Ulas Transportasi, Sumber Energi dan Desa Wisata

0
25
MPM-M Firman DEBAT: Pasangan calon Wali Kota Batu dan Wakil Wali Kota Batu, nomor urut 1, Nurochman dan Heli Suliyanto, nomor urut 2 Firhando Gumelar dan H. Rudi, serta nomor urut 3, Krisdayanti dan Kresna Dewanata menyampaikan visi dan misi di Debat Perdana Paslon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Batu di Hotel Golden Tulip, Kota Batu, Senin (21/10) tadi malam.

Debat Paslon Pilkada Kota Batu

MALANG POSCO MEDIA – Debat Pertama Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Batu di Hotel Golden Tulip Senin (21/10) tadi  malam berlangsung menarik.

Dalam debat perdana untuk adu gagasan, ide dan wawasan yang digelar KPU Kota Batu mengangkat tema pariwisata, pertanian, agraria dan lingkungan hidup.

Debat diikuti  tiga Paslon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Batu dimoderatori oleh Helmi Kahaf dan Indah Andara. Dengan debat mempertemukan Paslon Nomor Urut 1 Nurochman-Heli Suyanto (NH) yang diusung  PKB, Gerindra, dan PSI.

Kemudian Paslon Nomor Urut 2 Firhando Gumelar-H. Rudi (Guru)  diusung Partai Demokrat, PAN, Golkar, dan PKS. Serta, Paslon Nomor Urut 3 Krisdayanti-Kresna Dewanata Prosakh (Krida) yang diusung oleh PDI Perjuangan, Nasdem dan 9 partai non parlemen.

Sebelum debat dimulai, soal sudah dirumuskan oleh Tim Panelis diberikan kepada Ketua KPU Kota Batu, Heru Joko Purwanto. Kemudian  pertanyaan yang masih disegel dipilih langsung oleh paslon untuk dijawab.

Segmen pertama paparan visi misi dan program kerja. Berikutnya penajaman visi misi oleh panelis, debat terbuka masing-masing paslon dan closing statemen. Dengan teknis pelaksanaan masing-masing segmen sesuai dengan nomor urut paslon.

Paling menarik dalam segmen tersebut  yakni tanya jawab paslon dari pertanyaan yang diambil oleh masing-masing paslon. Paslon nomor 1 Cak Nur dan Heli berkesempatan menjawab pertanyaan dengan waktu dua menit 30 detik terkait mengatasi masalah kemacetan dan transportasi di Kota Batu.

“Sesuai dengan fakta yang ada sama-sama kita pahami bahwa kemacetan luar biasa di Kota Batu, maka opsi yang kami tawarkan adalah satu di dalam Kota Batu tentu kita berikan fasilitas-fasilitas seperti moda transportasi yang ramah lingkungan dengan mobil listrik,” jawabnya.

Kemudian pihaknya juga akan kerjasama dengan Malang Raya dengan dengan membuat kantong-kantong parkir, serta pemantauan melalui CCTV dengan teknologi agar mengetahui posisi-posisi kemacetan dan bekerja sama dengan aparat keamanan untuk bisa membantu mengurai  persoalan kemacetan.

“Komitmen kami salah satunya adalah memanfaatkan Pasar Kota Batu menjadi tempat transitnya bus pariwisata. Serta maksimalkan dari angkot dengan bekerja sama dengan pelaku wisata sudah diketahui sebagai shuttle agar angkot tetap bertahan,” ungkapnya.

Dari jawaban tersebut, kemudian Fihando Paslon 2 menanyakan terkait infrastruktur transportasi apakah sudah dipenuhi dalam menjawab kemacetan. Ia juga menanyakan solusi kemacetan dan masalah parkir yang ada di pusat kota Batu.

Menanggapi tersebut, Cak Nur memastikan adanya peningkatkan jalur alternatif yang ada di Kota Batu dan menambah rambu yang ada agar jalur alternatif dimanfaatkan untuk mengurai kemacetan. Serta membangun parkir bertingkat di pusat kota dalam mengurai kemacetan.

Terkait kerja sama Malang Raya, Cak Nur akan menjalin komunikasi dengan pemda di Malang Raya agar terjalin konsep bersama terkait mengatasi masalah parkir dan pemerataan kunjungan wisatawan agar perekonomian bisa dinikmati bersama.

Kemudian giliran Paslon 2, Firhando-Rudi mendapatkan pertanyaan tentang rencana strategis apa saja yang akan di rumuskan untuk pembangunan infrastruktur energi yang berdampak pada pendekatan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan kualitas hidup menuju kota hijau.

“Untuk energi, kami sudah memprioritaskan program terkait waste to energi. Nanti akan ada pemisahan sampah-sampah di RW. Begitupun program kami sudah kami keluarkan dua yaitu batu smart waste management dan pahlawan ekologi kota Batu,” terangnya.

Melalui program batu smart waste management ini pengolahan sampah dimulai dari RW. Sehingga akan muncul kemandirian ekonomi dan kesejahteraan RW agar RW-nya bisa mandiri. Pemerintah Kota nantinya akan membantu memasarkan hasil waste to product.

“Begitu juga untuk sampah TPA akan dijadikannya energi listrik. Dan di sini kami sudah pahami betul teknologi ini sehingga munculah energi-energi baru dan kota Batu memiliki energi yang pribadi dan mandiri tidak terpaku dalam suatu energi yang sudah,” paparnya.

Menanggapi program itu, Paslon 3 Krisdayanti menanyakan bagaimana dengan sampah yang diproduksi 200.000 warga Kota Batu dan juga 10 juta wisatawan. Karena dipastikan akan sangat sulit mengelola sampah dari jutaan orang tersebut. 

Menjawab itu, Mas Gum, sapaan akrab Firhando Gumelar menegaskan bahwa program pilah sampah dari tingkat RW akan menyelesaikan masalah itu.  Pasalnya dengan pengolahan tingkat RW akan menghasilkan tambahan ekonomi bagi warga.

“Begitu juga dengan sampah di TPA jika dikelola dengan baik maka akan bisa menjadi sumber energi ramah lingkungan. Dengan begitu kami tidak akan membuka TPA baru, tapi kami akan menghabiskan sampah-sampah yang ada di TPA sekarang seperti kami ketahui  ada 120 juta ton. Sampah itu akan kami olah menjadi pembangkit listrik,” tegasnya.

Terakhir, Paslon 3, Kris Dayanti-Dewa yang mendapatkan soal tentang pengembangan desa wisata. Mendapat pertanyaan tersebut, dengan tegas Paslon 3 berkeinginan mengembangkan desa wisata yang terintegrasi dengan lingkungan dan pertanian.

“Dengan begitu pemerintah kota, masyarakat dan juga investor aka tertarik. Karena dengan desa wisata yang terintegrasi akan bisa dieksplore secara luas ke luar negeri. Serta kami akan adakan setiap desa/kelurahan memiliki event untuk menambah daya tarik wisatawan sesuai potensi yang ada,” terangnya.

Menanggapi itu, Paslon 1 Cak Nur-Heli meminta agar pembangunan wisata di Kota Batu harus mengacu pada Riparda. Karena menurutnya dengan Riparda maka pembangunan akan terarah dan terkelola dengan baik. Sehingga potensi yang dimiliki bisa dimaksimalkan. (eri/van)