MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Mengawali Tahun Akademik 2022-2023, Unika Widya Karya merancang konsep besar yang ingin dicapai. Setidaknya ada tiga poin besar, yaitu bidang lingkungan, kepemimpinan dan safeguarding.
Tiga poin itu merupakan amanat dari dari Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) untuk dilaksanakan oleh Unika Widya Karya, dalam sosialisasi kepada seluruh dosen di Aula Unika Widya Karya, Rabu (31/8). Sosialisasi ini dihadiri langsung oleh Rektor, para Wakil Rektor, Dekan dan Dosen.
Materi pertama disampaikan oleh Kepala Program Studi Teknik Sipil Dr. Ir. Anna Catharina Sri Purna Suswati, M.Si. dan Kepala Program Studi Agribisnis Dr. Dra. Anasthasia Triwulan Budisaptorini, M.M. Temanya ‘Merawat Bumi Rumah Kita Bersama untuk Mewujudkan Laudato Si.”
Anna Catharina Sri Purna Suswati, mengatakan merusak lingkungan merupakan perbuatan tercela yang harus dibayar dengan pertaubatan. Taubat dalam hal ini dengan cara memperbaiki lingkungan yang sudah rusak.
Timnya telah melakukan berbagai survei. Salah satunya di Kampung Warna Warni. “Ternyata di sana banyak menggunakan plastic, dan bersama mahasiswa kami akan kesana untuk memperbaiki ekologi,” katanya kepada Malang Posco Media di sela acara.
Anasthasia Triwulan Budisaptorini menambahkan, kerusakan alam hasil dari kontribusi perbuatan manusia. Upaya yang dilakukan tim Unika Widya Karya untuk lingkungan tidak lain untuk mengoptimalkan upaya menyelamatkan bumi. “Dimulai dari hal-hal kecil misalnya dengan mengurangi penggunaan plastik. Sedikit yang kita lakukan akan bermakna untuk pemulihan alam,” terangnya.
Materi kedua disampaikan oleh Rektor Unika Widya Karya Dr. Klemens Mere, SE., M.Pd., MM., MH., MAP., M.Ak. dan Dekan Fakultas Pertanian Dr. Ir. Kukuk Yudiono, M.S. Temanya tentang Training Kepemimpinan Perguruan Tinggi APTIK yang dijiwai Ex Corde Ecclesiae.
Dalam hal ini Klemens mengatakan melalui training kepemimpinan diharapkan para dosen dapat menanamkan nilai-nilai karakter pada mahasiswa. Dalam konteks pendidikan, dosen harus memahami pola pikir dan karakter generasi muda untuk tetap berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
Klemens menekankan kepada dosen untuk tetap memberikan pelayanan terbaik kepada mahasiswa. Apalagi saat ini mahasiswa Unika Widya Karya lebih banyak yang berasal dari luar Kota Malang. Tentu dengan karakter yang berbeda-beda.
“Dampingi dan bina mereka sesuai dengan zamannya. Jangan terlalu kaku memberikan aturan yang nantinya membuat mahasiswa sulit berkembang,” ungkapnya.
Lebih lanjut menurutnya, semua perguruan tinggi melaksanakan kurikulum yang sama. Yang beda hanya branding-nya. Unika Widya Karya menerapkan sistem pendidikan berbasis keluarga. Tujuannya agar terjalin hubungan yang kuat antara dosen sebagai orang tua dan mahasiswa sebagai anak.
“Kalau intelektual kognitif dapat kita kejar. Yang utama civitas akademika menjiwai semua aspek pendidikan karakter agar terbentuk kepribadian yang utuh,” terangnya.
Pria yang juga akrab disapa Frater Monfoort ini juga memberikan komentar tentang materi lingkungan. Dia mengatakan konsep dan strateginya diterapkan langsung pada lingkungan kampus. Mewujudkan Unika Widya Karya sebagai kampus yang asri. “Harapannya warga kampus menjadi betah. Dari gerakan kecil ini bukti kita cinta pada bumi,” kata dia. (sir/imm/bua)