MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Kabupaten Malang merupakan salah kabupaten dari 16 daerah di Jawa Timur yang menjadi wilayah prioritas penggarapan stunting. Hal ini tidak terlepas dari tingginya angka prevelensi stunting Kabupaten Malang yang mencapai 14,1 persen atau sekitar 26.700 balita pada tahun 2020.
Secara lebih spesifik, empat kecamatan yang menjadi prioritas sasaran penanganan stunting di Kabupaten Malang adalah Sumberpucung, Ngajum, Kromengan dan Wonosari. Dalam upaya penanganan stunting, pemerintah Kabupaten Malang telah menunjuk Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) untuk menjadi leading sector dalam pencegahan dan penanganan stunting.
Sebagai leading sector, DPPKB bermitra dengan berbagai aktor. Seperti, pemerintah kecamatan, tim penggerak PKK, Dharma Wanita, sekolah tinggi dan universitas, TNI, organisasi kemasyarakatan, perusahaan dan perbankan, dan lainnya.
Namun, permasalahan yang dihadapi adalah belum teridentifikasinya dengan baik tupoksi masing-masing pihak yang terlibat dalam program pencegahan stunting. Padahal hal ini diperlukan agar tidak terjadi kegiatan pengulangan dengan substansi serta tujuan sasaran yang sama. Selain itu, diperlukan penguatan jejaring dan sinergitas antar stakeholders yang terlibat dalam rangka dalam efektivitas pencapaian program pencegahan stunting.
Menyadari hal tersebut, tim pengabdian kepada masyarakat skim Blockgrant Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menginisiasi penguatan jejaring kolaborasi antar stakeholders. Melalui program pengabdian bertajuk “Penguatan Jejaring dan Sinergitas dalam Pencegahan Stunting sebagai Implementasi Program Sustainable Development Goals (SDGs) di Kabupaten Malang, tim pengabdian FISIP UMM memfasilitasi penguatan jejaring kolaborasi antar pihak. Tim terdiri dari Hutri Agustino, Haryo Prasodjo, Najamuddin Khairur Rijal, dan Mohd. Agoes Aufiya.
Sebagaimana dipahami, bahwa stunting menjadi salah satu agenda prioritas dalam pencapaian SDGs, di mana persoalan ini berkaitan secara langsung dengan berbagai aspek. Seperti kemiskinan, kelaparan, sanitasi, dan lainnya. Dampaknya adalah meningkatnya angka kematian anak dan mereduksi kecerdasan anak yang pada muaranya adalah menciptakan lingkaran setan kemiskinan dan keterbelakangan.
Karena itu, penanganan stunting menjadi agenda global yang menjadi perhatian bersama masyarakat internasional. Hal itu sebagaimana dijelaskan Agoes Aufiya dalam Focus Group Discussion penguatan kolaborasi pencegahan stunting yang digelar di Kecamatan Kepanjen, Rabu (1/11), dan dihadiri antara lain bidan desa, paguyuban keluarga berencana, pendamping sosial Kemensos, perwakilan ‘Aisyiyah, serta Pendamping Keluarga Harapan (PKH) dan perwakilan puskesmas dari empat kecamatan prioritas penanganan stunting di Kabupaten Malang.
Menurut Hutri, panggilan akrab Hutri Agustino, selaku ketua tim, mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu menyuksesakan acara. ‘’Tujuan program ini adalah melakukan pemetaan terkait tupoksi DPPKB dan pihak terkait dalam pencegahan terjadinya kasus stunting, memberikan literasi terkait dengan urgensi membangun jejaring sosial dalam pencegahan dan penanganan kasus stunting, serta memfasilitasi terwujudnya kolaborasi antar pihak untuk memaksimalkan upaya pencegahan stunting,” ujarnya.
Hal ini sekaligus menjembatani kolaborasi perguruan tinggi dan stakeholders di lapangan sebagai bentuk kontribusi nyata pada penanganan stunting di Kabupaten Malang. (sir/lim)