MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Pemerintah Kota Malang memberikan perhatian khusus terhadap pengembangan wisata heritage, khususnya kawasan koridor Kayutangan. Wali Kota Malang Wahyu Hidayat menegaskan komitmennya untuk menjaga nilai-nilai sejarah dan budaya di kawasan tersebut, seiring dengan hibah desain ulang (redesain) dari Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Kota Malang.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kawasan koridor Kayutangan semakin melenceng dari konsep awalnya. Banyak pihak berharap pengembangan Kayutangan dikembalikan konsep awal dengan kawasan heritage.
“Untuk hasil redesain, saya belum lihat, tapi memang saya mau memanggil untuk presentasi. Paling tidak kami nanti bisa berdiskusi untuk menjadikan Kayutangan Heritage sesuai harapan kita bersama,” ujar Wahyu saat ditemui di Lanal Malang, Rabu (11/6) kemarin.
Wahyu mengakui, keberadaan toko modern serta kafe dan restoran kekinian di sepanjang koridor Kayutangan membuat kesan heritage semakin luntur. Ia juga menyoroti keberadaan reklame berwarna-warni yang dinilai tidak selaras dengan nuansa kawasan bersejarah.
Menurutnya, hibah desain dari IAI dapat menjadi landasan untuk memperkuat kembali konsep heritage yang sempat terpinggirkan. Namun, Wahyu menegaskan bahwa esensi Kayutangan Heritage justru berada di wilayah perkampungan, bukan semata pada koridor jalan utama.
“Yang namanya Kayutangan Heritage itu sebenarnya bukan di koridornya. Tapi di dalam (kampung). Pada saat saya presentasi Perencanaan Pembangunan Nasional sampai mendapatkan predikat terbaik nasional itu kan yang kami fokuskan adalah yang di dalam, bukan di luarnya,” tegas Wahyu.
“Makanya akan kami lihat dulu, dari IAI ini nanti juga salah satu pertimbangan kami. Jangan khawatir, karena basic saya juga di situ kok,” lanjutnya.
Senada, Ketua DPRD Kota Malang Amithya Ratnanggani Sirraduhita turut menyoroti semakin kaburnya nuansa heritage akibat masifnya pembangunan toko modern, tempat makan kekinian, dan papan reklame. Namun di sisi lain, ia juga mengapresiasi geliat kawasan Kayutangan yang kini lebih hidup dibandingkan sebelumnya.
Terkait reklame, Amithya menilai penataan ulang sangat dibutuhkan. Meski demikian, ia menekankan bahwa perubahan harus berdasarkan kajian para ahli tata kota.
“Jadi tinggal proses penataan untuk dikembalikan ke konsep awal. Nanti perlu ditata, nanti pilihannya bisa dirubah secara fisik, bisa dipindah titik-titiknya, atau mungkin secara kesatuan kawasan desainnya. Pendekatan itu mestinya ahli tata kota tahu,” pungkasnya. (ian/aim)