Oleh: Jusrihamulyono A.HM
Trainer P2KK Pusdiklat Pengembangan SDM
Universitas Muhammadiyah Malang
Keluarga menjadi institusi sosial dalam tatanan masyarakat. Setiap keluarga akan bersatu dalam lingkungan hingga terjadilah pembentukan sosial masyarakat yang saling berhubungan dan berinteraksi antara lainnya. Di era modern ini, dampak fenomena perubahan sosial dimana dari masyarakat dapat berinteraksi secara langsung kini menjadi sosial dunia maya atau media sosial.
Tidak bisa dipungkiri akan kehidupan sekarang yang selalu menggunakan kecanggihan dari teknologi informasi. Pendidikan kini menggunakan yang disebut dengan digital education, di dalam keluarga kini bermunculan WhatsApp grup keluarga. Berita yang menghebohkan akhir-akhir ini, di mana ditemukannya beberapa keharmonisan keluarga harus hancur seketika akibat penyalahgunaan digitalisasi.
Beberapa fenomena contoh peran digital dalam pengaruhnya terhadap ketahanan keluarga. Seperti adanya anggota keluarga yang terlarut dalam judi online yang menyebabkan finansial keluarga terpuruk. Perselingkuhan yang mewarnai pasangan melalui media sosial, pola interaksi yang cenderung kurang intensif serta sempit secara interpersonal yang mengakibatkan miskomunikasi antar keluarga. Pergeseran pendidikan moral juga menghantui keluarga. Rasa hormat kini sudah tidak dihayati oleh para anak kepada orang tuanya sehingga terkesan anak durhaka.
Era teknologi tidak bisa dihindarkan oleh keluarga yang hidup di zaman modern. Kehadiran teknologi secara positif dan negatif harus dipahami oleh seluruh anggota keluarga, mulai dari pasangan suami-istri hingga pengenalan penggunaan gadget yang bijak kepada anak. Implikasi pendalaman ilmu parenting keluarga secara positif akan adanya kecanggihan teknologi dapat difungsikan secara baik.
Namun, akan berdampak negatif bila teknologi hanya sebatas untuk pengisi waktu luang keluarga yang menggantikan nikmatnya waktu makan bersama keluarga, pillow talk suami istri, hingga waktu bermain antara orangtua dan anaknya sudah hilang.
Keluarga Era Digital
Keharmonisan keluarga lahir dari sebuah kondisi lingkungan yang sesuai dari aspek fisik, psikologis, kesehatan mental hingga finansial yang sewaktu waktu dapat berubah tanpa diperkirakan. Kendati demikian menjadi persoalan yang besar untuk suatu pasangan yang akan berkeluarga agar dapat menyiapkan fungsi-fungsi setiap anggota keluarga.
Persiapan ini diharapkan menjadikan sebuah keluarga terwujud secara sejahtera dan berkualitas dalam
pesatnya arus global digitalisasi. Banyak catatan di kehidupan keluarga modern yang harus dibekali dengan sebuah pendidikan parenting. Pentingnya pembekalan ilmu parenting terhadap pasangan keluarga di era digital ini sebagai bentuk upaya saling memadukan antara peran serta keadaan.
Contoh keluarga era digital, di mana posisi perempuan yang awalnya berstatus ibu rumah tangga kini mampu mengembangkan hobinya menjadi seorang influencer yang dengan demikian mampu menghasilkan uang tambahan untuk keluarga. Di sisi lain, seorang istri dapat bekerja dengan karir yang diimpikan tanpa harus takut untuk mengekspresikan keahliannya sebab semua bisa melalui online.
Era digital di mana semua ekspresi yang berbasis dengan keterampilan dapat diunggah melalui platform yang mendukung. Ditambah media sosial juga menjadi bagian penting dalam menghubungkan keluarga yang jauh serta alat yang mampu menyimpan kenangan bersama keluarga.
Hal baik ini jadi sisi perkembangan digital yang masuk dalam kehidupan keluarga. Entah dibutuhkan ataupun diabaikan dikembalikan pada persepsi keluarga masing-masing akan dampak digitalisasi tersebut. Memang yang sedang meresahkan akan dampak digitalisasi oleh anak-anak yaitu game online yang menyita waktu perkembangan kognitif serta prososial.
Keharmonisan Era Digitalisasi
Melihat keadaan yang ada sekarang, gangguan kesehatan keluarga merambat secara luas dan mengarah pada keluarga yang pendidikan parentingnya kategori lemah. Perkembangan teknologi yang masuk pada ranah keluarga awam mampu merubah segala aspek tatanan hubungan yang baik antara orangtua dan anak.
Orang tua kini harus terkalahkan oleh prinsip anaknya sendiri karena belajar melalui Google tanpa arahan orangtuanya. Anak yang kini merasa berjarak akibat adanya grup keluarga di media sosial. Keharmonisan keluarga yang sering dihadapkan dengan arus globalisasi digitalisasi yaitu kebersamaan anggota keluarga dan waktu komunikasi yang kurang efektif.
Hal tersebut menjadikan anggota keluarga merasakan jarak yang jauh padahal tinggal serumah. Makan terkadang tidak nikmat karena fokus pada status yang dibuatnya. Komunikasi yang tidak nyambung akibat hanya sebatas penyampaian kata-kata tanpa rasa dan makna. Hal ini tampak dengan angka perceraian yang masih tinggi. Menindaklanjuti keadaan ini, ekspansivitas media digital harus menjadi pendidikan keluarga. Menjadikan digital sebagai alat penghubung bukan pemberi jarak. Menjadikan digital sebagai alat mencari ilmu manajemen keluarga untuk menghindari konflik, masalah finansial, serta alat pendidikan karakter dengan rekayasa pendidikan ibu.
Oleh karena itu, manajemen waktu pemakaian gadget dan pengawasan akses internet dalam rumah tangga dan keluarga harus menjadi tanggung jawab orangtua dengan percontohan yang bijak. Kesadaran kita menjadi kunci demi keberlanjutan keluarga harmonis di tengah digitalisasi yang semakin maju dan cepat.(*)