MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Tim dosen Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) dan Politeknik Kesehatan Wira Husada Nusantara kolaborasi melakukan inovasi produk makanan berupa olahan susu. Namanya Puding SUSI, singkatkan dari susu sapi dan sawi. Produk ini diajarkan kepada para kader Posyandu Desa Pandanrejo Kecamatan Wagir Kabupaten Malang, Sabtu (12/10) lalu. Tujuannya untuk menekan angka stunting yang hingga saat ini masih tinggi.
Kegiatan tersebut merupakan bagian dari tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pengabdian kepada masyarakat. Tim yang berdiri dari tiga dosen ini mengedukasi masyarakat untuk perhatian terhadap gizi makanan.
“Karena angka stunting di Jawa Timur itu masih tinggi. Kabupaten Malang termasuk yang tertinggi, khususnya di Kecamatan Wagir,” ucap Ketua Tim Pengabdian, Abd. Rohman kepada Malang Posco Media, Senin (14/10) kemarin.
Dia menerangkan, timnya melakukan inovasi dan pengabdian kepada masyarakat dengan mengoptimalkan potensi lokal. Susu sapi mudah didapatkan di sekitar Desa Pandanrejo. Begitu juga dengan sawi, salah satu komoditi dari hasil tani warga setempat.
“Kami memanfaatkan potensi sekitar. Supaya kemanfaatan dari pengabdian ini lebih luas,” ucapnya melalui pengabdian kepada masyarakat ini dengan Gerakan PUBERTAS oleh kader melalui inovasi olahan puding SUSI di Desa Pandanrejo Kecamatan Wagir Kabupaten Malang. Pubertas kepanjangan dari Pandanrejo Unggul Bebas dari Stunting Menuju Balita Sehat. “Harapan kami melalui gerakan Pubertas dengan melibatkan kader Posyandu dapat dilakukan upaya penanganan dan pencegahan stunting,” ungkapnya.
Tiga dosen yang tergabung dalam kegiatan pengabdian ini antara lain, Abd. Rohman, S.Sos., M.AP dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unitri, Arie Jefry Ka’arayeno dari Fakultas Ilmu Kesehatan Unitri dan Santy Irene Putri dari Politeknik Kesehatan Wira Husada Nusantara. Kegiatan Pengabdian tersebut dilaksanakan atas dukungan pendanaan dari Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DRTPM) Kemdikbudristek dengan skema Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat Tahun 2024.
Rohman menjelaskan, inovasi timnya dalam pengabdian inifokus pada pembuatan puding SUSI. Peserta dipandu melalui langkah-langkah yang praktis, termasuk pemilihan bahan, proses pengolahan, dan penyimpanan. Pelatihan tidak hanya memberikan pengetahuan teknis, tetapi juga menyampaikan informasi tentang nilai gizi sawi dan susu sapi serta bagaimana konsumsi secara teratur dapat meningkatkan status gizi anak-anak dan menurunkan angka stunting
Setelah pelatihan, tahap evaluasi berlangsung melalui pendampingan. Tim pelatihan mendampingi peserta dalam mengaplikasikan keterampilan yang telah dipelajari selama pelatihan. Pendampingan ini mencakup proses pengawasan dan memberikan umpan balik konstruktif. “Tujuannya adalah memastikan peserta dapat mengimplementasikan pembuatan SUSI dengan benar dan secara konsisten,” terangnya.
Dalam kegiatan pengabdian masyarakat juga ada unsur penerapan teknologi pengolahan sawi dan susu sapi menjadi puding. Sawi salah satu sayuran yang kaya akan vitamin sangat baik dikonsumsi oleh balita untuk memperbaiki status gizi. Pada saat kegiatan pelatihan, kader mempraktikkan tahapan yang telah diajarkan dalam pengolahan SUSI. “Kader juga berperan dalam peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat untuk mengolah sumber pangan nabati guna meningkatkan status gizi balita,” pungkasnya. (imm/adv/aim)