MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Tim dosen Departemen Teknik Elektro (DTE) Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Malang (UM) memasang perangkat pemantauan sistem pengairan sawah nirkabel. Kegiatan ini dilaksanakan di Dusun Tawang Desa Bendosewu Kabupaten Blitar, Selasa (9/8) lalu.
Kegiatan ini merupakan program pengabdian kepada masyarakat dengan melibatkan beberapa mahasiswa. Yaitu Bayu Arivia Putra, Rasyid San Adjie, dkk. Di kegiatan ini tim pengabdian bermitra dengan Drs. Moh. Chilmi sebagai ketua Kelompok Tani Tawang Makmur (KTTM).
Ketua Tim Pengabdian, Ir. Muhammad Afnan Habibi, S.T., M.T., M.Eng., mengatakan tujuan pengabdian ini untuk mengintegrasikan sumber listrik energi terbarukan dan juga teknologi Internet of Things (IoT) untuk sistem pengairan tanaman petani KTTM.
“Saya melihat praktik irigasi persawahan di wilayah ini yang masih menggunakan alat dengan berbahan bakar fosil, sedangkan penggunaan energi (fosil) saat ini membawa dampak yang cukup massif bagi perubahan iklim,” ujar Afnan.
Dengan adanya teknologi tepat guna tersebut, biaya penggunaan bahan bakar untuk pengairan sawah lebih hemat karena tergantikan oleh sumber listrik dari panel surya.
Proses panen energi matahari sebagai sumber energi alternatif untuk menggerakkan pompa air listrik secara efektif dan efisien diusulkan juga oleh Ir. Arya Kusumawardana, S.Pd, M.T., Langlang Gumilar, S.ST., M.T., dan Muis Muhtadi, S.T., M.T., M.Sc, Ph.D. Mereka adalah Tim Dosen Teknik Elektro FTUM.
Lebih detail lagi, sistem kerja dari teknologi ini mengkonversi energi surya menjadi energi listrik yang maksimal dengan Maximum Power Point Tracking (MPPT) panel surya. Energi listrik tersebut disimpan kedalam baterai DC yang selanjutnya diubah menjadi energi listrik AC menggunakan inverter. “Energi listrik AC tersebut digunakan untuk menghidupkan pompa air yang terintegrasi dengan sistem pemantauan dan kontrol IoT,” terangnya.
Perancangan IoT menggunakan beberapa komponen elektronik yang terdiri dari beberapa sensor, aktuator, sebuah mikrokontroller, dan aplikasi bergerak (mobile). Selain itu perangkat ini juga mengkolaborasikan penggunaan beberapa sensor. Sensor utama yang digunakan adalah sensor tahan air yang memberikan data kepada mikrokontroler yang berfungsi sebagai pusat pengendali untuk menghitung waktu tempuh yang dicapai gelombang dan waktu pantulannya berdasarkan kecepatan gelombang.
Sensor kedua yang digunakan adalah sensor kelembapan yang berfungsi sebagai penyedia informasi tingkat kelembapan pada daerah yang dipasang. Sensor berikutnya yang digunakan adalah sensor aliran air yang memberikan data aliran masukan dan keluaran air. Semua sensor tersebut mengirim data secara waktu-nyata atau realtime ke dalam penyimpanan awan (firebase). Sehingga dapat ditampilkan segera kedalam aplikasi mobile. Pada bagian keluaran atau aktuator, digunakan relay untuk memanipulasi kondisi nyala-mati dari pompa.
Melalui pengabdian ini para petani dapat memantau dan mengontrol proses irigasi persawahan melalui ponsel pintar masing-masing. “Inovasi ini memilki keunggulan tersendiri sebab lebih ramah lingkungan karena memanfaatkan sinar surya,” tandasnya. (imm)