Dewa Shaka Ibrahim, Atlet Junior Andalan Balap Sepeda BMX Asal Kota Batu
Kecil-kecil cabe rawit. Begitulah Dewa Shaka Ibrahim. Masih berusia 11 tahun, arek mBatu ini telah meraih prestasi tingkat nasional gemilang di Cabor balap sepeda BMX.
MALANG POSCO MEDIA – Tak tanggung-tanggung. Di tahun 2024 saja, Dewa sapaan akrabnya telah lima kali meraih juara 1 tingkat nasional. Baik kejuaraan open maupun di kejuaraan bergengsi kejurnas.
Menariknya prestasi yang diraih Dewa berangkat dari rasa suka. Pandemi Covid-19 mengubah dirinya menjadi anak yang berprestasi.
“Ceritanya dulu saat pandemi (sekitar 2021/2021) dan sekolah diliburkan saya suka bersepeda dengan teman-teman. Kebetulan teman sekolah bersepeda ikut akademi sepeda Afos Katana Family (AKF),” cerita Dewa ketika ditemui di rumahnya Kamis (2/1) kemarin.
Untuk diketahui bahwa AKF jadi salah satu akademi sepeda yang digagas oleh atlet downhill nasional asal Kota Batu yang pernah meraih medali emas Sea Games tahun 2013, Afos Katana.
Dari kesukaannya bersepeda itu, Dewa disarankan bergabung dalam AKF tahun 2021/2022. Kemudian selang enam bulan bergabung arek Jalan Indragiri, Desa Sumberejo, Kecamatan/Kota Batu ini mulai ikut event.
“Karena masih baru saya mulai ikut event atau kejuaraan lokal Malang Raya di Velodrome Malang tahun 2022. Alhamdulillah meraih (juara) 1, 2 dan 3 di beberapa event,” kenangnya.
Kemudian ikut tingkat Jatim di tahun 2023. Beberapa podium juga ia raih untuk kelas Challenge Boys 9-10 tahun.
Karena prestasi yang terus melejit tahun 2024 menjadi loncatan yang luar biasa. Ia meraih tiga medali emas di Open Nasional dan satu medali emas kejurnas.
Prestasi itu meliputi Juara 1 Pumping Bolodewa Open Jatim, Juara 1 Blitar Open Nasional Juara 1 Lumajang Open Nasional, Juara 1 Jepara Open Nasional dan Juara 1 Kejuaraan Nasional Jogjakarta.
Perlu diketahui ketika mengikuti ajang bergengsi seperti open nasional dan kejurnas minimal peserta 30 atlet. Itupun adalah atlet-atlet terbaik yang mewakili setiap provinsi di Indonesia.
Raihan prestasi bergengsi itu tentu tak diraih semudah membalikkan telapak tangan. Namun ada kerja keras yang telah dilakukan siswa kelas 5 SD MI Miftahul Ulum Kota Batu ini.
“Untuk latihan saya lakukan enam kali dalam seminggu. Setiap latihan sekitar 2-3 jam. Mulai dari latihan endurance, gym, sprint, teknik track dan teknik simulasi balap di track,” kata arek kelahiran Kota Batu ini.
Di sisi fasilitas pun begitu. Untuk harga sebuah sepeda orang tua Dewa, David Setiawan harus merogoh uang tabungan. Mengingat harga sepeda BMX nilainya di atas Rp 10 juta.
Pengeluaran tersebut tentu bukan hal mudah. Mengingat kedua orang tua Dewa sehari-hari bekerja sebagai pedagang kelontong yang menjual kebutuhan sehari-hari. Hal itu disampaikan langsung oleh David, ayah Dewa.
“Harus diakui ketika pertama masuk di dunia sepeda saya sangat kaget. Pasalnya harga sepeda sangat mahal. Namun karena Dewa suka dan senang bersepeda, maka sebagai orang tua harus mensupport penuh,” ungkapnya.
Bukan hanya fasilitas, terjun dalam cabor balap sepeda BMX yang terbilang extreme tentu membuat was-was kedua orang tua Dewa. Karena olahraga balap sepeda memiliki konsekuensi jatuh dan cedera saat bertanding.
“Begitu juga kalau pas akan tanding. Jelas saya sangat was-was dan cemas. Contohnya saja saat ikut Kejurnas di Jogja saat free practice tahun lalu Dewa sempat jatuh, akibatnya ada memar di wajahnya. Namun berkat mental yang bagus dan semangat yang gigih ia keluar sebagai juara 1,” beber David.
Kini berkat support penuh orang tua, Dewa mampu meraih prestasi demi prestasi. Bukan hanya mewakili Kota Batu, tapi Jawa Timur. Serta ia mendapat support dari merek sepeda ternama Polygon dan tercatat sebagai atlet ISSI Kota Batu. (eri/van)