MALANG POSCO MEDIA – Tren penggunaan transaksi dengan digital makin bertumbuh. Ini terlihat di pertumbuhan transaksi digital Quick Response Indonesian Standard (QRIS), terutama di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Malang sepanjang tahun ini.
Deputi Kepala Perwakilan BI Malang Dedy Prasetyo menyampaikan, nilai transaksi QRIS di tiap bulannya pada tahun ini menunjukkan peningkatan dan pertumbuhan yang positif. Pada Januari awal 2024 lalu, tercatat transaksi QRIS berkisar Rp 300 miliar, namun pada Oktober lalu besaran transaksi QRIS sudah di angka Rp 740 miliar. Total sepanjang tahun mulai Januari hingga Oktober lalu, nilai transaksinya sudah mencapai Rp 5,9 triliun.
“Dari waktu ke waktu menunjukkan tren peningkatan. Transaksi penggunaan QRIS terkonsentrasi di Malang Raya, namun pada wilayah sekitarnya juga mengalami pertumbuhan cukup tinggi,” ujar Dedy kepada Malang Posco Media, belum lama ini.
Dedy merinci, dari nilai transaksi yang tercatat tiap bulannya, mengalami peningkatan yang cukup bagus dari tahun ke tahun, atau secara year-on-year (yoy). Pada Januari 2023 lalu tercatat nilai transaksi secara volume berkisar Rp 150 miliar. Lalu pada Januari 2024 transaksi QRIS pada bulan itu saja sudah mencapai Rp 300 miliar.
Begitu pula pada Oktober 2023 lalu, nilai transaksi QRIS secara volume pada bulan itu mencatatkan nilai transaksi sekitar Rp 300 miliar. Sementara pada Oktober 2024 tercatat transaksi sebesar Rp 740 miliar.
“Transaksi QRIS terus tumbuh secara volume sebesar 170 persen secara year on year, maupun secara nominal dengan persentase 146 persen secara year on year,” tegas Dedy.
Sementara dilihat dari berbasis wilayah, persentase secara year on year, Kota Malang pada Januari 2024 tumbuh 134 persen dibandingkan Januari 2023. Lalu pada Oktober 2024 tumbuh 171 persen dibandingkan Oktober 2023. Enam daerah lain pun juga mengalami pertumbuhan yang positif.
Bahkan, khusus di dua daerah yakni Kota Probolinggo dan Kota Pasuruan, pertumbuhannya cukup tinggi pada Oktober 2024. Yaitu Kota Probolinggo sebesar 329 persen dan Kota Pasuruan sebesar 310 persen.
“Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat akseptasi (penerimaan) masyarakat Kota Probolinggo dan Kota Pasuruan terhadap transaksi digital QRIS ini mengalami peningkatan. Sehingga secara tren ini memang signifikan,” jelas dia.
Sedangkan untuk konsentrasi penggunaan transaksi QRIS, Kota Malang masih merupakan yang terbesar, atau paling banyak menggunakannya dibandikan enam daerah lain yang berada di bawah wilayah kerja KPw BI Malang. Yakni konsentrasinya mencapai 66 persen.
Menyusul kemudian yakni Kabupaten Malang sebesar 11 persen, lalu Kota Batu tujuh persen, kemudian Kota Pasuruan dan Kabupaten Pasuruan sama sama sebesar empat persen, Kota Probolinggo empat persen dan Kabupaten Probolinggo sebesar dua persen.
“Kota Malang saja sudah dua pertiganya, dan Kabupaten Malang satu per sembilannya. Jumlahnya sudah 77 persen, belum lagi kalau ditambah Kota Batu sebesar tujuh persen, maka sudah 84 persen. Jadi sesuai data itu, Malang Raya ini mendominasi untuk penggunaan transaksi QRIS,” sebut Dedy.
Dengan pertumbuhan dan capaian yang positif ini, BI Malang bakal terus mendorong peningkatan transaksi secara digital tersebut. Terkait adanya sejumlah keluhan adanya biaya tambahan yang dikenakan bank, ia sudah melakukan langkah strategis agar tidak ada lagi biaya tambahan.
“Banyak bermunculan keluhan pengenaan biaya tambahan pada biaya tambahan QRIS. Kami sudah imbau perbankan dan bukan bank, untuk edukasi kembali agar tak kenakan biaya tambahan,” pungkasnya. (ian/van)