MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Ada yang berbeda di TK Katolik Mardi Wiyata, Kamis (11/8) kemarin. Siswa, guru dan orang tua berbaur jadi satu dalam satu kegiatan perlombaan. Kegiatan ini untuk memperingati Hari Ulang Tahun Ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia.
Para siswa tampak gembira mengikuti lomba. Termasuk orang tua yang tidak kalah antusias. Mereka semua semangat untuk memeriahkan kegiatan.
Dan yang berbeda dari biasanya, guru dan siswa memakai pakaian bernuansa biru. Ternyata mereka juga memeriahkan Ulang Tahun Arema, yang juga jatuh pada 11 Agustus setiap tahunnya.
Lomba yang diselenggarakan ada lomba lari balon. Untuk kategori siswa mereka berpasangan dua anak untuk merangkul satu buah balon. Mereka berlomba untuk mencapai finis lebih dulu tanpa menjatuhkan balon yang dibawa.
Sementara untuk kategori orang tua juga tidak kalah seru. Hanya saja tidak berpasangan. Masing-masing peserta membawa balon sendiri dengan menjepit di kedua kaki. Orang tua dan anak saling memberikan semangat agar dapat memberikan penampilan terbaiknya.
Kepala TKK Mardi Wiyata Y.V.C Hansri Amahurit, S.Pd mengatakan kegiatan perlombaan dalam rangka HUT RI akan menumbuhkan banyak nilai karakter. Guru ingin menanamkan nilai karakter yang kuat pada anak didiknya.
Misalnya semangat gotong royong yang dibangun melalui lomba yang menuntut kerjasama yang baik. “Makanya untuk siswa kami pilih lomba yang sifatnya tim, bukan individu. Supaya terbangun kerjasama antara satu dengan yang lain,” katanya.
Menurut pria yang akrab disapa Fr. M. Chrisostomus BHK, nilai karakter menjadi yang utama dalam proses pendidikan. Terlebih saat ini zaman sudah memasuki era global. Kemajuan teknologi seakan tidak terbendung.
Sementara di sisi lain karakter generasi bangsa mulai tergerus akibat perkembangan tersebut. “Upaya kami ingin menjadikan anak-anak ini kuat karakternya, memiliki sopan santun dan cinta kasih,” terangnya.
Untuk mencapai itu, Pria asal Flores ini mengatakan, butuh usaha yang besar. Salah satunya keteladan. Generasi bangsa butuh teladan. Dan itu ada di peran guru dan orang tua. “Guru senantiasa menjadi teladan bagi siswanya, misalnya yang berkaitan dengan disiplin,” kata Frater Tomi, panggilan akrabnya.
Dia menambahkan yang tidak kalah penting dalam momentum kemerdekaan adalah memperkuat karakter kebangsaan. Dari karakter ini akan tumbuh cinta Tanah Air.
Karenanya di awal kegiatan agustusan beberapa hari yang lalu, siswa TKK Mardi Wiyata sempat berpakaian dengan nuansa putih. Lalu keesokan harinya bernuansa merah.
Merah putih, yang merupakan warna bendera Indonesia dikenalkan tidak sekedar warna. Namun dinilai dengan makna yang lebih mendalam. “Warna merah mengajarkan jiwa pemberani. Sedangkan putih bermakna suci, yang mengartikan sikap dan perilaku kita yang suci dari sifat yang tercela,” terangnya. (imm)