MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Setelah tiga bulan Kota Malang berturut turut mengalami deflasi, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang menyampaikan bahwa pada Agustus kemarin, Kota Malang mengalami inflasi sebesar 0,04 persen secara month to month.
Kondisi ini, lebih tinggi dibandingkan Jawa Timur yang mengalami deflasi sebesar 0,07 persen. Kemudian lebih tinggi juga dibandingkan dengan nasional yang mengalami deflasi sebesar 0,03 persen.
“Tiga komoditas yang memberi andil inflasi terbesar adalah tarif uang kuliah perguruan tinggi, bensin dan cabai rawit,” ungkap Umar Sjaifudin kepada awak media, saat rilis bulanan, Senin (2/9) kemarin.
Disampaikan Umar, untuk biaya akademi atau uang kuliah perguruan tinggi, persentase kenaikannya sebesar 1,33 persen dan andil terhadap inflasi mencapai 0,05 persen. Jika melihat tiga tahun kebelakang, dari 2021 hingga 2024, kelompok pendidikan akademi ini memang selalu terjadi kenaikan dengan interval antara Juli sampai Agustus.
Lalu komoditas penyumbang inflasi pada Agustus adalah bensin, dengan persentase kenaikan harga sebesar 0,68 persen dan memberi andil terhadap inflasi sebesar 0,04 persen.
“Sedangkan cabai rawit, persentase kenaikan harga mencapai 12,51 persen dengan andil inflasi mencapai 0,03 persen. Dalam dua terakhir, cabai rawit juga termasuk tiga komoditas penyumbang inflasi tertinggi,” beber Umar.
Lebih jauh, disebutkan Umar, secara umum dari sebelas kabupaten kota di Jawa Timur, sembilan kabupaten kota di Jawa Timur mengalami deflasi. Sementara dua kabupaten kota lain, mengalami inflasi. Kota Malang menjadi satu dari dua kabupaten kota di Jatim yang mengalami inflasi.
“Inflasi tertinggi terjadi di Kota Malang dengan angka sebesar 0,04 persen dan terendah di Kabupaten Gresik 0,01 persen,” pungkas dia. (ian/aim)