MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berperan aktif di kancah internasional. Kampus UMM menjadi salah satu dari tiga kampus yang berpartisipasi secara khusus di World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali, hingga akhir pekan lalu. Pada ajang internasional tersebut, UMM berkesempatan menyampaikan ide dan inovasinya.
Selain itu juga memamerkan produk unggulan karya sivitas akademikanya. Diantaranya biofarm, ecoprint, minuman sari mawar, dan lain sebagainya. Kepercayaan ini juga didapat berkat kiprah UMM dalam berbagai aktivitas pelestarian.
Misalnya saja, mengembangkan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) di daerah Boon Pring dan Sumber Maron. “Selain itu kami juga mengembangkan dibidang ketahanan pangan di berbagai daerah, utamanya dengan memberikan sentuhan teknologi. Dengan begitu, hasil pertanian bisa lebih masif dan banyak,” ucap Rektor UMM Prof. Dr. Nazaruddin Malik, M.Si.
Salah satu yang menarik perhatian, adalah kiprah UMM dalam mengembangkan Subak Bengkel di Bali, melalui program Profesor Penggerak Pembangunan Masyarakat. Program garapan UMM ini berhasil dilaksanakan di berbagai daerah, mulai dari Blitar, Malang, Bondowoso, Bali, dan lainnya. Bahkan pada kesempatan itu, Subak Bengkel sukses diakui sebagai ecohidrology demonstration site oleh Unesco.
Prof Nazaruddin Malik menjelaskan UMM memang sudah lama memiliki pengalaman di berbagai bidang. Utamanya yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan inovasi terbaru. Termasuk di dalamnya terkait masalah-masalah air, pangan, energi, dan lahan hijau yang memiliki dampak masif untuk masyarakat. “Kami juga mempelopori lahirnya International Center of Sustainable Water Ecosystem for Renewable Energy and Smart Organic Farming (IC0FFEES). Sebuah institusi yang mengintegrasikan energi terbarukan dengan praktek agrikultur. Ini menjadi komitmen kuat UMM untuk menyediakan solusi yang berkelanjutan,” tegasnya.
Kampus Putih UMM telah memberikan sumbangsih penting melalui kolaborasi bersama Kabupaten Tabanan dan Unesco. Melalui rekognisi Subak bengkel ini, kita tentu bangga dengan perpaduan budaya tradisional dengan prinsip-prinsip ecohidrologi yang modern. “Melalui ICOFFEES, UMM senantiasa memberikan inovasi-inovasi program yang bisa memperkuat keberlanjutan sistem Subak,” tegasnya.
Turut hadir dalam peresmian itu Dr. Rahmah Elfithri, Chief of Section for Capacity Development and Water Family Coordination, Unesco, Prof. Luis Chicharo, Vice Chairman of Ecohydrology Scientific Advisory Committee Unesco, dan Prof. Ignasius D.A. Sutapa, Executive Director of Asia Pacific Centre for Ecohydrology. (imm/udi)