Malang Posco Media, Malang – Plt Bupati Malang H Didik Gatot Subroto melakukan peninjauan ke UPT Pembibitan dan Pengolahan Hasil Ternak di Desa Bambang, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang Selasa (5/11) lalu. Kedatangannya tidak sekadar melihat langsung proses pembibitan ternak. Tapi mantan Ketua DPRD Kabupaten Malang ini juga melihat langsung proses pembuatan keju gouda.
Saat itu, Didik pun mengaku miris. Lantaran bahan baku keju gouda menurun. Lantaran itulah, Didik pun ingin semuanya menjadi evaluasi bersama.
“Sesuai laporan, UPT ini merupakan satu-satunya lembaga yang menghasilkan keju gouda di Indonesia. Namun produksi susu sapi yang menjadi bahan baku utama pembuatan keju gouda terus menurun. Ini yang menjadi problem dan dibutuhkan pemecahan bersama,’’ katanya.
Saat melakukan peninjauan, Didik pun melihat adanya sarana dan prasarana yang ada di UPT tersebut masih kurang layak. Ditambah dengan usia sapi yang cukup tua. Dia juga melihat kandang sapi yang besar dan cukup layak, tapi diisi hanya dengan beberapa sapi.
Dijelaskan Didik, bahwa tidak semua sapi di tempat tersebut dapat diperah atau diambil susunya. Produksi susu di seekor sapi di UPT tersebut hanya sekitar 8-10 liter saja.
“Makanya tadi kami sampaikan harus ada evaluasi bersama. Dengan demikian, kami berharap ada perbaikan sehingga produksi keju bisa dimaksimalkan,’’ tambahnya.
Dia menyebutkan, sangat sayang jika karena bahan baku yang tidak ada, produksi keju gouda pun berkurang.
“Kami sudah ngobrol dengan UPT untuk mencari solusi agar bahan baku tidak berkurang. Alternatifnya adalah menambah jumlah sapi, atau dengan mengambil susu dari peternak sapi lain,” urai Didik.
Sementara itu, Kepala UPT Pembibitan dan Pengolahan Hasil Ternak, Hari Gunadi mengatakan saat ini memiliki sekitar 38 ekor sapi. Jumlah ini jauh berkurang dibandingkan sebelum masa pandemi Covid 19 lalu dan PMK. Dimana UPT tersebut memiliki 130-140 ekor sapi.
Bukan itu saja, adanya pemangkasan anggaran juga menjadi problem tersendiri bagi UPT Pembibitan dan Pengolahan Hasil Ternak melakukan pengembangan. Sehingga pihaknya pun tidak mampu membeli pakan untuk semua sapi. Dampaknya mereka harus melepas sebagian sapi yang menjadi aset tersebut.
“Setelah covid, kemudian PMK. Jumlah sapi menurun. Sekarang tersisa 38 dan enam ekor sudah tidak produktif,’’ katanya.
Dia menyebutkan, di atas usia 7 tahun, sapi tak lagi produktif. Sedangkan ditempatnya ada sapi yang usianya lebih 13 tahun.(ira/jon)