Zainul Afandi, General Manager Varna Hotel dan Bekizaar Hotel Surabaya
Malang Posco Media, SURABAYA – Kawasan tujuh jalur utama di Surabaya, khususnya Jl. Tunjungan, saat ini, bak jalur sutera perdagangan di Surabaya. Bahkan mungkin, Jl. Tunjungan telah menjadi urat nadi perekonomian Indonesia Timur.
Sejak pagi hingga tengah malam, Jl. Tunjungan seolah tidak pernah sepi. Lalu lalang kendaraan sampai hiruk pikuk manusianya, terus berputar. Praktis, rupiah pun ikut bergerak dan menggelinding. Mengiringi gemerlapnya kehidupan di atas Jl. Tunjungan.
Karena itu, jangan heran kalau sekarang Jl. Tunjungan menjadi rebutan investor untuk menanamkan investasi. Jalan sepanjang 863 meter yang membentang mulai depan Museum Surabaya eks Siola (sisi utara) sampai Hotel Swiss Belinn (sisi Selatan), penuh sesak bangunan bisnis. Mulai kuliner, toko modern dan terutama perhotelan.
Belakangan ini investasi yang paling favorit bagi investor adalah investasi perhotelan. Setidaknya dalam waktu sangat berdekatan, lahir dua hotel baru di Jl. Tunjungan. Yaitu Hotel Doubel Tree dan Platinum Hotel. Keduanya adalah jaringan hotel berbintang kelas dunia. Sebelum kedua hotel tadi telah berdiri juga Swiss Belinn Tunjungan.
Kehadiran hotel-hotel berbintang di Jl. Tunjungan dan sekitarnya, tentu meramaikan bisnis perhotelan di kawasan ini. Tetapi, kehadiran hotel berbintang dan berjaringan internasional itu justru membawa berkah bagi hotel non bintang. Misalnya, yang dialami Varna Hotel Surabaya.
Hotel ‘plat merah’ milik BUMD Provinsi Jatim ini, justru bisa melenggang dan bertahan di tengah keberadaan hotel-hotel ternama tadi. Setidaknya 45 kamar yang dimilikinya, tidak pernah sepi tamu. Hari-hari biasa occupancy rate-nya bisa tembus 80-90 persen. Jika week end keterisian kamar selalu 100 persen.
‘’Kelemahan kami adalah kekuatan kami. Artinya, meski bukan hotel berbintang, tetapi Varna Hotel harus mampu mengikuti ritme bisnis di kawasan strategis ini,’’ ungkap Zainul Afandi, General Manager Varna Hotel Surabaya. Andi – begitu biasa disapa – merangkap General Manager Bekizaar Hotel Surabaya juga milik BUMD Jatim.
Andi, kelahiran Surabaya 54 tahun lalu ini, sebelumnya tidak pernah menyangka, jika dirinya mampu mengelola Varna Hotel secara baik dan benar. Karena, sebelum menjadi General Manager Varna Hotel, dirinya mengelola Bekizaar Hotel saja. Tetapi, karena manajemen melihat potensi Andi, akhirnya Varna Hotel diserahkan juga kepadanya.
‘’Mungkin, saya satu-satunya manager yang mengelola dua hotel sekaligus di Indonesia,’’ kelakar Andi dengan menyebutkan, kekuatan dua hotel di bawah naungan PT Adi Graha Wira, sebuah anak perusahaan Panca Wira Usaha (PWU) Grup.
Secara teknis, Varna Hotel yang kini terus bersolek, memang tidak memiliki fasilitas pendukung yang memenuhi syarat. Lazimnya, sebuah hotel haruslah memiliki kolam renang. Haruslah memiliki lahan parkir yang luas dan memadai. Tetapi, kedua fasilitas tadi sama sekali tidak dimiliki Varna Hotel.
‘’Kolam renang memang penting. Areal parkir yang luas juga penting. Tapi, karena lahan Varna Hotel pas-pasan maka saya harus pintar-pintar mensiasatinya. Kelemahan tadi kami ganti dengan layanan yang maksimal,’’ kata Alumnus Universitas Mataram ini. (has)