spot_img
Friday, June 6, 2025
spot_img

Ulas Politik Identitas, Puguh Wiji Pamungkas Raih Gelar Doktor dengan Predikat Cumlaude

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Anggota DPRD Jawa Timur, Puguh Wiji Pamungkas, resmi menyandang gelar doktor dari Program Pascasarjana Universitas Merdeka (Unmer) Malang dengan predikat cumlaude. Gelar doktor ini diraih setelah ia berhasil mempertahankan disertasinya dalam sidang terbuka yang dipimpin langsung oleh Rektor Unmer Malang, Dr Prihat Assih, SE, M.Si, Ak, CSRS, Selasa (2/6) kemarin. 

MALANG POSCO MEDIA– Disertasi Puguh mengangkat tema “Politik Identitas Partai Politik: Kajian Realitas Sosial Pemilihan Legislatif di Kabupaten Malang pada Pemilu 2019.” Dalam pemaparannya, Puguh menjelaskan ada kebaruan (Novelty) baik secara teori ataupun praktis dari hasil penilitiannya.

Menurut Puguh model politik identitas partai politik yang dilakukan di Kabupaten Malang pada pemilu 2019 dibangun atas empat hal yakni elit politik yang mempraktekan politik identitas, media masa yang mempublikasikan politik identitas, institusi partai yang menanamkan politik identitas, budaya dan tradisi sebagai pintu masuk penanaman politik identitas.

“Adanya unsur budaya dan tradisi ini sekaligus sebagai kebaharuan secara teori (Theorytical Novelty)”, jelas Puguh saat menjawab pertanyaan dari penyanggah.

Dalam penelitian desertasinya ini, Puguh menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan diskusi kelompok terfokus.

“Elite partai, calon legislatif, hingga kader menggunakan simbol agama dan kebangsaan dalam sosialisasi dan kampanye politik, baik secara langsung maupun melalui media online, media sosial, dan alat peraga seperti spanduk dan baliho,” jelas legislator PKS itu.

Ia juga mengungkapkan bahwa kekuatan politik identitas tidak lepas dari budaya dan nilai-nilai tradisional yang hidup dalam masyarakat.  “Interaksi partai politik dengan pemilih juga dibangun lewat kedekatan budaya lokal, tradisi, dan kebiasaan masyarakat,” imbuhnya.

Puguh menambahkan bahwa implikasi praktis dari temuannya bahwa praktik dan model politik identitas partai politik yang terjadi di Indonesia berbeda dengan yang terjadi di negara lain. Menurutnya di negara lain digunakan untuk menjatuhkan dan mendiskriminasi kelompok lain, namun di Indonesia politik identitas yang dipraktikkan oleh elite politik dan institusi partai tidak untuk tujuan elektoral semata, tanpa ada diskriminasi terhadap kelompok atau identitas lain.

Dalam sidang terbuka ini, bertindak selaku promotor adalah Prof Dr Bonaventura Ngarawula, M.S, dan ko-promotor adalah Dr Zainur Rozikin, MM, M.Pd.

Para penyanggah yaitu Prof  Dr  Agus Sholahuddin, MT, Dr Kridawati Sadhana, M.S, Dr. Sukardi, M.Si., Dr. Teguh Suratman, SH, M.Si, Dr Praptaning Sukowati, SH, M.Si., Dr. Yuntawati Fristin, S.Sos., M.A.B., dan Dr. Muhamad Nur Afandi, MT, sebagai penyanggah eksternal.

Usai sidang, Puguh menyampaikan bahwa gelar doktor yang diraihnya ini memiliki makna khusus. Ia mengaku bahwa sejak pertama kali kuliah pada tahun 2003, ia telah menetapkan tiga cita-cita besar: menjadi doktor, naik haji dan menjadi anggota dewan di usia 40 tahun.

“Alhamdulillah, ketiganya sudah Allah kabulkan. Ini semua berkat doa dan dukungan guru, keluarga, dan teman-teman,” ucapnya penuh haru.

Ia juga mengenang masa sulitnya di awal kuliah. “Saya pernah diterima di PTN jalur prestasi, tapi tidak bisa diambil karena tak ada biaya. Baru kuliah tahun 2003, juga sempat kesulitan ekonomi,” kisahnya.

Dengan predikat cumlaude yang diraihnya, Puguh menegaskan komitmennya untuk terus mengembangkan ilmu dan memberikan kontribusi positif, baik di bidang politik, pendidikan, maupun pelayanan kepada masyarakat. (adv/bua/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img