MALANG POSCO MEDIA – Di sebuah sudut tenang perumahan Jembawan, Sawojajar 2 Malang, gema ayat-ayat suci menggema lembut setiap malam. Masjid Almuhajirin, yang berdiri hanya beberapa langkah dari kantor Malang Posco Media, tak hanya menjadi tempat ibadah, tapi juga ruang batin bagi sebagian besar karyawan.
Setiap hari, sebagian dari kami para jurnalis, redaktur, hingga staf administrasi menjejakkan kaki ke masjid ini. Salat berÂjemaah jadi pengingat bahwa di balik hiruk-pikuk dunia pemberitaan, ada jeda yang menyejukkan. Di situlah keterikatan terÂbangun bukan sekadar bertetangga, tetapi tumbuh sebagai bagian dari satu komunitas.
Dan ketika kabar akan digelarnya tasyaÂkuran khataman Alquran bin nadzor oleh takmir masjid pada Rabu, 11 Juni, hati kami ikut bergetar. Khataman itu bukan sembarangan: ayat demi ayat dibaca saat salat jahr Maghrib, Isya, dan Subuh selama hampir satu tahun. Setiap rakaat, satu halaman Alquran.
Sebagai tetangga yang merasakan berkah dari setiap lantunan ayat itu, Malang Posco Media tak ingin hanya menjadi penonton. Dalam sebuah rapat redaksi yang biasanya dipenuhi dengan agenda liputan dan jadwal terbit, sang Pemred, Muhaimin, melontarkan ide sederhana: bagaimana jika kita ikut syukuran dengan membawa tumpeng dan ayam ingkung?
Usulan itu bak angin segar. Dalam hiÂtungan jam, grup WhatsApp karyawan Malang Posco Media dipenuhi semangat urunan. Tak ada proposal resmi, tak perlu notulen panjang. Cukup niat baik dan dompet yang dibuka ikhlas.
Padahal, ide itu muncul hanya sehari sebelum acara. Tapi semangat tak surut. Kami langsung bergerak. Tumpeng kami pesan di tempat langganan, Mas Hari Isor Nongko yang selalu tahu takaran rasa untuk tumpeng syukuran. Ayam ingkung? Itu tantangan lain. Karena waktunya yang mepet, tidak bisa pesan ayam ingkung. Kami putuskan tetap pesan nasi tumpeng, dan mencari pesanan ayam ingkung.
Kenapa ayam ingkung?. Kebiasaan dalam syukuran khataman Alquran ada ayam ingkung yang disediakan. Ayam ingkung, dengan rasa dan teksturnya yang khas, diyakini sebagai simbol keberkahan dan kesuburan. Dalam konteks syukuran khatam Alquran, ini melambangkan keberÂkahan yang diperoleh dari memÂpelajari dan mengkhatamkan Alquran.
Setelah searching di google, ada resÂto yang bisa pesan ayam ingkung di Sawojajar. Rabu (11/6) siang, kami akhirÂnya pesan ayam ingkung. Satu ayam ingkung utuh untuk di nasi tumpeng yang telah kami pesan sebelumnya. Dan satu ayam ingkung dengan tumpeng kecil untuk porsi empat sampai lima orang untuk melengkapi nasi tumpeng yang akan kami bawa ke masjid.
Ingkung bukan sembarang ayam. Dalam tradisi syukuran, ia hadir sebagai simbol keberkahan, kesungguhan niat, dan kesatuan rasa. Memang bukan muÂdah mencari ayam utuh berbumbu rempah lengkap dalam waktu semalam.
Tepat sebelum adzan Maghrib berÂkumandang, dua tumpeng ayam ingkung satu besar dan satu kecil tiba di kantor. Kami pun membawanya ke masjid, seolah membawa sebentuk cinta dan doa dari seluruh tim Malang Posco Media.
Bakda Maghrib, doa khotmil Quran dipimpin Ustaz Husni. Di ruang masjid yang hangat dan penuh kekhusyukan, doa-doa mengalir untuk semua yang telÂah melantunkan ayat demi ayat. Dan kami, duduk di antara para jemaah, turut mengamini.
Potongan pertama tumpeng menjadi momen syahdu. Bukan hanya karena rasa, tetapi makna yang menyertainya. Kami pun menyantapnya bersama, jurÂnalis, warga, jemaah. Malam itu, tumÂpeng dan ayam ingkung bukan sekaÂdar hidangan. Ia adalah ungkapan syukur atas Alquran yang khatam, atas kebersamaan yang terjaga, dan atas semangat gotong royong yang tumbuh di antara jemaah.
Kami percaya, berkah dari khotmil Quran ini bukan hanya untuk jemaah Masjid Almuhajirin. Tapi semoga juga mengalir ke ruang redaksi, ke tiap halaman berita yang kami susun, dan ke hati seluruh keluarga besar Malang Posco Media.(aim)