MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Universitas Islam Malang (Unisma) semakin gagah dengan bertambahnya dua Guru Besar. Mereka adalah Prof. Dr. Dyah Werdiningsih, M.Pd Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Prof. Dr. Ir. Mahayu Woro Lestari, MP. Bidang Ilmu Hortikultura Fakultas Pertanian. Keduanya akan dikukuhkan oleh Rektor Unisma, Prof. Dr. Maskuri, M.Si, Rabu (20/12) hari ini di Gedung Pascasarjana.
Prof. Dr. Ir. Mahayu Woro Lestari, MP melalui karya besar risetnya menemukan satu jenis sayuran baru bernama tanaman Junggul. Uniknya, tanaman ini dianggap liar oleh kebanyakan orang. Terutama masyarakat perkotaan.
Dengan daya risetnya yang kreatif, Prof Woro mengedukasi masyarakat bahwa tanaman yang dianggap mengganggu tanaman lainnya ini ternyata bisa dikonsumsi. Dan yang mencengangkan, Junggul mengandung nilai gizi yang tinggi.
“Tanaman Junggul selama ini terlupakan. Padahal punya potensi untuk kesehatan,” katanya.
Tidak sulit menemukan tanaman ini. Terlebih di pedesaan. Junggul tumbuh dimanapun. Di pematang sawah atau ladang, kebun, pinggir jalan, dan sebagainya. Sayangnya dianggap liar dan mengganggu. Istilah ilmu pertaniannya disebut gulma.
Karena itu sampai saat ini yang membudidayakan belum ada. Padahal ada yang menjual di marketplace. Harganya sekitar 7000 per 100 gram. “Sebagian masyarakat desa sudah biasa mengkonsumsi sebagai lalapan atau sayur. Hanya di masyarakat kota yang tidak banyak mengetahui,” ujarnya.
Kurangnya pengetahuan tentang khasiat tanaman ini membuat masyarakat acuh. Mereka cenderung mencabut dan membuang. Maka dengan hasil resit yang ditemukan Prof Woro ini, diharapkan masyarakat semakin teredukasi.
“Semoga kedepan masyarakat dapat memanfaatkan keanekaragaman hayati yang ada di lingkungan. Salah satunya mulai menggemari sayuran Junggul yang ternyata mengandung banyak Vitamin A, B dan D,” terangnya.
Sebagai peneliti, Prof Woro punya keinginan besar untuk ikut memperkenalkan jenis sayuran baru ini. Apalagi cara mengolahnya pun mudah. Tidak berbeda dari sayur lainnya.
“Hanya butuh waktu. Tapi tetap kita sampaikan dengan cara budidaya. Karena 85 persen sayuran yang dikonsumsi masyarakat adalah hasil budidaya,” terangnya.
Dalam kesempatan wawancara kemarin, Prof Woro juga mengimbau kepada dosen-dosen muda Unisma untuk giat melakukan penelitian. Tidak lain untuk peningkatan karir melalui jenjang jabatan fungsional akademik. Hingga sampai pada jabatan Guru Besar. Dan yang utama meningkatkan performa institusi Unisma.
“Saya saja yang sudah tidak lagi muda punya semangat yang tinggi untuk berusaha naik jabatan akademik sampai guru besar. Apalagi dosen-dosen muda. Pasti bisa,” tegasnya.
Hal senada disampaikan Prof. Dr. Dyah Werdiningsih, M.Pd. Menurutnya, setiap dosen punya kesempatan yang sama menjadi Guru Besar. Butuh ketekunan dan tanggung jawab yang besar. Terutama dalam menjalankan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Sebagai insan perguruan tinggi hendaknya mengerjakan tanggung jawab semaksimal mungkin. Salah satunya tugas penelitian.
Dari hasil penelitian dan publikasi akan berimplikasi pada kemajuan institusi kampus.
“Jabatan Guru Besar ini hasil dari ketekunan dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas Tridharma Perguruan Tinggi. Semua dosen punya kesempatan yang sama,” katanya.
Dalam acara Pengukuhan Guru Besar hari ini, Prof Dyah akan menyampaikan orasi ilmiah dengan judul Mencintai Bumi Melalui Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (BSI) Berwawasan Ekoliterasi.
“Judul tersebut merupakan refleksi pemikiran saya sebagai insan pembelajar berdasarkan hasil penelitian bidang inovasi pembelajaran BSI,” ujarnya.
Dia berharap dari orasi yang akan disampaikannya itu dapat meningkatkan pemahaman dan kepedulian akan pentingnya dunia pendidikan dalam berkontribusi pada upaya meningkatkan pemahaman, kesadaran, sikap, dan perilaku positif siswa terhadap upaya pelestarian lingkungan. Khususnya melalui pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, sekaligus mendorong peningkatan upaya komprehensif untuk mengurangi risiko dari ancaman bagi keberlanjutan ekosistem global dan kehidupan manusia.
“Pendidikan lingkungan sangat penting. Banyak ayat dalam Alquran yang mengingatkan untuk tidak merusak lingkungan. Dan Allah menegaskan bahwa selama ini kerusakan yang terjadi di bumi karena ulah dari manusia sendiri. Maka pembelajaran lingkungan di sekolah merupakan wujud dari syukur dan ketaatan kita pada perintah Allah,” pungkasnya. (sir/imm)