spot_img
Wednesday, July 16, 2025
spot_img

Universitas Brawijaya – ALSA Symposium 7.0; Hadirkan Aktivis, Bahas Topik Presidential Threshold

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Presidential Threshold atau persyaratan ambang batas menjadi topik yang menarik dibahas dalam diskusi Asian Law Students Association (ALSA) Symposium 7.0 yang digelar di Rektorat Universitas Brawijaya (UB), Minggu (17/9). Apalagi dengan hadirnya seorang mantan aktifis, Adian Napitupulu yang kini juga menjadi wakil rakyat, makin menambah keseruan diskusi yang mengambil tajuk ‘Lika Liku UU Pemilu’ tersebut.

Dalam kesempatan itu, Adian Napitupulu  menyampaikan memang ada pro kontra dalam hal tersebut. Ia sendiri mengacu pada aturan yang sudah ditetapkan, yakni ada persyaratan ambang batas. Beberapa peserta diskusi yang menyinggung terkait hal itu pun dijawab dengan tegas oleh Adian.

“Ketika itu dibatasi, justru ayo parpol turun untuk meyakinkan rakyat, turun ke bawah kader kadernya. Jangan hanya bicara di media, lalu tidak mencukupi ambang batas sehingga protes. Ada partai lain yang gigih setiap hari turun bersentuhan dengan rakyat lalu dia mendapatkan ambang batas 20 persen. Kemudian (jika) tidak boleh diperhitungkan, lho kalian tidak menghormati keringat dong. Tidak menghargai perjuangan dong,” tegas Adian.

Tidak hanya persoalan ambang batas, menurut Adian, banyak hal yang bisa menjadi persoalan dalam UU Pemilu selain presidential threshold. Misalnya seperti batasan usia untuk menjadi seorang calon presiden yang kemudian ternyata digugat dan jadi persoalan.

“Banyak hal lagi yang bisa menjadi persoalan. Apa sih yang tidak bisa kita persoalkan di republik ini,” tukasnya.

Diskusi itu pun berlangsung dengan hangat apalagi dengan hadirnya narasumber lain. Yakni ada akademisi Dhia Al Uyun S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum UB, Farah Purwaningrum Partnership and Community Manager HukumOnline dan Izzudin Fuad Farhony Divisi Hukum dan Pengawasan KPU Kota Malang.

Sementara itu, Projects Officer ALSA Symposium 7 Tio Fichri Januar Surga menjelaskan diskusi itu digelar lantaran situasi saat ini di tahun politik yang akan segera memasuki masa pemilihan umum. Tio sapaan akrabnya menyebut, diskusi ini tidak hanya dihadiri oleh masyarakat saja, tapi justru yang utama adalah dihadiri oleh ibu-ibu dan bapak bapak yang kesehariannya biasa ada di rumah.

“Yang namanya mahasiswa sudah pasti baca buku, sedangkan kalau ibu ibu, bapak bapak yang biasanya berkebun di rumah, kan belum tentu dapat informasi yang sepadan. Makanya justru target utama kita di masyarakat makanya kita hadirkan disini,” ungkap Tio.

Diskusi ini dikatakan Tio juga sekaligus merupakan salah satu langkah kreatif dimana mahasiswa tidak harus turun ke jalan untuk menyuarakan keinginannya. Sehingga dengan diskusi seperti ini, akan tersalurkan edukasi kepada masyarakat bagaimana sesungguhnya pemilu dari segi regulasi, budaya dan juga sistemnya.

“Oleh karena itu kita membuat acara ini untuk memberikan informasi sesungguhnya kepada masyarakat. Banyak langkah kreatif untuk tidak hanya menyuarakan apa yang kita inginkan, tapi juga memberikan jawaban dari pertanyaan yang ada di masyarakat,” tutupnya. (ian/imm)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img