Malang Posco Media, Malang – Bergelut dengan burung merpati, sudah menjadi hobi Hasnul Amir sejak masih muda. Karenanya, petani sawit berdarah Malaysia-Aceh yang kini tinggal di Tumpang, Kabupaten Malang ini, rumahnya dipenuhi kandang burung merpati. Khususnya merpati pos.
‘’Tidak banyak. Hanya 50 ekor saja. Karena lahannya memang terbatas. Di lantai bawah ada 30 ekor. Dan dilantai dua ada 20 ekor,’’ kata Hasnul Amir, yang dikalangan penghobi merpati pos di Indonesia beken dipanggil Kent.
‘’Kandang merpati saya namanya Maestro. Makanya, teman-teman klub memanggil saya Maestro Kent,’’ ucap Kent sembari tersenyum. ‘’Kent itu nama kecil saya waktu lahir,’’ tambahnya meyakinkan.
Tidak seperti merpati-merpati pada umumnya, 50 merpati milik Kent tergolong cukup istimewa. Merpati pos yang dimiliki Kent termasuk merpati race. Atau merpati balap. Hampir setiap even balapan merpati pos di Indonesia, Kent selalu mengikutkan merpatinya.
Padahal biaya untuk bisa mengikuti balapan merpati pos di Indonesia, tidaklah murah. Tetapi, hebatnya, Kent tidak hanya mengikutkan satu ekor atau dua ekor merpatinya. Melainkan sampai puluhan ekor diikutkan sekaligus.
‘’Namanya hobi dan cari kesenangan. Enggak cari hadiahnya. Begitu ada kegiatan race pasti saya akan ikut,’’ kata Kent dengan menyebutkan kalau lomba di luar negeri dirinya masih belum pernah mencoba ikut. ‘’Biayanya lebih mahal lagi,’’ kilah Kent sembari tersenyum.
Salah satu bukti merpati pos yang dipeliharanya berkualitas, Kent lalu menunjukkan data Rally in The Sky 2024. Lomba yang diselenggarakan klub POMP Tartar Racing Pigeon Francier ini, setiap peserta lomba diwajibkan menempuh jarak 811,97 km.
Pelepasan merpati dilakukan di Kalianget (Sumenep) dan terbang menuju Tangerang (Jawa Barat. Diantara sekian merpati yang diikutkan dalam race yang digelar 27 Juli 2024 itu, merpati milik Kent bernama Amora, berhasil finish nomor 2.
Merpati berkode ARPC24-002511 tiba di finish (Tangerang) 17.28.49.008. Amora hanya kalah 16 detik dibanding juara satu merpati pos milik Arsakha yang finish pada 17.28.16.000. ‘’Tipis. Tipis sekali kekalahan durasi waktunya dengan juara satu. Padahal kecepatan terbang Amora dari Kalianget ke Tangerang dengan jarak 811 km, rata-rata 1.141.593 mpm,’’ rinci Kent.
Terkait prestasi Amora ini, Kent mengaku mendapatkan hadiah Rp 1,5 juta. Baginya, hadiah itu kecil atau besar tidak pernah dipikirkan. Sebab, Kent hanya ingin menyalurkan hobinya memelihara dan menyayangi burung merparti.
Setelah juara apa Amora mau dijual? ‘’Tidak. Tidak akan saya jual. Meski sebenarnya merpati yang sudah pernah juara, biasanya harganya pasti tinggi di mata sesama penghobi merpati,’’ ucap Kent yang saat masih kecil menetap di Penang, Malaysia.
Kent menyebutkan, bagi penghobi lain memang ada yang melayani jual beli merpati pos. Terutama merpati pos anakan. Baik merpati pos dari indukan local atau indukan blasteran Belanda, Arab dan atau negara Eropa lainnya.
Harga merpati pos anakan yang bagus bisa mencapai Rp 5 juta. Bahkan ada yang di atas harga itu jika induknya memang sangat berkualitas. ‘’Saya juga pernah jual anakan. Tetapi jarang sekali. Saya lebih senang memeliharanya sendiri,’’ kata Kent dengan menunjukkan deretan kendang merpati miliknya.
Mengingat kesibukannya sebagai petani sekaligus pengusaha, Kent tidak mungkin merawat sendiri puluhan merpati pos miliknya. Kent telah memperkerjakan warga sekitar rumahnya yang mengerti dan telaten merawat merpati pos.
‘’Karena dirawat dengan baik merpati saya tidak ada yang mengganggu tetangga. Maksudnya tidak ada yang sampai nelek (buang kotoran) di rumah tetangga. Meski dilepas dari kendang, mereka tidak pernah pergi ke rumah tetangga,’’ pungkas Kent yang juga anggota Arjuna Racing Pigeon Club (ARPC) Malang ini. (hary santoso/aim)