MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Buah tangan kreatif Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Lapas Kelas I Malang, semakin variatif dengan batik tulis. Upaya bimbingan kreatif ini, selain untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas WBP, juga sebagai ajang untuk bisa mengolah emosi dan memperbaiki psikologis WBP.
Kepala Lapas Kelas I Malang Ketut Akbar Herry Achjar mengatakan, untuk batik tulis ini lahir dari semangatnya empowering (pemberdayaan) WBP. Melalui jalur-jalur kreativitas inilah, banyak WBP yang mendapatkan bekal berharga untuk bisa dimanfaatkan saat bebas nanti.
“Jadi ada sebanyak 30 orang yang mengikuti bimbingan kerja batik tulis ini. Ada yang dulu dasarnya dari tukang tato, pelukis bahkan ada yang sangat awam dengan batik, dan belajar dari nol,” ujarnya.
Semangat itu membawa batik yang dihasilkan oleh para WBP Lapas Kelas I Malang ini, akan dikemas dengan ‘Batik Tulis Lowokwaru’. Nama itu merupakan representasi dari batik tulis buah tangan WBP, serta Lowokwaru merupakan kata yang mewakili nama Lapas Kelas I Malang yang dikenal dengan ‘Lapas Lowokwaru’.

“Untuk melatih para WBP ini kami mendatangkan tutor dari Sumenep, bernama Didik Canting Kuning. Sebagai pelatih profesional, dengan pembekalan intens selama dua minggu, mereka sudah bisa menghasilkan karya batik yang luar biasa,” sebutnya.
Ada motif batik alami, seperti hewan hingga bunga, serta motif batik mitologi hingga topeng khas Malang. “Kami membuka harga dari Rp 700 ribu. Apabila motifnya semakin sulit maka harga bisa lebih mahal. Selain itu, kami juga menerima motif berdasarkan pesanan alias custom,” sambung pria yang akrab disapa Akbar ini.
Menurutnya harga tersebut layak dengan kualitas barang yang diproduksi. Hasil karya warisan leluhur bangsa ini, memang diyakininya harus dibuat dengan kualitas terbaik.

“Motif yang kami buat ini trendy, dan tentunya cocok untuk kalangan muda, remaja hingga orang dewasa. Kami selain menjual online, juga akan segera dibuka Galeri Batik Tulis Lowokwaru, di area Lapas,” terangnya.
Sementara itu, salah satu WBP yang mengikuti bimbingan kerja batik tulis, Trianta Lil Amri, 23, mengatakan awalnya hanya mencoba saja. Ia diajak teman sesama WBP untuk mengikuti bimbingan tersebut.
“Dulu memang sempat kerja di garmen, meskipun belajar dari dasar ternyata saya senang sekali. Mendapatkan ilmu dan pengalaman baru. Sehari kami bisa menghasilkan 1-2 batik tulis, dengan berbagai motif,” tandas pemuda asal Jember, itu. (rex/bua)