MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Sebanyak 15 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mendapat kesempatan turut serta pada program intensif di Jepang. Kesempatan ini didukung oleh kerjasama dan penandatanganan MoU yang dilakukan oleh UMM, Kyushu Bark Transport Ltd, NOSUTA, dan Pemerintah Kota Soeda Jepang yang langsung diwakili walikotanya. Kerjasama itu diresmikan, Selasa (10/6) lalu di Jepang.
Di program ini para mahasiswa akan menjalani pelatihan selama tiga bulan di fasilitas milik Kyushu Bark Transport di Kota Soeda. Ada berbagai pelatihan yang akan diberikan, termasuk mengenai sertifikasi kompetensi kehutanan Jepang. Ini akan menjadi bekal penting sebelum mengikuti ujian keterampilan spesifik kehutanan yang mana merupakan syarat utama mendapatkan visa pekerja di Jepang. NOSUTA juga berperan penting dalam memfasilitasi mahasiswa serta pelatihan bahasa Jepang.
Terkait hal ini, Presiden Direktur Kyushu Bark Transport, Hayashi Koichi, menekankan pentingnya kolaborasi ini demi keselamatan kerja dan keberlanjutan industri. Menurutnya, pekerjaan di bidang kehutanan memiliki risiko yang cukup tinggi. Maka, ia percaya bahwa SDM yang dihasilkan UMM akan mampu menghadapinya dengan berbagai persiapan.
“Kita juga harus memastikan integrasi pekerja kehutanan Indonesia ke dalam komunitas lokal Jepang bisa berjalan lancar. Dengan begitu, pekerja dapat merasa nyaman berkarir dalam jangka panjang. Kerjasama ini tentu akan membuka pintu dan peluang SDM Indonesia berkarir di Jepang,” ujarnya.
Di sisi lain, Kepala Program Studi Kehutanan UMM, Galit Prakosa, menjelaskan bahwa mahasiswa yang mengikuti program ini adalah mahasiswa program sarjana Kehutanan yang telah menempuh pendidikan selama 3,5 tahun. Mereka sudah memiliki keilmuan yang mencukupi sebagai bekal berkarir di Negara Sakura itu.
“UMM memang selalu berkomitmen untuk mencetak SDM yang mumpuni. Apalagi dalam kerangka Center for Future Work UMM, kami berkomitmen menghadirkan program pendidikan yang berorientasi pada kebutuhan industri,” jelasnya.
Adapun inisiatif ini muncul sebagai respons terhadap diterbitkannya kategori visa baru, yaitu visa Pekerja Berketerampilan Spesifik bidang Kehutanan (SSW Kehutanan). Visa ini dirancang untuk mengatasi masalah berkurangnya tenaga kerja di sektor kehutanan Jepang. Berdasarkan data terakhir tahun 2020, rata-rata usia pekerja kehutanan Jepang adalah 52 tahun. Sehingga ini adalah peluang besar bagi generasi muda Indonesia untuk berkontribusi secara global.(imm/lim)