MALANG POSCO MEDIA – Dalam rangka mewujudkan Indonesia sebagai negara maju dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu manusia Indonesia harus tumbuh dan berkembang secara optimal agar menjadi manusia yang sehat, kreatif dan mandiri.
Namun pertumbuhan dan perkembangan manusia di Indonesia saat ini belum seperti yang diharapkan. Hasil Survei Status Gizi Indonesia tahun 2022 angka stunting dalam skala nasional menunjukkan angka 21,6 %, masih jauh dari target tahun 2024 sebesar 14%. Untuk itu diperlukan upaya yang bersungguh-sungguh dari seluruh komponen bangsa untuk bersinergi dalam mencapai target tersebut.
Stunting disebabkan oleh: pengasuhan yang kurang baik; terbatasnya layanan kesehatan; kurangnya akses ke makanan bergizi; kurangnya akses ke air bersih. Hal ini sejalan dengan pendapat H.L Bloom bahwa status kesehatan masyarakat ditentukan oleh faktor lingkungan, perilaku, fasilitas kesehatan dan genetik.
Khusus untuk masalah perilaku diubah dengan cara memberikan promosi kesehatan. Promosi kesehatan tentang pencegahan stunting yang diberikan kepada seorang ibu agar mau dan mampu melaksanakan anjuran petugas kesehatan tidak cukup diberikan sambil lalu. Untuk itu diperlukan strategi yang jitu agar sasaran mau dan mampu melaksanakan sesuai dengan anjuran petugas. Hal ini sejalan dengan strategi pencegahan stunting yang dicanangkan oleh pemerintah.
Strategi nasional percepatan pencegahan stunting oleh pemerintah terdiri dari lima pilar, yaitu: 1) komitmen dan visi kepemimpinan; 2) Kampanye nasional dan komunikasi perubahan perilaku; 3) Konvergensi, koordinasi, dan konsolidasi program pusat, daerah, dan desa; 4) Gizi dan ketahanan pangan; 5) Pemantauan dan evaluasi.
Pelaksanaan pilar 2 dikoordinasikan oleh Kementerian Kesehatan fokus pada komunikasi perubahan perilaku dan Kementerian Komunikasi dan Informatika fokus pada kampanye nasional percepatan pencegahan Stunting. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk sasaran sesuai perannya dalam pencegahan stunting menjadi penting.
Dengan meningkatnya pengetahuan tersebut, diharapkan sasaran dapat melakukan perubahan perilaku mendukung pencegahan stunting.
Di tingkat masyarakat, tenaga pelayan kesehatan diharapkan memiliki pengetahuan yang baik tentang stunting sehingga dapat memberikan informasi dengan benar, melakukan layanan kesehatan dengan tepat, serta membangun kepercayaan masyarakat agar akhirnya dapat terjadi perubahan perilaku pencegahan stunting.
Informasi oleh petugas ditempuh dengan pendekatan Komunikasi Antar Pribadi (KAP). KAP merupakan salah satu metode berkomunikasi yang digunakan untuk mengubah perilaku.
Secara sederhana KAP adalah bentuk komunikasi yang berlangsung dengan saling melihat wajah, mendengarkan suara, dapat mengamati gerak gerik bahkan menyentuh lawan bicara. Dilakukan secara verbal dan nonverbal seperti kontak mata, mimik wajah, suara, gerak tangan dan lain sebagainya.
Prinsip KAP meliputi tiga hal yaitu : menyenangkan dan menambah keakraban; semua bicara dan mendengarkan; kearah aksi perubahan perilaku.
Menyenangkan ditandai dengan senyum, tertawa, suasana rileks, tidak ada tekanan atau ketakutan. Saat hati dalam keadaan senang dan akrab, maka pesan lebih mudah diterima sasaran.
Semua bicara dan mendengarkan artinya petugas bukan hanya berbagi informasi tentang pencegahan stunting saja tetapi juga perlu mendengar pendapat masyarakat dari pengalaman kesehariannya. Percakapan yang dibangun bersama akan memunculkan rasa memiliki di antara pihak yang terlibat dan akhirnya akan muncul komitmen tentang pencegahan stunting.
Kearah aksi perubahan perilaku ditempuh dengan cara petugas mengelola percakapan yang mengingatkan orang pada harapan atau kekhawatiran, menawarkan manfaat atau risiko jangka pendek, menggugah perasaan, mengumpulkan dukungan kelompok, merinci lalu mengunci komitmen melaksanakan pencegahan stunting. (*/mpm)