihat hampir tidak terawat. Persis seperti monumen.
Masjid Quk, juga menjadi saksi perjuangan berat Nabi Muhammad. Masjid ini tempat Nabi berhenti sejenak untuk istirahat sambil membersihkan luka-luka.
Jamaah umrah tidak diperkenankan turun dari kendaraan untuk melihat lebih dekat. Karena lokasinya pas di pinggir jalan raya. Tidak memungkinkan untuk parkir kendaraan besar.
Kota Thaif terletak di sebelah tenggara Kota Mekah. Kota Thaif adalah kota yang sangat bersejarah dalam perkembangan Agama Islam. Jarak Kota Thaif sampai Mekah kurang lebih 65 km. Kota Thaif merupakan salah satu kota yang diistimewakan oleh Rasulullah.
Ustadz Saidy Afan, menerangkan Nabi Muhammad SAW pergi ke Thaif ditemani oleh Zaid bin Haritsah dengan tujuan mencari perlindungan dan bantuan setelah didesak oleh kaum Quraisy di Makkah.
“Harapan Nabi sangat besar untuk diterimanya Islam di kota ini. Karena beliau memiliki keluarga di Thaif, dan memiliki kenangan yang baik saat kecil,” ujarnya.
Setelah tiba di Thaif, Nabi Muhammad SAW menuju ke rumah para pemuka Bani Tsaqif yang merupakan orang berkuasa di daerah tersebut.
Kemudian Nabi Muhammad SAW menyampaikan tentang Islam dan mengajak mereka agar beriman kepada Allah. Setiap bertemu warga Thaif baik di pasar maupun di tempat lain, beliau mengenalkan Islam dan mengajak masuk Islam.
Sayangnya tak satupun kabilah yang mau menerima ajakan dakwah Nabi. Malah mendapat penolakan keras dari penduduk Thaif, mulai dari kata-kata yang kasar hingga bentuk-bentuk tindakan kekerasan.
Padahal kota ini menjadi idaman. Dan diistimewakan oleh Nabi. Seandainya penduduk Thaif menerima syiar Rasulullah saat itu, maka yang menjadi Kota Madinah adalah Thaif. Bukan Yatsrib, yang kini menjadi Madinah Al-Munawwarah. (imm/van/bersambung)