spot_img
Saturday, June 14, 2025
spot_img

Wamen HAM Kunjungi Ayah Aktivis 98 yang Hilang

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Minta Dipertemukan dengan Presiden

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Di sela kunjungan kerja ke Kota Malang, Wakil Menteri Hukum dan HAM RI, Mugiyanto Sipin, menyempatkan diri bersilaturahmi ke rumah keluarga salah satu aktivis 1998 yang hilang, Petrus Bima Anugrah, Kamis (12/6) kemarin. Ia disambut hangat oleh Utomo Raharjo, ayah dari Bima, di kediaman mereka di wilayah Bunulrejo.

Pertemuan itu berlangsung singkat, sekitar 10 menit, namun sarat makna. Bagi Utomo, kehadiran Mugiyanto—yang juga rekan seperjuangan Bima di masa reformasi—membawa harapan baru terhadap kejelasan nasib sang anak.

“Ketika beliau sudah jadi Wamen, saya berharap bisa dipertemukan dengan Presiden RI untuk menanyakan keberadaan anak saya yang sebenarnya,” tutur Utomo dengan mata yang tetap menyimpan harapan meski telah 27 tahun menanti.

Ia mengaku mendengar banyak versi soal nasib para aktivis yang hilang kala itu. Ada yang disebut dibunuh di suatu kota, ada pula yang ditenggelamkan di laut, dan berbagai kisah tragis lainnya. Namun hingga kini, tak ada satu pun kejelasan tentang keberadaan putranya.

Bima sendiri adalah anak kedua dari empat bersaudara. Ia dikenal aktif dalam gerakan reformasi bersama kawan-kawannya seperti Nezar Patria, Aan Rusdianto, dan Mugiyanto—yang kini menjabat sebagai Wamen HAM RI. Nama-nama mereka termasuk dalam daftar aktivis yang hilang atau diculik pada 1998, bersama Wiji Thukul, Herman Hendrawan, Suyat, dan lainnya.

“Sejak 31 Maret 1998, tak ada kabar atau komunikasi. Sampai sekarang, sudah 27 tahun,” ujar Utomo lirih.

Sementara itu, Mugiyanto mengatakan kunjungannya ke rumah Utomo bukan sekadar formalitas. Ia menyebut Utomo seperti ayah sendiri, mengingat kedekatan emosional mereka sejak era reformasi.

“Saya datang untuk bersilaturahmi, sebagai anak yang menganggap beliau orang tua sendiri. Kami juga sedang menyusun program penyelesaian non-yudisial sesuai Inpres No.2 dan Keppres No.4 Tahun 2023,” jelasnya.

Ia menegaskan komitmennya untuk terus menjalin komunikasi dengan para korban pelanggaran HAM berat masa lalu, baik dari peristiwa 1965, Tanjung Priok, hingga Mei 1998.

“Saya justru mendapat doa dan harapan dari Pak Utomo agar diberi kesehatan dan kekuatan menjalankan tanggung jawab ini. Semoga ikhtiar kita membawa hasil nyata,” pungkasnya. (ian/aim)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img