MALANG POSCO MEDIA-Widodo Cahyono Putro memiliki tugas tak ringan ketika menerima tawaran menjadi head coach di Arema FC. Berniat istirahat sejenak selepas kegagalan membawa Deltras Sidoarjo ke semifinal Liga 2, mantan striker Timnas Indonesia ini menerima tantangan karena adanya kepercayaan dari penggawa tim Singo Edan yang berniat lepas dari zona merah.
Widodo mengakui, bila keinginannya untuk saat ini adalah istirahat dari sepak bola. Akan tetapi, dengan menerima tawaran Arema FC dia menganggap sepak bola itu dinamis. Ditambah dengan keseriusannya sebagai seorang pelatih, maka dia tidak bisa menolak bila ada tim yang sungguh-sungguh mau menggunakan jasanya.
“Pertama sepak bola itu dinamis. Kita itu gak tahu besok posisi dimana setelah saya tidak melatih. Kemarin, manajemen Arema FC ngebel ke saya cerita dengan keadaan begini,” terang dia.
“Saya lihat masih ada lah kesempatan untuk keluar dari zona merah. Lalu saya jawab, saya kembalikan lagi ke manajemen untuk coba kembalikan ke pemain. Apakah mau dengan saya, setuju dengan saya. Dan hampir semua pemain menyetujui,” jelasnya.
Kesepakatan dari pemain dan manajemen yang akhirnya membuat dia memutuskan mau menerima tawaran Arema FC. Ia mau membantu dengan segala kemampuannya, dan menepikan bagaimana kondisi tim yang terhitung penuh tekanan di musim ini.
Ia memahami, dengan beberapa kali pergantian pelatih, tanpa suporter hingga beban terkait Tragedi Kanjuruhan.
“Saya tidak melihat Arema begini atau begitu. Saya tugasnya melatih, siapapun itu klubnya. Tapi pasti suatu kebanggaan menangani Arema klub besar. Siapa Widodo, kalau gak ada support dari klub juga yang mencintai Arema gak ada artinya. Jadi saya juga minta support, respek dari manajemen, pemain dan semua yang cinta Arema. Itu yang saya bawa,” urai mantan pelatih Bali United tersebut. (ley/jon)