Generasi hari ini adalah pemimpin di masa depan. Artinya, anak muda hari ini adalah tokoh di masa mendatang menggantikan mereka yang hari ini menjadi pemimpin. Regenerasi. Itulah yang pasti terjadi. Untuk menjadikan mereka pemimpin di masa depan, tentu banyak hal yang harus dipersiapkan, terutama pendidikan yang baik.
Pendidikan anak merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam perkembangan masyarakat dan bangsa. Generasi yang terdidik dengan baik akan menjadi pondasi yang kuat bagi kemajuan suatu negara. Pertanyaannya, pendidikan anak, tanggung jawab siapa?
Sering kita dengar orang tua berkata, “Anak saya bersekolah di sini, saya pasrahkan pendidikannya di sekolah ini. Monggo, saya serahkan pada Bapak Ibu Guru.” Kalimat itu tak asing lagi untuk kalangan guru, berkembang dengan beragam versinya.
Apapun versinya, inti dari kalimat yang senada dengan itu adalah menyerahkan pendidikan seorang anak pada sekolah. Terkesan pendidikan anak hanya menjadi tanggung jawab guru di sekolah. Pertanyaan selanjutnya, benarkah pendidikan anak hanya menjadi tanggung jawab para guru sekolah?
Mari kita ingat lagi salah satu istilah utama dalam dunia pendidikan. Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional mencetuskan pemikiran penting tentang pendidikan, yaitu Tripusat Pendidikan. Tripusat Pendidikan berarti memberdayakan sinergitas lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Tiga lingkungan pendukung pendidikan itu disebut juga sebagai tiga pilar pendidikan. Artinya, pendidikan anak bukanlah tanggung jawab yang hanya dapat diemban oleh satu pihak saja. Ia adalah tanggung jawab bersama dari, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Keluarga berada di urutan terdepan dalam pendidikan anak. Keluarga adalah dasar pendidikan pertama bagi seorang anak sebab keluarga adalah tempat pertama di mana seorang anak tumbuh dan berkembang. Peran orang tua dalam pendidikan anak sangat penting.
Mereka tidak hanya menjadi tempat pertama di mana anak-anak belajar, tetapi juga menjadi contoh bagi perilaku dan nilai-nilai yang akan dibawa oleh anak-anak mereka ke dalam masyarakat.
Dalam lingkungan keluarga, anak-anak belajar etika, norma sosial, dan nilai-nilai dasar. Orang tua bertanggung jawab untuk memberikan cinta, dukungan, dan pemahaman kepada anak-anak mereka. Ini mencakup memberikan pendidikan moral, memotivasi mereka untuk belajar, dan mengembangkan keterampilan sosial yang penting.
Keluarga juga memiliki peran dalam mendukung anak-anak mereka dalam mengejar pendidikan formal di sekolah. Oleh sebab itu, sesungguhnya pendidikan utama anak didapatkan dari keluarga, dari rumah, dari orang tuanya, bukan dari sekolah.
Kedua, sekolah. Sekolah adalah tempat pembelajaran formal bagi anak. Sekolah merupakan institusi yang telah dirancang khusus untuk memberikan pendidikan formal kepada anak-anak. Di sini, anak-anak belajar berbagai mata pelajaran, keterampilan, dan pengetahuan yang diperlukan untuk menjadi anggota yang produktif dalam masyarakat.
Guru adalah agen utama dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan ini kepada siswa. Namun, guru hanyalah orang tua kedua bagi anak. Maka, tak sepatutnya guru dan sekolah dijadikan tersangka utama apabila seorang anak melanggar etika dan norma yang ada di masyarakat.
Sekolah juga merupakan tempat di mana anak-anak belajar tentang interaksi sosial, kerja sama, dan komunikasi. Di sekolah, mereka belajar untuk beradaptasi dengan berbagai situasi dan menjadi individu yang mandiri. Sekolah juga berperan dalam mengembangkan karakter dan moral siswa. Karenanya, sekolah disebut sebagai rumah kedua bagi anak.
Namun, guru dan sekolah, tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa dukungan dari keluarga dan masyarakat. Orang tua harus terlibat dalam pendidikan anak mereka dan bekerja sama dengan sekolah untuk memastikan kesuksesan pendidikan anak-anak mereka. Orang tua harus memantau aktivitas anak selama di sekolah, dan selalu menjalin komunikasi dengan pihak sekolah untuk mengetahui perkembangan pendidikannya. Jangan sampai orang tua memasrahkan pendidikan anak sepenuhnya pada guru di sekolah.
Sinergi dan kolaborasi antara orang tua dengan guru harus selalu dilakukan. Pembiasaan baik yang telah dilakukan di sekolah harus didukung oleh orang tua dengan melanjutkannya ketika anak sudah berada di rumah agar terjadi kesinambungan dalam pendidikan anak.
Ketiga, masyarakat.Masyarakat juga berperan penting dalam pendidikan seorang anak. Masyarakat secara luas memiliki tanggung jawab untuk mendukung pendidikan anak-anak. Ini mencakup pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan komunitas lokal.
Pemerintah bertanggung jawab untuk menyediakan fasilitas pendidikan, sumber daya, dan peraturan yang mendukung pendidikan anak-anak. Organisasi non-pemerintah dan komunitas lokal dapat memberikan dukungan tambahan, seperti program-program pengembangan masyarakat, bantuan keuangan, dan mentoring. Semua ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap anak memiliki akses yang sama ke pendidikan berkualitas.
Selain itu, masyarakat juga berperan dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pendidikan. Komunitas lokal seperti Karang Taruna, klub olahraga pemuda, remaja masjid, dan taman baca masyarakat, perlu digiatkan dan ditingkatkan aktivitasnya agar anak dapat terlibat di dalamnya.
Masyarakat yang baik akan menyumbang pendidikan yang baik bagi anak. Hal itu akan membantu anak menjadi warga masyarakat yang baik pula. Apabila dijumpai perkumpulan remaja (geng) yang mengarah pada hal negatif, masyarakat setempat harus mengambil sikap mengingatkan, bila perlu bekerja sama dengan pihak berwenang untuk mengambil tindakan yang tepat.
Dengan demikian, pendidikan anak adalah tanggung jawab bersama tripusat pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Setiap pilar memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk generasi yang tangguh dan cerdas.
Dengan kerja sama dari ketiga pilar ini, kita dapat memastikan bahwa setiap anak memiliki peluang yang sama untuk mengembangkan potensinya dan menjadi anggota produktif dalam masyarakat.(*)