Penggunaan teknologi merupakan sebuah keniscayaan guna membantu pemecahan berbagai masalah kehidupan tak terkecuali pada institusi pendidikan. Dibutuhkan sumber daya manusia yang mampu bersinergi guna mendongkrak kredibilitas jalannya layanan pendidikan yang efektif, efisien dengan optimalisasi bidang informasi, komunikasi, dan teknologi (TIK).
Pada pelaksanaan transfosmasi digital layanan pendidikan, harus memperhatikan beberapa prinsip. Di antaranya E-Service (Informasi, program, dan layanan pemerintah disampaikan dalam format digital), E-Democracy (peningkatan partisipasi seluruh civitas), E-Commerce (pertukaran uang digital dalam bentuk penarikan yang sesuai dengan aturan yang berlaku) dan E-Management (mampu mendukung manajemen, terutama pencatatan dan aliran informasi yang proporsional). Sehingga setiap program layanan pendidikan yang akan dilaksanakan menjadi terarah dan sesuai dengan fungsinya.
Terdapat tiga hal yang perlu penguatan lebih guna mendukung terciptanya pelaksanaan transformasi digital yang optimal dalam memberikan layanan pendidikan. Yaitu Komitmen Bersama, Optimalisasi Saran dan Prasarana, Sumber Daya Manusia.
Role Model
Role Model dalam hal inidimaknai sebagaimana sosok lokomotif dalam suatu lembaga pendidikan yaitu guru dan tenaga kependidikan. Konsep role modelseperti yang sudah dinyatakan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu ing ngarso sung tulodo dengan harapan mampu memberi contoh dan keteladanan, ing madyo mangun karso sehingga ia mampu membangun gagasan, ide dan karya serta tut wuri handayani mampu memberi dorongan/ motivasi.
Perlu diingat, transformasi digital pada lembaga pendidikan bukan merupakan hal yang baru. Akan tetapi hal ini mulai benar-benar marak setelah memasuki era pandemic Covid-19. Saat itu, semua lini benar-benar dibuat terkejut bagaimana harus menjalankan roda organisasi setiap instansi, pemberian layanan yang prima di tengah keterbatasan dan ancaman Covid-19. Saat dimana kita harus masuk ke sebuah era disruptif dan penuh ketidakpastian.
Guna mengawal perubahan dan transformasi ini dibutuhkan seorang sosok role model yang mampu menjadi lokomotif perubahan. Secara tidak langsung ia mampu memotivasi dan mensinergikan orang-orang di lingkungannya untuk bekerja sama mewujudkan visi perubahan yang telah disepakati. Ia memiliki nilai, keyakinan, dan kebutuhan yang termasuk di dalamnya perubahan sebagai bentuk inovasi sehingga ia mampu mengarungi era disrupsi dengan baik.
Optimalisasi Sarana dan Prasarana
Kualitas sarana teknologi, merupakan elemen penting pada tataran mengoptimalisasikan penggunaan perangkat digital dalam upaya meningkatkan pelayanan pendidikan. Terutama pada layanan yang diberikan agar penggunaan akses seluruh civitas satuan pendidikan menjadi mudah, murah dan efisien.
Secara umum, pada tataran praktis pelaksanaan dan optimalisasi transformasi digital bukan sekadar ketersediaan komputer dan peralatan pendukung, jaringan yang bagus, akan tetapi adalah bagaimana optimalisasi sarana yang ada mampu mempermudah kinerja organisasi.
Di sinilah dibutuhkan pemetaan sasaran pengguna layanan. Jangan sampai suatu sekolah telah menyediakan berbagai layanan yang cukup canggih, akan tetapi menyulitkan pengguna. Ini sering terjadi di berbagai layanan. Harus ada proyeksi tentang kebutuhan sehingga kita mampu menyediakan perangkat sarana dan prasarana pendukung dengan porporsional. Bukan sekadar canggih, bagus, mahal akan tetapi terkadang tidak tepat guna.
Konsep utama dari pemanfaatan dan optimalisasi sarana dan prasarana adalah sejauh mana fungsi dan daya guna dari segala fasilitas mampu menunjang kemudahan, kelancaran proses pelayanan dan memberikan kenyamanan pada pengguna dan penyedia layanan pendidikan.
Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai penggerak berada pada ujung tombak guna melakukan perubahan dalam mewujudkan layanan yang memuaskan. Setiap elemen yang terlibat pada perubahan transformasi digital perlu diberikan kesempatan dan pengembangan keterampilan belajar yang berkelanjutan sehingga motivasi bagi seluruh civitas untuk terus belajar tetap terjaga.
Bukan hanya memperkuat ketrampilan ICT, akan tetapi bagaimana mengembangkan literasi pengetahuan dan literasi media, serta pemahaman tentang berbagai isu teknologi terbaru.
Pengembangan SDM saat ini setidaknya perlu memfokuskan pada dua aspek, yaitu pengetahuan substansial atau penguasaan pengetahuan yang meliputi kemampuan kognitif dan analitik. Serta pengetahuan kontekstual yakni kemampuan dalam memahami kondisi lingkungan organisasi/ satker. Sehingga diperlukan internalisasi budaya akademis pada setiap satker agar SDM setiap Lembaga Pendidikan memiliki mental pemelajar yang terus menerus. Sehingga diperlukan untuk adaptasi terhadap perubahan sehingga bisa mengukur sejauh mana tingkat kapabilitasnya dalam mengidentifikasi kebutuhan, menetapkan tujuan, dan memprioritaskan program berdasarkan kebutuhan dan harapan kemajuan layanan pendidikan.
Alhasil, layanan pendidikan yang diberikan mampu merespons setiap persoalan yang muncul, menunjukkan fleksibilitas dalam segala keadaan dengan bantuan dunia digital sehingga menghasilakn layanan yang murah, efisien dan cepat. Kompetensi pada era society 5.0 selain dibutuhkan keunggulan pengetahuan dan keterampilan dalam memanfaatkan teknologi juga dibutuhkan sikap mental yang tangguh. Sikap ini akan tampak pada sikap responsif dan aspiratif dalam merespons setiap bentuk tuntutan pendidikan.
Intinya adalah setiap komponen yang terlibat pada program transformasi digital harus mau berubah jika tidak ingin diubah oleh lingkungan. Akhirnya dibutuhkan sinergitas dari ketiga elemen tersebut guna mewujudkan pelayanan yang prima kepada peserta didik dan orang tua melalui konsep transformasi digital sehingga mampu mewujudkan optimalisasi pemenuhan kebutuhan pendidikan.(*)