spot_img
Friday, September 20, 2024
spot_img

Universitas Brawijaya; Tambah Dua Gubes FEB dan FMIPA

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Universitas Brawijaya (UB) kembali mengukuhkan dua Guru Besar akhir pekan lalu. Yakni, Prof. Dr. Astrid Puspaningrum, SE., MM., CMA, dari Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) dan Prof. Dr. Dra. Catur Retnaningdyah, M.Si dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).

Prof. Dr. Astrid Puspaningrum, SE., MM., CMA, merupakan profesor aktif ke-20 dari FEB, serta menjadi Profesor aktif ke-287 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan UB. Ia menyampaikan pidato dengan judul “Entrepreneurial Creativity Untuk Membangun Keunggulan Bersaing dan Meningkatkan Kinerja Pemasaran”.

Prof Astrid memaparkan banyak permasalahan yang terjadi semenjak Asean China Free Trade Area (ACFTA) pada 1 Januari 2010. Terutama bagi sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Indonesia.

Berdasarkan pengamatannya, UMKM di Indonesia rentan dalam menghadapi situasi ancaman serius. Yaitu proses deindustrialisasi. Proses tersebut merupakan penurunan kontribusi sektor manufaktur. “Artinya, para pelaku UMKM tidak lagi menjadi produsen, melainkan hanya sebagai sales dari produk negara importir lain,” katanya pada acara konferensi pers melalui zoo meeting.

Maka dari itu, UMKM di Indonesia perlu membangun daya saing. Serta lebih mengembangkan entrepreneurial creativity dan entrepreneurial networking. Tujuannya, agar menciptakan keunggulan dalam bersaing.

Dengan begitu, UMKM Indonesia mampu menghasilkan kinerja pemasaran yang baik. Yang akan dimanfaatkan sebagai alat untuk mengukur tingkat keberhasilan keseluruhan kinerja yang dilakukan.

“Jika entrepreneurial creativity dipraktikkan, maka daya saing dapat diraih dan kinerja pemasaran akan meningkat. Kinerja pemasaran adalah prestasi yang diperoleh dari aktivitas pemasaran,” lanjutnya.

Sementara itu, Prof. Dr. Dra. Catur Retnaningdyah, Msi, dalam kesempatannya menjelaskan tentang peran vegetasi sebagai tanaman riparian yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas air yang tercemar oleh polutan.

Peran vegetasi nantinya akan meningkatkan kualitas air irigasi yang tercemar zat berbahaya. Misalnya, bahan organik, pestisida, dan pupuk sintetik. Peningkatan itu dapat dilakukan dengan cara aplikasi model teknologi fitoremediasi sistem kontinyu berupa Riparian Vegetation in Irrigation Ditch (RVID).

RVID ini merupakan komunitas hidromakrofita (tanaman air) lokal yang ditanam sebagai vegetasi riparian di tepi saluran irigasi sepanjang minimum 200 meter dengan penutupan maksimum 80 persen.

Keunggulannya adalah efektif mampu meningkatkan kualitas air irigasi. Seperti, kadar oksigen terlarut yang tinggi dan penurunan kadar COD, TSS, Cl2 bebas, ortofosfat, turbiditas, suhu, nilai KMnO4, alkalinitas, BOD, TP, nitrat, konduktivitas, dan TKN.

Selain itu, peningkatan kualitas air juga terlihat dari peningkatan diversitas spesies makroinvertebrata bentos dan perifiton. Di mana, mengindikasikan penurunan tingkat bahan toksik di perairan, dan peningkatan kelimpahan spesies yang bersifat sensitif. “Model ini pernah diujicobakan di Kepanjen, Kabupaten Malang,” katanya.

Demikian, air irigasi hasil proses fitoremediasi ini dapat menjamin tersedianya air irigasi dengan kualitas yang baik untuk mendukung aktivitas pertanian yang sehat.

Prof. Dr. Dra. Catur Retnaningdyah, Msi, merupakan profesor aktif ke-26 dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan Profesor aktif ke-162 di Universitas Brawijaya serta menjadi Profesor ke-288 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan UB. (mda/imm)

- Advertisement -spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img