MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Relevansi Pendidikan (LP2RP) Universitas Islam Malang (Unisma) menggelar Internship Preparation, tentang
Best Practice Optimalisasi Program Magang (MBKM) Thailand. Kegiatan tersebut dilaksanakan dua hari secara virtual via zoom meeting mulai Rabu (20/4) lalu.
Hadir memberikan sambutan di hari pertama Rektor Unisma, Prof. Dr. H. Maskuri, M.Si. Dengan pemateri Amran bin Ismail selaku AECI Thailand, dan Muhammadruslan Luebakaluting selaku Koordinator PPL Wilayah Krabi.
Sedangkan di hari kedua kemarin, dihadiri oleh Wakil Rektor 1 Unisma Prof. Dr. H. Junaidi, M.Pd., Ph.D. Dengan pembicara dari Konsul Penerangan, Sosial dan Budaya KJRI Songkhla Thailand Agus Cahyono Rasyid dan Ketua APP BIPA Wilayah Jatim Dr. Gatut Susanto, M.Pd.
Ketua LP2RP Unisma, Dr. Hj. Dyah Werdiningsih, M.Pd mengatakan melalui workshop tersebut Unisma menjaring informasi mengenai potensi penyelenggaraan program magang internasional di Thailand. Serta untuk mengetahui tantangan serta persiapan yang harus dilakukan mahasiswa. “Kegiatan ini sebagai realisasi dari program MoU yang kita sepakati dengan pihak AECI tahun 2019,” katanya.
Diantara pemateri memaparkan tentang peran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) dalam mendukung diplomasi bahasa dan budaya di Thailand.
LP2RP juga menggali informasi teknis program magang sesuai dengan kebijakan baru pasca pandemi. “Kami menggali informasi mungkin ada perubahan untuk bisa melaksanakan program magang secara luring,” imbuhnya.
Diah mengungkapkan selama pandemi program magang dilaksanakan secara daring. Dan Unisma menjadi satu-satunya yang melaksanakan magang secara daring saat perguruan tinggi lainnya tidak ada program magang. “Ada enam sekolah di Thailand yang menerima program magang kami secara daring. Yakni di wilayah Krabi, Yala, Thamarat dan Songkhla,” ungkapnya.
Lebih lanjut Diah menjelaskan, bahwa kegiatan workshop Internship Preparation
ini memiliki target luaran. Yaitu program magang internasional yang dirancang sesuai dengan program MBKM, sehingga nantinya dapat direkognisi sebesar 20 SKS.
Sebelum ada kebijakan MBKM program magang hanya bisa dikonversi sebanyak 12 SKS. Maka untuk magang ke depan banyak bidang yang harus disesuaikan. Seperti capaian pembelajaran, kompetensi, praktik mengajar dan lain-lain.
Semuanya dirancang sehingga dapat rekognisi menjadi 20 SKS sesuai program MBKM yang dikonsep oleh Kemendikbudristek. “Tentu dengan tuntutan-tuntutan yang lebih baik, dengan capaian pembelajaran yang lebih tinggi. Agar sesuai antara beban SKS dengan praktik pengalaman lapangan,” terangnya.
Workshop LP2RP ini rencananya akan bertahap. Akan ada workshop lanjutan pada Sabtu, (23/4) mendatang. Dalam workshop itu mahasiswa akan didampingi untuk merancang perangkat pembelajaran dan media pembelajaran yang memudahkan mereka untuk melaksanakan tugas mengajar di sekolah Thailand. Serta memudahkan para siswa dalam belajar.
Menurut informasi yang diterima LP2RP, kendala pembelajaran BIPA yang ada di Thailand selama ini disebabkan belum memiliki bahan ajar. Baik oleh siswa maupun oleh guru praktikan. “Maka untuk perangkat pembelajaran ini akan kita bahas di workshop selanjutnya,” pungkas Diah. (adv/imm)