“Kalau terlalu banyak begadang/ Muka pucat karena darah berkurang/ Bila sering kena angin malam/ Segala penyakit akan mudah datang/ Darilah itu sayangi badan/ Jangan begadang setiap malam.” (Begadang, Rhoma Irama)
Adalah aktor asal Amerika Serikat, Thomas Alexander Dekker menyatakan, “Tidur adalah rantai emas yang mengikat kesehatan dan tubuh kita.” Selama tidur, tubuh memasuki fase pemulihan untuk memperbaiki diri dan membersihkan racun yang terbentuk saat energi tubuh telah terkuras sepanjang hari. Bahkan tidur yang cukup, selain berperan dalam memperkuat sistem kekebalan tubuh, juga menjaga keseimbangan hormon dan meningkatkan suasana hati.
Menurut ilmu kesehatan, tidur adalah proses fisiologis normal yang bersifat aktif, teratur, berulang, kehilangan tingkah laku yang reversible serta tidak mampu merespon lingkungan dengan baik. Banyak ahli bersepakat bahwa tidur bukan semata-mata beristirahat; ia merupakan proses penting bagi tubuh untuk memulihkan energi, memperbaiki sel, serta menjaga keseimbangan fisik dan pikiran.
Tak heran bila orang yang kurang tidur di waktu malam atau sering tidur di waktu pagi dengan alasan begadang, akan lebih sulit untuk fokus bekerja dan memusatkan perhatian. Hal ini sudah pasti akan mempengaruhi produktivitas kerja. Terdengar fakta, ada seorang pendidik di sebuah lembaga pendidikan jika mengajar selalu mengulang-ulang satu materi karena lupa materi yang diajarkan sebelumnya.
Dalam dunia pendidikan tinggi, misalnya, tidak jarang dosen bukan hanya bekerja di kampus saja, akan tetapi di rumah pun masih banyak yang bekerja untuk mempersiapkan bahan ajar maupun kegiatan yang akan dilakukan pada esok hari. Waktu yang seharusnya digunakan untuk beristirahat (tidur malam) digunakan untuk bekerja di rumah.
Kebiasaaan tidur larut dan begadang tentu berdampak negatif bagi kesehatan tubuh. Salah satunya adalah penurunan daya ingat. Pakar psikologi dari UC Irvine, Steven J Frenda, menyebutkan orang yang memiliki waktu tidur lebih sedikit berisiko tinggi mengalami penurunan atau kesalahan mengingat yang fatal, dibanding orang yang tidur cukup.
Saat tidur nyenyak, otak merekam berbagai hal yang dipelajari dan dialami seharian ke dalam ingatan jangka pendek. Hal ini memungkinkan otak memproses dan menguatkan daya ingat secara optimal. Tidur juga membuat saraf-saraf otak yang menyimpan memori punya kesempatan untuk memperbaiki diri, sehingga bisa bertugas dengan baik pada hari selanjutnya.
Sebaliknya, tidur berlebihan juga tidak baik bagi kesehatan. Pendapat yang menganggap tidur delapan jam sehari sebagai tidur sehat ternyata dipatahkan oleh penelitian Daniel F Kripke, seorang profesor ahli psikiatri dari Universitas California.
Hasil penelitiannya selama sekitar enam tahun di Amerika Serikat dan Jepang menyimpulkan bahwa tidur selama delapan jam sehari memiliki resiko kematian lebih cepat dibandingkan selama 6-7 jam sehari.
Tidur secara berlebih dikenal juga sebagai oversleeping. Ada berbagai penyebab seseorang mengalami oversleeping, mulai dari sleep apnea, gangguan saraf, hingga depresi. Selain dapat menyebabkan kelelahan, kebanyakan tidur juga menyebabkan berbagai dampak negatif pada kesehatan tubuh.
Mengelola waktu tidur setiap malamnya merupakan hal yang perlu dilakukan sesuai dengan usia, kondisi kesehatan, hingga kualitas tidur seseorang. Mengutip pernyataan Imam Al-Ghazali yang menyebutkan bahwa waktu yang tersedia dalam satu hari berjumlah 24 jam, hendaknya waktu tidur tidak melebihi 8 jam. Dengan rata-rata hidup manusia 60 tahun, selama 20 tahun atau sepertiga usianya lebih banyak digunakan untuk tidur.
Begadang Seperlunya
Jauh sebelum para ilmuwan meneliti keterkaitan tidur dengan kesehatan, Nabi Muhammad SAW telah menunjukkan tips pola tidur yang sehat dan berkualitas. Berderet ilmuwan muslim juga telah menafsir dan merumuskan sabda Nabi SAW dalam menerapkan tidur yang berkualitas.
Ibnu al-Qayyim al-Jauzy mengatakan bahwa orang yang memperhatikan bagaimana Rasulullah tidur, mulai beliau bangun sampai tidur kembali, akan paham bagaimana tidur yang berkualitas bagi kesehatan tubuh. Pola tidur sehat yang beliau terapkan mulai beranjak tidur, saat tidur, dan setelah tidur, membuatnya hampir tidak pernah menderita sakit.
Jamak dimaklumi, Rasulullah SAW tidak suka begadang setelah salat Isya’ sebab beliau sangat ingin melaksanakan salat malam dan khawatir jika sampai melewatkan salat subuh berjamaah. Bahkan sahabat Umar bin Khattab pernah memukul orang yang begadang setelah salat Isya’, beliau mengatakan, “apakah kalian sekarang begadang di awal malam, nanti di akhir malam tertidur lelap”?
Pola tidur Rasulullah SAW adalah tidur yang paling baik bagi tubuh, yaitu tidur pada awal malam sekitar jam 21.00 WIB dan bangun sekitar jam 02.00 WIB dini hari, dilanjutkan dengan bersiwak, wudhu, dan mendirikan shalat tahajud hingga waktu salat subuh, kemudian beristirahat sejenak hingga terbit matahari.
Bagaimanapun, kurang tidur dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Salah satu dampak yang paling terasa adalah penurunan produktivitas kerja. Fokus dan konsentrasi menurun. Termasuk kemampuan kognitif seseorang. Ia menjadi lebih lambat dalam memproses informasi dan mengambil keputusan.
Dengan demikian, kurang tidur bukanlah hal yang bisa disepelekan. Ada baiknya kita perlu mendengarkan lagu “Begadang”, sebuah lagu legendaris yang dinyanyikan oleh Rhoma Irama yang dirilis tahun 1979. Lagu yang mengajarkan pentingnya menjaga kesehatan dengan cara yang sederhana, yaitu dengan tidur yang cukup.
Jika terpaksa harus menghadapi segudang pekerjaan dengan begadang bisa dilakukan seperlunya saja. Komplekstias hidup ini tidak akan pernah tuntas walau dihadapi dengan begadang bermalam-malam. Dalam menyikapi seberat apapun masalah hidup, kiranya perlu sesekali mengamalkan petuah penyanyi campursari Didi Kempot, “yuk dijogetin aja!”(*)