Tuesday, September 2, 2025
spot_img

Urgensi Perda Pemajuan Kebudayaan Kota Batu

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Kongres Kebudayaan ke 3 Kota Batu baru saja selesai digelar. Berakhirnya kongres ke 3 ini sekaligus menjadi titik awal untuk mengawal lahirnya Peraturan Daerah (Perda) Pemajuan Kebudayaan Kota Batu. Kongres Kebudayaan ke 3 ini bukan sekadar pertemuan seremonial antar elemen masyarakat, pemerintah, dan pelaku seni budaya, melainkan menjadi momen penting untuk menata kembali pemikiran dan strategi dalam memajukan kebudayaan di Kota Batu.

          Kota Batu harus berani menempatkan kebudayaan di tengah pembangunan, bukan sekadar pelengkap pariwisata. Sebab ketika budaya menjadi “roh” Kota Batu, maka pariwisata akan berkembang dengan sendirinya, dan Kota Batu akan dikenang sebagai kota yang tidak hanya indah dipandang alamnya, tetapi juga sarat makna.

          Sebagai kota pariwisata, Kota Batu harus berpikir bagaimana menjadikan kebudayaan sebagai daya tarik wisata, sekaligus memperkuat identitas daerah. Memang hal itu bukan perkara yang mudah untuk mewujudkannya. Diperlukan kesadaran kolektif bahwa kebudayaan harus dapat berdampingan antara tradisi dengan industri kreatif.

          Jika berbicara tentang bagaimana kebudayaan dapat menjadi daya tarik pariwisata, sebenarnya kita tidak perlu mencari contoh yang terlalu jauh. Bali adalah salah satu contoh paling nyata. Begitu kita menginjakkan kaki di Pulau Dewata, suasana khasnya langsung terasa. Aroma dupa di sepanjang perjalanan, desain arsitektur bangunan yang khas, hingga pakaian adat yang dikenakan membentuk dan memberikan kesan yang mendalam, selain wisata alamnya.

          Wisatawan bukan hanya menikmati objek wisata, tetapi juga merasakan vibes budaya yang menyatu dalam kehidupan masyarakat. Hasilnya orang datang bukan hanya sekali, tetapi ingin kembali lagi.

          Kondisi ini menjadi pelajaran penting bagi Kota Batu. Jangan sampai Kota Batu meninggalkan kesan “cukup sekali ke sini”, atau komentar bahwa “wisatanya hanya itu-itu saja.” Tantangannya adalah bagaimana membuat wisatawan merasakan “jiwa” khas Kota Batu, di sela menikmati fasilitas wisata yang sudah ada. Untuk itu, kebudayaan seharusnya sudah menjadi bagian tak terpisahkan ketika berkunjung ke Kota Batu.  

          Adanya Perda Pemajuan Kebudayaan menjadi penting sebagai penjaga nilai-nilai lokal yang harus dipegang dan dilestarikan di tengah dunia yang terus berubah. Jangan sampai kebudayaan yang beranekaragam di Kota Batu ini “dimuseumkan” dalam waktu dekat. Untuk itu tidak ada jalan lain selain terus “nguri-uri”  kebudayaan itu agar dapat tetap hidup seiring dengan denyut hidup masyarakatnya.

          Selain itu, adanya perda juga memberikan ruang bagi kebudayaan untuk terus berkembang. Pemuda-pemuda Kota Batu dapat diberi peluang untuk mengolah kesenian tradisional menjadi sebuah karya kontemporer yang tetap berakar pada budaya lokal khas Kota Batu. Seniman lokal yang seringkali terpinggirkan, dapat lebih diberdayakan melalui dukungan ruang, fasilitas, dan anggaran. Sehingga ke depan, kebudayaan ini akan menjadi lebih hidup dan dapat “menghidupi.”

Sekolah yang Berkebudayaan

          Adanya Perda Pemajuan Kebudayaan ini juga dapat memberikan ruang kepada sekolah. Sekolah selain memiliki peran strategis dalam menumbuhkan nilai-nilai budaya sejak dini, juga dapat menjadi salah satu destinasi wisata budaya. Pertanyaannya kemudian adalah, sudahkah muatan lokal di Kota Batu secara signifikan memasukkan unsur budaya khasnya?

          Berdasarkan diskusi dengan beberapa guru pengampu mata pelajaran muatan lokal, khususnya Bahasa Jawa, mengatakan bahwa materi yang terkait dengan budaya khas Kota Batu nyaris tidak tersentuh. Padahal, idealnya 50 persen materi muatan lokal seharusnya memuat konten tentang kebudayaan Kota Batu. Baik berupa sejarah, kesenian, kuliner, bahasa khas, tradisi, maupun yang lainnya.

          Selain muatan lokal di dalam intrakurikuler, kegiatan ekstrakurikuler juga menjadi pintu penting untuk melestarikan budaya. Sayangnya belum semua sekolah memberikan ruang kesenian lokal khas Kota Batu. Padahal jika kesenian khas Kota Batu dimasukkan sebagai ekstrakurikuler wajib, anak-anak akan memiliki kesempatan nyata untuk belajar, mempraktikkan, dan mencintai budaya daerahnya sendiri.

          Kegiatan ekstrakurikuler seni lokal juga memberikan manfaat lain, seperti membuka ruang kerja bagi pelaku seni. Seniman lokal dan komunitas budaya lokal dapat terlibat dalam proses pendidikan, mendapatkan pengakuan, dan sedikit tambahan penghasilan dari peran mereka sebagai pengajar ekstrakurikuler.

          Meskipun itu tidak besar secara materi, dukungan ini setidaknya menjadi bentuk penghargaan dan motivasi bagi para pegiat budaya untuk terus berkarya. Sebaliknya, jika sekolah mengabaikan kesenian lokal, justru ada risiko besar hilangnya regenerasi pelaku seni lokal.

          Kebudayaan dan ilmu pengetahuan bukanlah dua hal yang terpisah. Keduanya harus berjalan beriringan sehingga dapat membentuk peradaban yang unggul. Pendidikan formal harus mampu melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki jati diri dan perilaku yang berakar pada nilai budaya dan kearifan lokal Kota Batu.(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img