MALANG POSCO MEDIA – Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB) jalur zonasi untuk tingkat SMP resmi dimulai, Senin (8/7) kemarin. Hari pertama PPDB zonasi diwarnai sejumlah masalah teknis.
Misalnya ada beberapa keluhan mengenai titik koordinat yang kurang pas, hingga keluhan tidak paham saat pendaftaran via website.
Keluhan di antaranya disampaikan Kanti Indra. Warg Jalan Basuki Rahmat ini harus susah payah menentukan sekolah anaknya dengan jalur zonasi. Beberapa kali memasukkan alamat tetapi tidak sesuai dengan titik koordinat.
“Alamatnya itu masuk-masuk, jalan sempit. Tidak bisa dimasuki motor atau mobil. Nyatanya padahal tidak begitu. Jadi intinya alamat saya itu tidak sesuai dengan titik koordinat,” katanya saat dihubungi Malang Posco Media.
Dengan kendala yang dialaminya itu, Kanti diarahkan oleh panitia PPDB di Dinas Pendidikan Kota Malang untuk datang ke sekolah yang dituju. “Saya diminta ke SMPN 8. Dibantu operator di sana. Dan sekarang sudah selesai tinggal seleksi saja,” kata dia.
Tidak hanya Kanti, Ulfa yang putranya ingin masuk SMPN 25 juga mengalami hal yang sama. Alamat yang dicantumkan tidak sesuai titik koordinat. “Jadi titik koordinatnya itu tidak akurat. Tidak bisa masuk sampai gang. Sehingga kami perlu mengkonfirmasi ke dinas pendidikan,” ujarnya.
Tidak akuratnya titik koordinat ini juga dirasakan oleh Bayu, warga Kelurahan Bunulrejo. Ketika awal mendaftar, ia mendapati bahwa titik koordinat yang dimasukkan oleh operator sekolah kurang pas. Alhasil ia pun langsung mendatangi SMPN 3 Malang yang didaftarnya.
“Jadi titiknya itu ternyata ada di seberang kali (sungai), belakang rumah saya. Bedanya, ya ada kalau 50 meter kan lumayan. Jadi ini tadi saya dari rumah ke sini (SMPN 3 Malang), cuma diminta untuk membuat surat keterangan pembetulan di SDN Rampal Celaket 2 (sekolah asal) dan Alhamdulillah ini bisa selesai,” beber Bayu.
Bayu mengakui, jarak rumah dengan sekolah yang dituju yakni SMPN 3 Malang lebih jauh dibandingkan sekolah yang lebih dekat dari rumahnya, yakni SMPN 5 Malang. Namun karena Bayu sudah terlanjur percaya dengan kredibilitas SMPN 3 Malang, ia lebih memilih SMPN 3 Malang sebagai tujuan utama.
“Memang ada yang lebih dekat, SMPN 5 sama SMPN 20, tapi ini sekolah saya dulu, saya alumni sini. Jadi tahu bagaimana kelebihan kekurangannya. Ya untung-untungan dulu, siapa tahu diterima,” tambahnya.
Tidak hanya masalah titik koordinat, masalah lain yang ditemukan adalah masih adanya masyarakat yang kesulitan mengoperasikan pendaftaran online. Salah satu orang tua yang mendaftarkan anaknya di SMPN 3 mengaku bingung saat mengunggah dokumen. Beberapa kali ia coba, dokumen-dokumen seperti Kartu Keluarga, Akte Kelahiran hingga Surat Kelulusan tidak bisa diunggah.
“Awalnya kami isi di rumah, baru ke sini. Ternyata ada satu langkah yang harus kami lakukan, klik menu edit, baru itu bisa. Ini memang baru pertama kali, memang kesulitan kalau belum tahu. Setelah tahu step by step, syukur ini sudah bisa,” sebut warga yang tak mau disebutkan namanya itu.
Menurut dia seharusnya ada penjelasan atau sosialisasi yang mudah diterima dan dipahami oleh orang tua. Sehingga tidak sampai terjadi kebingungan seperti ini. Selain itu ia berharap adanya informasi real time terkait perkembangan pendaftaran.
Sementara itu, Ketua Pelaksana PPDB SMPN 3 Malang Herianto mengakui kebanyakan masalah yang ditemui adalah masalah titik koordinat yang kurang sesuai. Menurut Herianto, alamat yang sesuai dengan data yang ada di KK beberapa kasus tidak keluar di maps. Oleh karenanya solusinya adalah dilakukan perbaikan dengan menyertakan surat keterangan pembetulan.
“Kami sudah berkoordinasi, instruksinya disesuaikan dengan alamat KK. Maka ada instruksi untuk mengubah, harus ada surat keterangan. Sehingga kami bisa perbaiki kalau tidak sesuai atau tidak muncul di koordinat maps,” terang Herianto.
Sedangkan untuk masalah adanya orang tua yang masih kebingungan menjalankan web PPDB, Herianto menyebut hanya segelintir saja. Menurut dia, semestinya hal ini tidak terjadi karena sudah ada imbauan dan instruksi kepada sekolah asal untuk ikut membantu.
“Diharapkan guru kelas 6-nya membantu peserta didiknya untuk mendaftarkan. Kalau memang ada orang tua kok tidak dibantu, ya mestinya dibantu karena ada instruksi dari dinas supaya membantu. Akan tetapi kalau memang butuh bantuan, kami disini juga siap melayani,” tutur Herianto.
Khusus di SMPN 3 Malang, untuk pagu jalur zonasi ada sebanyak 134 siswa dengan total 267 siswa termasuk jalur penerimaan lain. Atau ada kapasitas 9 kelas yang dibuka untuk tahun ini. Ia pun berharap agar masyarakat lebih realistis menentukan sekolah tujuan. Jangan sampai mendaftar sekolah tujuan dengan jarak yang jauh.
“Jangan melihat keinginan tapi lebih rasional. Sekolah dimanapun sama, walaupun memang masyarakat tetap melihat bahwa ada kelebihan kekurangan di tiap sekolah,” pesan dia.
Terpisah, Kepala Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang Dodik Teguh Pribadi mengatakan hal yang sama. Ia mengimbau masyarakat atau orang tua tidak hanya memilih sekolah karena gengsi, atau sekadar memilih sekolah karena banyak diminati.
“Semua sekolah standarnya sama. Kalau memang dekat ya bisa masuk. Cari sekolah yang dekat rumahnya. Jangan sampai milih sekolah yang jauh, milih yang diminati, karena jauh jadi kalah jarak dan akhirnya tidak diterima,” tutur Dodik.
Lebih lanjut, Dodik menegaskan, jika ada permasalahan entah terkait ketidakakuratan titik koordinat hingga kebingungan saat mendaftar di web PPDB, para pendaftar bisa meminta bantuan ke posko PPDB yang tersebar di Kota Malang. “Kami buka posko itu memang untuk membantu masyarakat manakala ada kesulitan dan kebingungan. Posko PPDB ini kami buka di seluruh sekolah (SMP). Jadi ada 30 posko, ditambah dua posko lagi yaitu di sini (di Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang) dan di MPP,” tegasnya. (imm/ian/van)
