MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Universitas Negeri Malang (UM) dipercaya menjadi tuan rumah kegiatan ISTIC–NAM S&T Centre – International Training Programme on “STI Policy: Artificial Intelligence for Climate Learning Futures, pekan lalu. Program internasional ini lahir dari kemitraan strategis antara International Science, Technology and Innovation Centre for South-South Cooperation under the Auspices of UNESCO (ISTIC-UNESCO), NAM S&T Centre, dan UM.
Sebanyak 13 negara hadir dalam pelatihan ini, yaitu Kamboja, Mesir, India, Indonesia, Iraq, Kenya, Malaysia, Mauritius, Myanmar, Nepal, Palestina, Afrika Selatan, dan Zambia. Kehadiran para delegasi membuka peluang besar bagi UM untuk memperluas jejaring akademik sekaligus membangun riset lintas negara.
“Kolaborasi tersebut menjadi bagian penting dari kerja sama South-South dan Triangular Cooperation untuk memperkuat pembangunan berkelanjutan di negara-negara berkembang,” ucap Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UM Prof. Dr. Markus Diantoro, M.Si.
Dia menyampaikan pentingnya workshop internasional yang dikomandani oleh ISTIC serta didukung pendanaan dari NAM India ini. Awalnya ada 16 negara, namun saat ini baru bergabung 12 negara secara luring, sisanya akan mengikuti secara virtual. “Kami berharap kegiatan ini memperluas kerja sama dengan NAM dan ISTIC yang sudah terjalin hampir empat tahun, baik melalui workshop, riset bersama, maupun diklat peneliti,” ujarnya.
Lebih lanjut, Prof. Markus menjelaskan bahwa tema tahun ini bersifat unik karena belum pernah diangkat secara global. Khusus tahun ini, forum menyoroti peran AI dalam pembelajaran dan perubahan iklim, dengan tiga topik utama: AI, pendidikan, dan climate change.
“Harapannya, pada Dies Natalis UM ke-71, kami dapat memberi makna lebih luas, bukan sekadar workshop, melainkan kontribusi nyata dari Indonesia untuk dunia, khususnya negara-negara Global South yang tergabung dalam South-South Cooperation,” tuturnya.
Rektor UM Prof. Dr. Hariyono, M.Pd menegaskan rasa bangganya atas kepercayaan yang diberikan. “Kami merasa terhormat menjadi tuan rumah program ini. Harapan kami, seluruh delegasi merasa nyaman dan menjadikan UM sebagai rumah kedua sehingga terjalin kolaborasi akademik yang bermakna,” ujarnya.
Selama ini, ISTIC-UNESCO telah melibatkan UM dalam sejumlah agenda internasional di Malaysia, Korea Selatan, Afrika Selatan, hingga India. Kini, kemitraan diperkuat dengan dukungan NAM S&T Centre, yang memungkinkan UM terhubung langsung dengan peneliti global.
Manfaat kerja sama ini mencakup peningkatan kapasitas akademik dan teknologi, mobilitas dosen dan mahasiswa, kolaborasi riset internasional, hingga pemanfaatan inovasi bagi pembangunan lokal. UM pun berkomitmen membuka ruang sinergi lintas fakultas, termasuk 10 fakultas serta Sekolah Pascasarjana.
“Ke depan, kemitraan strategis ini diharapkan memperkokoh posisi UM sebagai pusat riset dan inovasi di Indonesia, sekaligus meningkatkan kontribusi universitas dalam pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi yang inklusif dan berkelanjutan di tingkat global,” ucap Prof Hariyono.(imm/lim)