Masih ingat ketika masih kecil banyak tradisi idul fitri yang sampai sekarang masih ada yang membudaya. Setelah pelaksanaan salat id, anak-anak silaturrahmi ke rumah-rumah tetangga untuk meminta maaf. Di daerah Jawa istilah silaturrahmi saat idul fitri ini disebut “unjung-unjung,”
Dengan suka ria anak-anak berkunjung ke rumah-rumah tetangga. Setelah selesai unjung-unjung, bersalaman dan minta maaf, anak-anak berpamitan. Saat pamitan inilah yang paling ditunggu, karena ada yang memberi kue, permen atau biscuit. Dan yang paling menyenangkan apabila unjung ke rumah tetangga, mereka memberi uang, dan uang yang diberikan adalah uang baru. Senang sekali rasanya saat itu. Bahkan kami sudah menyiapkan dompet untuk tempat uang baru tersebut. Memberi uang saku lebaran ini yang sekarang disebut dengan angpau atau eidiyah atau eidi atau uang saku lebaran/ Tunjangan Hari Raya/ Galak Gampil. Tradisi ini sangat menyenangkan bagi anak-anak karena mendapatkan uang saku dalam bentuk uang baru. Tradisi yang nantinya akan diwariskan kepada anak cucu.
Kata Angpau yang kita kenal mengadopsi dari kosakata China yaitu angpao. Jika diambil dari bahasa Arab, angpau disebut dengan eidiyah atau eidi. Jika dalam bahasa Jawa, angpau disebut galak gampil. Semua istilah tersebut memiliki makna yang sama yaitu pemberian hadiah.
Biasanya yang memberi angpau adalah orang dewasa yang sudah menikah, saudara yang sudah bekerja. Angpau ini diberikan kepada sanak saudara yang masih anak-anak atau saudara yang belum bekerja atau tetangga. Besar kecil angpau lebaran tidak ada ketentuannya. Berdasarkan kemampuan masing-masing yang memberikan angpau.
Biasanya uang angpau berupa uang baru dan dalam pecahan kecil. Besar kecilnya angpau yang diberikan tergantung kemampuan yang memberi. Semakin kaya orang yang memberi biasanya uang saku yang diberikan juga semakin besar.
Orang yang memberi angpau dianggap orang kaya. Apalagi angpaunya semakin besar maka semakin banyak anak-anak yang unjung ke rumahnya. Dia akan terkenal membagikan uang saku saat lebaran dan orang akan menganggapnya sebagai orang kaya.
Memberikan angpau merupakan salah satu tradisi lebaran yang sampai saat ini masih dibudayakan oleh semua kalangan. Kalangan menengah ke bawah, menengah ke atas bahkan para pengusaha, artis juga berlomba-lomba untuk memberikan angpau. Baik kepada anak-anak, karyawan maupun kepada tetangga sekitar. Bahkan tidak sedikit yang memamerkan berapa banyak angpau yang diberikan kepada anak tetangga, atau sanak saudaranya.
Setiap kali Idul Fitri, pastilah tidak sedikit kebutuhan yang harus dipenuhi antara lain untuk membeli kue lebaran, baju baru, dan uang angpau yang akan dibagikan kepada sanak saudara maupun tetangga. Terutama bagi pemudik, semuanya akan berlomba lomba untuk memberikan oleh-oleh dan angpau kepada sanak saudara. Terkadang tidak memperhitungkan besarannya. Bahkan ada yang sampai menggunakan uang belanja untuk bulan berikutnya pun terpakai yang terpenting bisa memberikan angpau dan membahagiakan sanak saudara serta tetangga. Dengan memberikan angpau yang besar mereka akan dianggap sukses oleh masyarakat di daerahnya, dan terasa bangga dan menyenangkan jika diangap sukses selama merantau oleh orang di sekitarnya.
Sebenarnya sah-sah saja untuk memberikan angpau lebaran bahkan lebih baik memberikan angpau. Memberikan angpau saat lebaran bisa menjadikan ladang sedekah. Saling memberikan hadiah kepada sesama muslim dapat memupuk juga tali silaturrahmi. Karena kita merasakan kebahagiaan yang terpancarkan dari wajah mereka saat menerima angpau.
Namun, perlu berhati-hati dalam memberikan angpau. Jangan sampai ada rasa bangga dan sombong saat memberikan angpau karena kita menuai banyak pujian saat memberikan angpau sehingga kita merasa sudah sukses dan kaya. Rasa bangga inilah nantinya yang akan menimbulkan perasaan riya’ dalam hati. Merasa lebih dari yang lain dan mampu memberikan uang angpau. Hal ini yang merusak pahala dalam memberikan angpau.
Oleh karena itu, jauh-jauh hari saat menyiapkan angpau, harus menata niat bahwa memberikan angpau tersebut dengan niat tulus dan ikhlas berbagi rezeki kepada sanak saudara dan tetangga, menjalin tali silaturahmi dengan sanak saudara dan sesama muslim serta untuk memupuk tali persaudaraan.
Saat membagikan angpau, niatkan dalam hati hanya mengharapkan ridha Allah SWT semata. Bukan untuk menunjukkan kesuksesan selama dirantau atau ingin dianggap orang kaya. Jatuhnya nanti amalan yang kita lakukan merupakan riya.’
Dalam agama Islam ada sebuah hadist yang diriwayatkan oleh HR. Bukhori Muslim, Rasulullah SAW bersabda: “ amal seseorang itu tergantung niatnya.” Semua amal ibadah yang kita dapatkan sesuai dengan yang kita niatkan.
Saat Idul fitri merupakan momen yang sangat baik untuk saling memberi hadiah terutama kepada orang tua dan sanak saudara. Niatkanlah untuk berbagi rezeki atau shodaqoh dan juga memperkuat tali silaturrahmi. Jangan pernah terbersit sedikit pun niatan untuk ingin dipuji atau disanjung karena menjadi orang yang sukses selama merantau atau ingin dianggap orang kaya.
Dan wariskanlah tradisi memberi angpau saat lebaran kepada anak cucu nanti. Tanamkan di hati anak cucu kita bahwa angpau yang diberikan harus tulus dan ikhlas karena Allh SWT.(*)