.
Sunday, December 15, 2024

Urung-Urung, Kampung dengan Mitosnya

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Malang Mbien

CERITA LAMA : Petani masih produktif di selepan padi tertua di Kampung Urung-Urung, yang kini dikenal sebagai Kelurahan Bakalan Krajan RW 6, Kecamatan Sukun, Kota Malang. (MPM- Widya Amalia)

MALANG POSCO MEDIA- RW 06 Kelurahan Bakalankarajan Kecamatan Sukun Kota Malang punya banyak cerita. Salah satunya cerita mengapa kawasan ini dikenal dengan nama Kampung Urung-Urung.

Dulunya kawasan padat pemukiman ini memiliki sebuah gorong-gorong  atau gurung-gurung besar. Juga diketahui memiliki gua.

Dinamakan Urung-Urung karena warga menyebut sebuah area. Letaknya merupakan daerah turunan setelah Kantor Kelurahan Bakalankarajan. Dan sebelum SDN Bakalankarajan 1. Di sana ada sebuah gorong-gorong, dulunya sebuah sungai yang memiliki gua.

Ini salah satunya disampaikan warga Kampung Urung-Urung, Muslimin. Saat ditemui Malang Posco Media, ia menjelaskan Kampung Urung-Urung memang berasal dari kata “gurung-gurung” atau gorong-gorong.

“Iya di sana ada bukaan (gorong-gorong) dulu besar tapi sekarang sudah sempit. Juga ada gua. Makanya dulu disebut Kampung Urung-Urung,” papar Muslimin, Selasa (19/3) kemarin.

Hal yang sama diceritakan warga sekitar, Rini Supriatin. Selain karena ada gorong-gorong kemudian dinamakan Urung-Urung.  Ia  menjelaskan  Kampung Urung-Urung sebelum tahun 1988 masih masuk  wilayah Kabupaten Malang, persisnya wilayah Kecamatan Wagir.

Namun karena  adanya perkembangan wilayah,  Kampung Urung-Urung masuk wilayah Kota Malang. Secara administratif  berada dalam wilayah Kelurahan Bakalankrajan. Yang juga di dalamnya termasuk kawasan Kampung Selilir, Nduren dan Klabang.

“Letak gorong-gorongnya ya di sebelumnya SD (SD Bakalankrajan 1). Nah di sana juga ada gua,  warga sini semua tahu itu juga ada cerita-cerita turun temurun soal gua itu. Gua ini dari SMK 11 agak kebarat dikit bisa dilihat sampai sekarang,” papar Rini sapaannya.

Meski bisa dilihat, warga tidak memanfaatkan atau mengeksplore gua itu. Dan tidak ada yang memanfatakan untuk apapun. Karena menurut warga sekitar penuh dengan mitos, sehingga warga tidak  mendekati atau berkegiatan di kawasan gua.

Rini menceritakan sejak ia kecil dulu, warga Kampung Urung-Urung memiliki kebiasan tidak melewati kawasan gua. Jika ada warga yang wafat dan  jenazah akan dimakamkan maka iring-iringan pengantaran jenazah tidak boleh melewati sekitar gua.

“Jadi harus berputar lewat duren slilir. Konon gua ini adalah tempat khusus (keramat) ada peralat masak dari Kuningan pernah ditemukan. Dan ceritanya juga tempat ular naga. dan ada boneka kencana. Itu cerita yang saya dapat mulai kecil sih,” papar Rini.

Meski begitu ia mengetahui sejak dahulu Kampung Urung-Urung dengan gorong-gorong di kawasan itu merupakan kawasan berada dekat sungai. Dulunya kawasan gorong-gorong ini memiliki luasan yang cukup besar. Dan airnya mengalir bersih.

Akan tetapi berjalannya waktu dan makin padatnya kawasan pemukiman berakibat gorong-gorong itu semakin sempit.

“Jadi dulu gorong-gorong besar, dan airnya bersih. Sekarang sudah hampir mongering dan sempit kan. Dulu air mengalir menyatu dengan Kali Watu. Kali ini memisahkan Desa Klabang dan Klayatan. Ya memang sebutan Urung Urung tetap melekat di warga. Nah semenjak gabung dengan Kota Malang namanya jadi Jalan Pelabuhan Bakauheni,” pungkas Rini. (ica/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img